"Dinginnya pagi, ditemani embun-embun yang seolah tak mau pergi, ditambah seekor ikan bakar juga seguci arak, aku merasakan surganya dunia." Ujar Fang santai dan bahagia."Saudara Fang, kau tidak merasa bersalah sedikitpun setelah berkata demikian di depanku?" Li Jianchen mengerutkan keningnya, mempertanyakan hati nurani pendekar muda dihadapannya itu.Bagaimana Fang bisa berkata seperti itu, dihadapan seorang remaja seperti Li Jianchen yang hingga saat ini belum boleh mencicipi arak yang katanya minuman para lelaki tangguh itu."Kenapa aku harus merasa bersalah, itu sudah takdirmu saudara Li." Fang tertawa kecil."Uh, bukankah arak ini begitu enak." ucapnya lagi.Entah mengapa, Fang sangat senang membuat Li Jianchen kesal pa
Terakhir Diperbarui : 2021-11-12 Baca selengkapnya