"Dinginnya pagi, ditemani embun-embun yang seolah tak mau pergi, ditambah seekor ikan bakar juga seguci arak, aku merasakan surganya dunia." Ujar Fang santai dan bahagia.
"Saudara Fang, kau tidak merasa bersalah sedikitpun setelah berkata demikian di depanku?" Li Jianchen mengerutkan keningnya, mempertanyakan hati nurani pendekar muda dihadapannya itu.
Bagaimana Fang bisa berkata seperti itu, dihadapan seorang remaja seperti Li Jianchen yang hingga saat ini belum boleh mencicipi arak yang katanya minuman para lelaki tangguh itu.
"Kenapa aku harus merasa bersalah, itu sudah takdirmu saudara Li." Fang tertawa kecil.
"Uh, bukankah arak ini begitu enak." ucapnya lagi.
Entah mengapa, Fang sangat senang membuat Li Jianchen kesal pa
Jangan lupa vote dan rate bintang 5. Bagikan ke teman-teman yang lain juga agar lebih banyak pembaca dan tentunya akan membuat author lebih semangat untuk berkarya. Tinggalkan komentar Anda itu akan sangat membantu perkembangan author lebih baik lagi. Oh iya, jangan lupa kunjungi karya terbaru author, judulnya Dewa Di Nusantara, untuk saat ini baru bisa ditemukan di web karena masih perjalanan kontrak
Pertarungan berat sebelah terjadi, pendekar Ying Zhi Dao melawan kawanan perampok. Sebenarnya ada empat prajurit lain dari keluarga Chu, tapi Ying Zhi Dao meminta mereka untuk menjaga kareta kuda tuan mereka, lagipula para pengawal itu bukanlah dari kalangan pendekar melainkan manusia biasa. Sementara perampok yang menjadi lawan kali ini berasal dari dunia persilatan dan paling rendah berada di tingkat Pendekar Perak Kelas Dua.Ying Zhi Dao bergerak dengan cepat, pedang ditangannya bagai dewa kematian untuk lawan. Satu tebasan berhasil membuat dua lawan terluka, namun Ying Zhi Dao tidak menghentikan gerakannya. Ia kembali mengincar yang lain, saat dalam jarak serangnya, Ying Zhi Dao menusuk anggota perampok itu dan membuatnya mati dalam satu serangan."Tidak akan ada satupun yang bisa meloloskan diri dari genggamanku. Akan ku tunjukkan akibat mengganggu Ying Zh
Dalam pertukaran puluhan jurus, pemimpin perampok berhasil mendaratkan tiga serangan ke Ying Zhi Dao dan dua diantaranya cukup serius, sebaliknya Pendekar Pedang Biru itu tak mampu mendaratkan satupun serangan. Sebenarnya dengan perbedaan kekuatan antara keduanya, Ying Zhi Dao bisa mengalahkan pemimpin perampok tanpa kesulitan, tapi situasinya menjadi berbeda setelah ia menggunakan jurus andalannya.Jurus itu menyedot tenaga dalamnya berjumlah besar berbeda dengan pemimpin perampok yang belum terlalu banyak terkuras tenaga dalamnya karena sebelumnya dibantu anak buahnya."Menyerah saja pendekar Ying. Aku akan memberikan kematian tanpa sakit padamu." Pemimpin perampok tersenyum penuh kemenangan."Dalam mimpimu," Ying Zhi Dao meludah."Keras kepala!" Pemimpin perampok itu
