Home / Romansa / Bulu Perindu / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Bulu Perindu: Chapter 21 - Chapter 30

112 Chapters

Tiket Khusus

David dan keluarganya sudah memasuki batas kota. Tidak ada rombongan besar, hanya ada keluarga inti ditambah Andra. Agar orang tuanya nyaman karena juga membawa bingkisan dan buah tangan, David memutuskan untuk menyewa mobil tiga baris. Andra menawarkan diri untuk mengemudi dari pada duduk di baris ketiga bersama barang bawaan. Sepanjang perjalanan ia sengaja banyak berkelakar, terutama dengan Bapak untuk menghilangkan ketegangan dan mencairkan suasana. Lima menit lagi mereka akan tiba di rumah Pak Ruslan. Perasaan David jadi semakin tak menentu. Dia antusias, tapi juga sekaligus cemas. Ia khawatir Pak Ruslan akan tak terkendali. Wajar saja yang ia tahu anak gadisnya telah dinodai. Jika memang akhirnya ia mengatakan perihal kehamilan Adelia, David hanya bisa pasrah. Kemarahan orang tuanya sudah pasti akan meledak. “Vid, santai aja lah ... tegang amat kaya mau disunat,” ledek Andra. “Hush! Andra, kamu jangan ngeledek terus, kamu ini belum merasakan lho!” ujar
Read more

Cincin Ibu

“Maaf, Vid....”“Apa ini termasuk rencanamu dan Mama?” bisik David.“Nggak, Vid. Ini murni rencana Papa,” jawab Adelia.“Del, sini....” Bu Maryam melambai pada Adelia memintanya mendekat.Sesungguhnya Adelia merasa tak nyaman dengan permintaan Papanya. Apalagi tempo hari atas nama Papanya juga ia meminta untuk langsung melakukan lamaran alih-alih temu keluarga. Tapi untuk berargumen di depan orang tua David tentulah tak mungkin. Berisiko untuk menimbulkan pertanyaan lanjutan.“Kamu mau mas kawin apa, Nak?” tanya Pak Ahmad.Adelia terhenyak, ia bahkan belum membicarakan hal ini dengan David. Ia tentu ingin mas kawin yang spesial. Yang kekinian semisal uang berjumlah tanggal pernikahan atau tanggal ulang tahun. Sepertinya keinginan itu harus disimpan dalam-dalam. Dengan keputusan Papanya yang mendadak ini, hal yang paling mungkin adalah meminta mas kawin yang mudah dan bisa disanggupi
Read more

Akad

“Hai, Daud Vikri Darussalam bin Ahmad Darussalam.” “Ya, saya!” “Saya nikahkan putriku, Adelia Putri binti Ruslan Zain kepadamu, dengan mas kawin cincin emas seberat 5 gram dibayar tunai!” Pak Ruslan menghentakkan tangannya ke bawah. “Saya terima nikahnya, Adelia Putri binti Ruslan Zain dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!” jawab David lantang. “Bagaimana saksi? Sah?” tanya Pak Zakaria. “Sah!” jawab Andra dan Pak Syahrul, paman Adelia kompak. “Alhamdulillah....” Pak Zakaria kemudian memimpin doa, melafalkan syukur dan pujian bagi Allah atas terlaksananya akad nikah David dan Adelia. David mengadahkan tangannya mengamini doa Pak Zakaria yang entah sudah berapa ayat. Tak ada kata yang tepat untuk mendeskripsikan perasaannya kini. Gadis cantik di sebelahnya kini sudah sah menjadi istrinya. Ia mengadahkan tangan dan mengamini doa yang sama. Sudah banyak hal yang mereka lewati penuh debar tak beraturan. Dan kini mereka akan memul
Read more