Pertarungan yang memang tak diinginkan akhirnya benar-benar tidak terjadi, pemimpin perampok meninggalkan lokasi pertarungan tanpa mendapatkan hasil apapun. Sementara Fang bernapas lega setelah batang hidung pemimpin perampok tidak lagi kelihatan.Li Jianchen yang kebingungan pun menanyakannya, "Saudara Fang, kenapa kau tidak memilih bertarung dengannya?""Saudara Li, mungkin dikesempatan lain aku tidak akan membiarkan orang-orang seperti mereka hidup. Tapi kali ini kondisinya berbeda, aku tidak bisa sembarang melakukan pertarungan." Fang mengerutkan keningnya dibalik topeng. Wajahnya juga tidak begitu baik. Kondisi tubuhnya memaksanya tak banyak pilihan."Aku mengerti saudara Fang." Li Jianchen mengangguk pelan, memahami maksud perkataan rekannya itu.Keduanya lalu mengalihkan perhatian pada pendekar di belakang mereka, Ying Zhi Dao yang kini masih terbaring tak berdaya. Mereka berlari dan mendekatinya."Pendekar, Anda tidak apa-apa?" Li Jianchen
Fang dan Li Jianchen melanjutkan perjalanan mereka hingga matahari mulai condong ke barat. Keduanya memutuskan untuk berhenti setelah langit sepenuhnya menjadi gelap."Saudara Fang, apakah kau serius kita akan bermalam di tempat seperti ini?" Li Jianchen memandangi area sekelilingnya. Hutan yang gelap, pepohonan yang besar serta semak belukar yang mungkin ada hewan buas ataupun hewan mematikan di dalamnya.Ditambah suara kicauan burung serta lolongan serigala terdengar dengan jelas di telinga yang kapan saja bisa menyerang mereka. Desir angin dingin juga tak berhentinya menerpa membuat bulu kuduk siapa saja akan merinding saat merasakannya."Kenapa saudara Li, Anda tidak mau?" Fang menyipitkan matanya lalu tertawa kecil."Bukan begitu, saudara Fang… tapi kan Anda
Desa Tugu Kecil adalah sebuah desa kecil, mungkin yang terkecil pernah Fang temui setelah pengembaraannya. Di sisi lain, Li Jianchen juga merasakan hal yang sama."Sepertinya desa ini baru di dirikan, Saudara Fang." Li Jianchen berpendapat. Ia adalah seorang putra mahkota Kekaisaran Yang, sudah kewajibannya untuk mempelajari letak geografi wilayah kekuasaan mereka. Tapi seingat Li Jianchen, ia tidak pernah mendengar atau membaca tentang desa ini. Sebab itulah ia mengambil kesimpulan demikian."Mungkin saja, saudara Li. Tapi aku merasakan ada yang sedikit aneh di tempat ini." Fang menceritakan kekhawatirannya namun ditanggapi dengan santai oleh Li Jianchen."Saudara Fang, kau terlalu kaku. Jangan berpikir yang tidak-tidak, aku tak merasakan apa yang kau katakan." ucap Li Jianchen menyangkal.
Meskipun terlihat santai, tapi tetap saja di hati Fang ada sedikit keresahan sebab saat ini ia tengah dalam kondisi yang tidak dapat bertarung dengan segenap kemampuannya. Di sisi lain, Li Jianchen belum bisa diandalkan.Udara menjadi dingin saat senyuman pemilik kedai hilang sepenuhnya. Mie yang dihidangkan di hadapan Fang dan Li Jianchen berubah menjadi gumpalan cacing sesuai yang dikatakan Fang sebelumnya. Minuman yang berada di dalam cangkir bambu itu juga berubah warna menjadi merah pekat dan mengeluarkan aroma amis khas darah.Kedai tempat Fang dan Li Jianchen beristirahat juga bangunan-bangunan lain yang mereka temui di Desa Tugu Kecil pun berubah menjadi hutan belantara."Jadi, ini hanyalah ilusi? Dari awal kami sudah masuk dalam jebakanmu." Senyum kecut juga wajah berkerut menghiasi muka Fang.