Jalan Pulang

“Vid, gue ke kostan Lu aja ya?”“Lho, nggak di kostan Lu sendiri?” jawab David sekenanya.“Ada kerjaan gue, kostan Lu kan free WIFI.” Andra menyeringai di balik kemudi. “Pak, Bu, saya ijin nggak nganter sampe rumah ya?”“Iya, Ndra. Nggak apa, Ibu makasih lho udah dibantuin. Udah jadi saksi nikah segala. Maaf ngerepotin, ini harusnya si David ngasih apa gitu ke kamu, Ndra,” ujar Bu Maryam ramah.“Tuh, dengerin tuh, Vid. Ngasih apa kek? Mobil kek, atau rumah?” kelakar Andra.“Yee ... gue aja belum punya rumah. Itu kan udah gue kasih nginep di kostan gue plus fasilitasnya,” protes David.“Nanti aku kenalin sama temenku yang jomblo deh, Ndra. Mau nggak?” celetuk Adelia.Setelah peristiwa penting penuh debaran dan air mata, akhirnya Adelia bisa tenang. Duduk di mobil baris kedua diapit kedua mertua sungguh hal yang romantis, sedikit kik
Read more

Pengantin Baru

“Ibu Bapak nggak masalah kan makan rendang?” “Nggak, emang kenapa, Del?” tanya David. “Ya nggak apa, berarti Bapak Ibu sehat, nggak ada darah tinggi gitu. Jadi nggak ada pantangan makan kan?” lanjut Adelia. “Insya Allah Bapak Ibu sehat, Del. Memang Papa Mama ada pantangan?” tanya Bu Maryam. “Kalo Papa nggak bisa makan yang kolesterol tinggi, Bu. Papa punya darah tinggi. Kalo Ibu nggak boleh banyak makan manis.” “Ooo ... nggak bisa makan enak dong?” tanya David. “Iya, makanya waktu kamu makan di rumah itu banyak lalapan dan ikan kan?” terang Adelia. David masih ingat bagaimana marahnya Pak Ruslan malam itu. Tamparan kerasnya dan matanya yang memerah amat cocok dengan riwayat darah tingginya. Namun pantangan Bu Ratri yang tak boleh banyak makan manis David masih meragukan. Ia setengah yakin bahwa ini alibi untuk mendukung pura-pura sakitnya Bu Ratri. Nanti akan ia tanyakan pada istrinya apa yang sebenarnya terjadi sampai mereka d
Read more

Pagi Pertama

Pukul empat empat belas pagi, David membuka mata. Rasanya ia masih begitu mengantuk. Namun ia mendengar ada aktivitas di dapur. Itu pasti Ibu, selelah apa pun Ibu pasti terbangun sebelum subuh. Hal ini sudah ia lakukan berpuluh-puluh tahun. Mungkin selama ia sudah mengenal sholat subuh. Sedang Bapak biasanya sudah bangun sebelum Ibu. Bapak adalah seorang suami yang selalu tidur setelah dan bangun sebelum istrinya.David merasakan lengan kirinya kesemutan. Perempuan cantik itu masih terlelap berbantal lengan dan berguling tubuh suaminya. Hembusan napas Adelia yang teratur terasa hangat di dada David. David tersenyum, ia merasa beruntung sekali menjadi suami istrinya. Bahkan dalam kondisi tak sadar istrinya tetap mempesona. David gerakkan lengan kirinya perlahan, ia hendak bangun. Tapi pelukan istrinya tak mengijinkannya.“Sayang ... udah pagi, aku mau bangun dulu,” bisik David di telinga istrinya.Adelia menggeliat, ia hanya menggeram dan mengusap tel
Read more

Hari Terakhir Magang

Sudah dua hari Anjani tak menghubungi David. Tak ada notifikasi apa pun yang berasal dari pembimbing magangnya itu di gawainya. Anjani sengaja, ia ingin menjadikan hari ini spesial. Mungkin saja ini hari terakhirnya bertemu dengan David mengenakan jas almamater dan melihat lelaki itu mengajar di sekolah. Tiga bulan berlalu, cukup banyak hal terjadi di setengah waktu siangnya di sekolah. Apalagi di hati, banyak kejadian yang merobohkan kembali tatanan hatinya.Pukul tujuh kurang lima belas menit, Anjani tiba di sekolah. Rekan-rekan sesama mahasiswa magang hampir semuanya sudah hadir. Mereka sudah menyiapkan cinderamata untuk sekolah dan untuk pembimbing masing-masing. Sudah tak ada lagi kegiatan mengajar, mereka hanya berbincang ringan dengan guru-guru dan beberapa murid. Umumnya ke murid, karena kesan terdalam ada pada mereka.Tapi tidak untuk Anjani. Ia masih menanti kehadiran David yang tak berkabar dengannya sejak dua hari lalu. Bingkisan untuknya sudah ia siapkan d
Read more