"Aaauuunnnggg!" Raungan Rubah Ekor Sembilan menggema di udara dan tengah menatap tajam ke satu arah. Perasaan marah dan benci menjadi satu terukir di wajahnya yang sedang memandangi dua sosok di hadapannya."Gggrrroooaaarrr!" Hewan lainnya membalas raungan Rubah Ekor Sembilan. Sosok itu tidak lain adalah Raja Monyet Taring Ganas, Kong Guan.Di sampingnya juga terdapat hewan gaib lainnya, seekor harimau yang tengah memandang ke arah Rubah Ekor Sembilan dengan tatapan membunuh. Sosok tersebut tidak lain adalah Harimau Cambuk Api, Xiao Laohu."Aaauuummm!" Xiao Laohu meraung keras membuat beberapa pohon di sekitar tempat itu tumbang ke tanah.Xiao Laohu dan Kong Guan adalah hewan kontrak Fang yang ditugaskan untuk menjaga dirinya dari kejauhan oleh sang kakek. Kedua hewan it
Kota Permata Hitam merupakan salah satu kota besar yang ada di kekaisaran Yang. Kota ini dikuasai oleh sekte Bambu Kuning, salah satu sekte besar aliran hitam. Tujuh puluh lima persen kegiatan di kota tersebut diatur oleh anggota sekte tersebut. Bahkan walikotanya merupakan bagian dari sekte Bambu Kuning.Tidak jauh dari gerbang kota, terlihat dua orang yang menggunakan topeng tengah berjalan santai menelusuri jalanan kota itu. Meskipun memakai topeng, tapi keduanya tidak terlalu menarik perhatian sebab banyak orang-orang yang melakukan hal serupa dengan mereka. Bagi para pendekar yang berasal dari sekte aliran hitam, topeng bukanlah sesuatu yang tabuh."Saudara Fang, apakah kita benar-benar akan beristirahat di kota ini?" tanya pria bertopeng lainnya. Dari suaranya, terdengar jelas bahwa ia merupakan seorang pemuda.
Halo, semuanya! Sweet_Owl di sini!Saya ingin mengabarkan bahwasanya karya kedua dan ketiga (terbaru) telah dirilis dan bisa dibaca melalui web ataupun aplikasi Goodnovel. So, saya harap pembaca sekalian bisa membaca dan mendukung karya tersebut.Judul : Penguasa Seni Racun Penulis : Sweet_OwlPenerbit : GoodnovelJudul : Kembalinya Sang PenguasaPenulis : Sweet_OwlPenerbit : Goodnovel Dengan ini, saya juga meminta masukan serta komentar yang membangun dari pembaca untuk pemacu semangat serta konsistensi saya dalam menulis. Semoga kalian menyukainya dan saya bisa menyuguhkan karya-karya yang menarik untuk menemani hari-hari Anda. Jangan dilewatkan ya, ini menarik lho! HeheheAyo buruan baca, jangan sampai ketinggalan ceritanya. Kalian akan disajikan konflik, intrik yang menarik dari pemeran utama kita (Long Tian), atau (Lei Xiayu) dan karakter lainnya.Akhir kata, terima kasih dan selamat membaca.
Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera untuk kita semua, adanya catatan dari author kali ini menjadi penutup dari kisah novel Sang Penguasa. Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat-Nya jualah saya bisa mengakhiri cerita ini. Ya, walaupun saya sendiri mengetahui banyak kekurangan, tetapi saya mohon untuk para pembaca memakluminya. Shalawat teriring salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita, Rasulullah Saw. Karena berkat beliaulah kita bisa hidup di zaman yang penuh kecanggihan seperti saat ini. Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan. Pertama, terima kasih kepada kalian yang telah setia membaca dan mengikuti novel ini dari awal sampai akhir. Saya sangat menghargai dan mengapresiasi dukungan tersebut. Kedua, maaf bisa selama ini saya selaku author masih banyak kekurangan, karena yakinlah tidak ada manusia yang sempurna, yang ada hanya mereka yang se
Setahun telah berlalu setelah peristiwa yang sangat kelam di Kekaisaran Yang.Kabar mengejutkan terdengar, Biksu Tong Tian tidak berhasil bertahan dari racun yang diberikan menteri Han pada pertarungan terakhir mereka. Biksu sepuh itu menutup usianya setelah berusaha tetap bertahan selama enam bulan lebih.Kuil Tanah Suci segera berganti kepemimpinan, dan Biksu Muda Tong Min terpilih menggantikan Biksu Tong Tian untuk menjadi mahaguru di tempat itu karena ia dinilai telah memenuhi persyaratan untuk mendudukinya.Kabar lain juga beredar, Patriark Shen dan Patriark Lu sama-sama mengundurkan dari dari posisi mereka dan akan digantikan oleh anaknya masing-masing.Kemudian diperlihatkan kepada Li Jianchen dan Lan Xuefeng yang telah resmi menjadi sepasang suami istri. Sejak pertempuran itu, Li Guan tidak mempermasalahkan identitas Li Jianchen yang merupakan anak kandung dari Li Ning karena bagaimanapun juga pemuda itu adalah keponakannya. Sebaliknya, Li Guan me
Teknik yang digunakan menteri Han tidak mampu menghalangi laju jurus yang Fang keluarkan. Saat ribuan pedang itu tinggal satu meter lagi darinya, senjata tersebut bergabung menjadi satu dan membentuk pedang raksasa yang menakutkan. Menteri Han sudah membuat pagar pelindung, namun tetap tidak mampu menahannya. Tubuh menteri Han terasa lemas ketika pedang besar menembus badannya. Argh! Menteri Han menjerit kesakitan, ia tidak berdaya. Ini pertama kali bagi dirinya merasakan sakit yang begitu luar biasa. Qi-nya juga telah terkuras habis, membuatnya tidak dapat bertahan lebih lama di udara. Menteri Han memejamkan matanya, penglihatannya mulai buram dan perlahan jatuh dengan bebas. Fang masih kurang puas, meskipun kali ini dia melayang dengan keadaan yang juga terluka, setelah terkena efek dari pertukaran jurus sebelumnya, tetapi ia tetap menyusul arah jatuhnya menteri Han. Pemuda itu kembali melepaskan pukulan, tendangan yang membuat siapapun menerimanya
Pertukaran sepuluh jurus pertama telah selesai, baik menteri Han maupun Yan Liang masih sama-sama kesulitan untuk menemukan celah lawan. Keduanya masih berimbang, menunjukkan bahwa kemampuan menteri Han memang luar biasa.Yan Liang membuat mantra tangan, dalam sekejap bola air mengumpulkan di telapak tangannya. Dari yang semula berukuran kecil, kini telah berubah menjadi ratusan kali lipat lebih besar. Saat Yan Liang melepaskan bola air tersebut, udara berguncang hebat, kekuatan itu menyapu bersih apa saja yang mencoba menghalangi jalannya.Menteri Han segera membuat pagar pelindung, namun bisa dihancurkan oleh bola air tersebut dan pada akhirnya mendarat dengan mulus di tubuh pria sepuh itu.Boom!Ledakan besar terjadi, mengundang orang-orang yang berada di bawah untuk menyaksikannya. Awalnya mereka tidak perduli lagi dengan menteri Han, namun mendengar adanya ledakan membuat mereka mengalihkan perhatian.Pendekar tingkat tinggi seperti Patr