Perpisahan Dengan Anjani

“Apa? Kakak udah nikah? Sama Kak Adelia? Kapan?”Kedua mata Anjani berbinar-binar. Ia tersenyum dan begitu antusias. David mulanya meragu, tapi tak ada alasan lain selain mengatakan yang sebenarnya terjadi pada Anjani. Lagi pula ia hanya sebentar, Adelia menunggunya di mobil. Lelaki itu terlihat tak percaya dengan apa yang ia lihat. Anjani tidak hancur. Bahkan kelakarnya untuk menjadi istri David setelah lulus kuliah tadi seolah tak ada artinya.“Iya, kami sekarang suami istri, Jani.”Kedua insan itu saling terpaku. David sudah menyiapkan banyak iba untuk Anjani, ia juga sudah merelakan bila gadis itu nantinya tak akan lagi ada di hidupnya. Kini prioritasnya hanya Adelia, perempuan yang dua hari lalu ia nikahi. Sungguh berat menerima kenyataan ini.Anjani memandang kosong tatap lelaki di hadapannya. Kening lelaki itu mengernyit hingga ada lekukan di antara kedua alis matanya. Kenyataan pahit ini memang tak bisa ia hindari. Harapan
Read more

Sebuah Awal II

Anjani tak dapat berbuat banyak. Ia biarkan saja tubuhnya di rengkuh lelaki beristri itu. Tangis David semakin menjadi-jadi. Kini air matanya sudah meleleh, menetes di jas almamater milik Anjani. Gadis itu terenyuh, ia dapat rasakan gerakan tubuh David yang cepat karena isaknya. Kedua tangan Anjani bergerak dan perlahan membelai lembut punggung David.Sesuatu yang besar pasti sudah terjadi antara lelaki di pelukannya dan Adelia. Jika memang mereka saling mencinta dengan tulus, tak mungkin David menangis seperti ini. Dari awal mantan pacar tiga menit dan dua harinya ini memang tak berniat untuk mengakhiri hubungan dengannya. Ada hal yang disembunyikan David darinya. Hal itu pula yang menyebabkan lelaki ini datang ke rumah jam enam pagi hanya untuk memutuskan hubungan. Kini tiba-tiba menikah namun tak rela melepaskan gadis yang bukan siapa-siapanya.“Sudah, Kak. Jangan sampai ada yang liat kondisi kita ini, apa lagi murid.” Anjani melepaskan pelukan David.
Read more

Tanda Cinta

Anjani masuk ke dalam kamarnya. Ia letakkan tas dan goodie bag berisi hadiah dari David dan Niko. Dilepaskan jas almamater dan ia lemparkan ke dalam basket pakaian kotor di sudut kamar. Gadis cantik itu segera mengganti kemeja putih dan midi skirt-nya dengan pakaian yang lebih ringan. Teriknya siang sudah cukup membuat perjalanan pulangnya begitu berat. Meski tak lebih berat dari menata ulang hatinya lagi.Ia raih dua buah kotak berbungkus kertas kado dari dalam goodie bag. Ia ambil yang berukuran lebih kecil, dari Niko. Anjani bahkan tak tahu kalau selama ini remaja kelas XII SMA itu memperhatikannya. Teman-teman sesama magang atau siswi-siswi memang sering membicarakan mantan ketua OSIS ini. Sepak terjangnya mungkin tak bisa dianggap remeh. Namun bagi Anjani, Niko sama sekali tak terlihat. Kharisma David begitu besar hingga menutup seluruh penglihatannya.Perlahan ia buka kertas kado itu. Sesekali ia melirik ke arah hadiah dari David. Senga
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status