"Ayah … bangun … jangan membuatku takut." Li Jianchen menggoyangkan tubuh ayahnya, namun tetap tidak mampu membuat lelaki itu membuka matanya."Ayah … maafkan aku … aku hanya ingin membuatmu sadar … tetapi tidak sampai sejauh ini." Li Jianchen menambahkan. Air mata mengalir di pipinya, menunjukkan kesedihan yang mendalam. Tatapannya kosong, ia benar-benar merasa bersalah atas hal ini.Perlahan, Li Jianchen merasakan seseorang menyentuh bahunya dan itu adalah Lan Xuefeng. "Lan … tolong bantu aku untuk membuka mata ayah. Aku tahu dia hanya bercanda dan sedang marah kepadaku sebab itulah dia tidak ingin membuka matanya."Lan Xuefeng yang melihat kekasih hatinya itu menjadi histeris, ikut merasakan kesedihannya. Namun, ia tidak dapat berbuat banyak sebab Kaisar Li memang sudah meninggal. Lan Xuefeng menggelengkan kepalanya, dan memberikan Li Jianchen pengertian. "Chen … Yang Mulia sudah tiada. Kau tidak perlu berusaha
Dengan kedua belas tubuhnya, Fang menyerang menteri Han secara bersamaan, membuat lelaki sepuh itu harus mengambil posisi bertahan. Masing-masing tubuh Fang juga menggunakan teknik yang berbeda membuat menteri Han cukup kesulitan menahannya.Misalnya saja saat ini, satu tubuh Fang menggunakan teknik tebasan pedang tiada akhir. Sementara tubuh lainnya mengikuti dan melepaskan teknik tujuh tebasan Kilat. Begitupula dengan tubuh-tubuh lainnya yang segera memberikan serangan kepada menteri Han.Menteri Han berhasil menghindari sebagian serangan sehingga tebasan Fang hanya menghantam udara kosong namun mencipta suara keras. Ia juga berhasil menangkis sebagian lainnya yang menciptakan bunyi nyaring saat kedua pedang mereka bertemu. Namun karena serangan Fang terlalu cepat, membuat dua tubuhnya yang lain berhasil mendaratkan tebasan ke tubuh menteri Han, tepatnya di bagian dada dan punggungnya yang berhasil menciptakan goresan besar setelah mengoyak pakaiannya sehingga dari l
Anggota Kelompok Gagak Pembunuh tidak memiliki semangat bertarung lagi setelah mendapati semua pemimpin mereka telah terbunuh. Tidak ingin bernasib sama, mereka memilih untuk menyerah karena berpikir bisa mempertahankan nyawa mereka. Keputusan tersebut tidak sia-sia, pihak lawan menghentikan serangan mereka saat anggota Kelompok Gagak Pembunuh meletakkan senjata mereka ke tanah dan mengangkat tangan. Namun, tentu saja mereka tidak dibiarkan begitu saja. Pihak lawan memang tidak membunuh, tetapi tetap mengumpulkan mereka dan akan memberikan hukuman. Semua anggota Kelompok Gagak Pembunuh bernapas lega, paling tidak mereka tetap dapat bertahan hidup meskipun akan berakhir di dalam penjara. Fang sendiri masih berhadapan dengan menteri Han. Hingga saat ini, keduanya telah bertukar puluhan jurus, namun Fang hanya mampu mendaratkan satu tebasan pedang saja yang itu pun tidak terlalu mematikan. Di sisi lain, menteri Han berhasil melukai Fang dan memberikan luka di beberapa b
Pertarungan antara Patriak Shen dan Shi Liong cukup sengit, membawa keduanya harus menggunakan teknik rahasia mereka masing-masing. Darah segar mengucur di sebagian tubuh Patriak Shen, akibat luka yang diberikan Shi Liong. Namun, Shi Liong tentunya mengalami luka yang lebih parah. Bahkan, di bagian dadanya terdapat goresan besar akibat tebasan pedang milik Patriak Shen.Shi Liong menggertakkan giginya dengan keras, kemudian memegangi erat pisau yang ada di tangannya. Ia menatap tajam, memfokuskan perhatiannya kepada target yang telah ditentukan."Hiyah!" Shi Liong menjerit keras. "Terima ini!" Diikuti dengan gerakan yang cepat.Ia melemparkan pisaunya ke udara, dan mengalirkan tenaga dalam ke senjata itu, membuatnya mampu bergerak dengan sendirinya. Namun, yang menarik perhatian dari teknik tersebut adalah pisau itu perlahan berubah menjadi dua, tiga, sepuluh, seratus bahkan seribu dan menutupi sebagian wilayah istana, membuat dua kelompok yang sedang bertarung