Home / Romansa / Putri yang Sesungguhnya / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Putri yang Sesungguhnya: Chapter 1 - Chapter 10

22 Chapters

Bab 1

Di dalam ruangan, yang memiliki nuansa berwarna hitam. Seorang laki-laki yang tampak tua itu duduk di kursi kebesarannya. Menghadap satu orang laki-laki yang memiliki usia yang tampak sama.Jackson Fransisco, seorang Direktur Utama dari perusahaan Moon Light. Perusahaan besar yang memiliki nilai pasar tertinggi. Mencapai ratusan miliar bahkan triliun.Jackson yang umurnya sudah tua itu ingin menurunkan tahtanya sebagai Direktur Utama perusahaan kepada putra satu-satunya  yang bernama Gibran Emilio FransiscoDia laki-laki cerdas, memiliki jiwa pekerja keras yang tinggi. Dan selama kurang lebih 5 tahun dirinya bekerja sebagai bawahan ayahnya sendiri, kinerja Gibran sangat membuahkan hasil, Jackson merasa bangga memiliki putra seperti GibranAdiwansa, laki-laki yang sudah sejak satu jam yang lalu duduk dihadapan Jackson itu, terdiam menunggu apa pun perkataan yang keluar dari mulut bosnya itu.Adiwangsa sendiri, sudah bekerja sebagai sekretaris J
Read more

Bab 2

“Seperti ini, perlakuan orang sepertimu?” tanya Binar, dengan nada yang menyentakDeolinda mendengus “Kenapa? Semua orang akan terganggu dengan manusia seperti dia!” tunjuknya kepada wanita paruh, yang penampilannya tidak memiliki kemewahan itu. Wanita paruh itu hanya menundukan kepalanya.“Ibu ini hanya akan membeli pakaian, apa tidak boleh? Kau sombong sekali!”Deolinda mendengus lagi “Membeli pakaian? Apa seorang dengan tampilan seperti itu mampu membeli pakaian yang ada disini?”Mendengar nada kesombongan itu membuat Binar semakin naik darah. Memangnya tampilan harus menentukan seberapa mampunya ia untuk membeli pakaian yang ada di tempatnya. Jika iya, sungguh Deolinda orang yang sangat sombong. Hanya memandang fisik untuk mengukur jangkauannya.“Hei ... Hei... lihatlah. Begini perlakuan bos kalian kepada pelanggannya?” tanya Binar, kepada pelayan yang berada di dekatnya. Pelayan itu h
Read more

Bab 3

“Aku mohon, lepaskan aku. Jika kau ingin menculikku benar-benar tidak ada gunanaya. Aku hanya wanita dengan tubuh kurus. Aku mohon,” kata Binar penuh dengan permohonan“Aku hanya ingin tahu siapa namamu.” Akhirnya Gibran bersuara. Entah kenapa, sejak melihat aksi wanita ini yang tegas membuat dirinya penasaran, tentang wanita ini lebih jauh.“Omong kosong! Kau pasti laki-laki mesum yang ingin menculiku bukan?” Binar melepaskan cekalan itu dengan paksa“Laki-laki mesum? Kau mengataiku laki-laki mesum?” Gibran tidak menyangka jika wanita yang menjadi pusat rasa penasarannya itu mengatainya dengan sebutan laki-laki yang tidak ada harganya sama sekali.Sepanjang hidupnya. Gibran selalu dipenuhi dengan kalimat yang menjungjungnya tinggi. Dan kali ini, ada wanita yang mengatainya dengan sebutan rendahan seperti itu. Hal itu cukup membuatnya kesal.“Ya. Tampangmu kuat sekali! Dan ... “ Binar memu
Read more

Bab 4

“Kakek percaya, kamu akan menjadi pemimpin yang hebat!” kata Jhony, memeluk Gibran penuh dengan rasa banggaKemudian satu persatu para dewan Direksi perusahaan Moon Light, yang rata-rata semuanya di duduki oleh anak-anak dari Jhony –sekitar tiga orang sisanya di duduki oleh saudara-saudara dari Jhony itu sendiri.Mereka semua menyalami Gibran satu persatu. Menaruh rasa kepercayaannya pada laki-laki itu.Gibran sendiri juga bertekad, untuk menjadi pemimpin yang tidak mengecewakan semua karyawannya dan terlebih keluarganya yang sudah memberikan tanggung jawab ini.Sayangnya, upacara serah terma jabatan hanya di saksikan oleh para petinggi dan pemegang saham. Tidak di tunjukan secara terbuka bagi seluruh karyawan. Akan tetapi, sebagai gantinya. Gibran nanti akan berpidato untuk mengupcakan sepatah kata untuk karyawannya.Acara serah terima jabatan berakhir setelah Jackson Fransisco memeluk Gibran Emilio Fransisco. Semua orang yang ha
Read more

Bab 5

Sekitar pukul lima sore. Gibran dapat menyelesaikan pekerjaannya di hari pertamanya. Saat dia keluar dari ruangan kebesarannya, Adiwangsa telah menunggunya.Menundukan kepalanya hormat, lantas dia berkata “Kau akan langsung pulang, presdir?”Gibran menggeleng “Aku akan bertemu dengan Deolinda. Apa kau juga perlu mengikutiku?”Gibran berkata seperti itu, hanya untuk menyindir. Karena sejak posisi presdirnya ia duduki. Adiwangsa selalu tahu apa yang menjadi urusannya.“Katakan saja, jika kau butuh bantuanku. Aku akan segera menerima telponmu.” Adiwangsa mengulurkan tangan kanannya. Bermaksud memberikan sebuah tanda, untuk mempersilahkan Gibran berjalan terlebih dahuluSeraya berjalan, Gibran tersenyum tipis, mendengar apa yang diucapkan Adiwangsa tadi. Adiwangsa berkata seperti itu memiliki arti. Jika Gibran membutuhkan bantuannya saat bertemu dengan Deolinda. Hubungi saja dirinya, Adiwangsa akan segera menerima te
Read more

Bab 6

Dengan anggun, Delinda mengangkat cangkir kopinya lalu menengaknya sedikit. Setelah merasakan nikmatnya rasa kopi itu, Deolinda menyimpan kembali cangkirnya ke atas meja. Kemudian menatap Gibran yang berdiam diri di depannya“Kau hanya melihatku minum?” Deolinda menyindir, tingkah laku Gibran yang hanya mematung seperti benda mati. Padahal dia sudah memesan minumannya juga“Kau berurusan dengan wanita itu lagi?” Gibran malah bertanya. Hal itu membuat Deolinda mengerutkan alisnya“Apa maksudmu?”“Dia bekerja di perusahaanku. Jika kau ingin balas dendam, aku bisa melakukannya untukmu. Kau tidak harus mengambil Id Card karyawannya.”Mendengar itu, Deolinda terkekeh pelan. Dia merasa aneh kenapa Gibran mengikut campuri urusannya. Padahal sejak dua tahun yang lalu, laki-laki itu tidak ingin tahu urusannya.“Apa kau sedang menjadi bos yang baik untuknya?”Deolinda bertanya seperti
Read more

Bab 7

Binar buru-buru masuk ke dalam rumahnya, setelah menyelesaikan pekerjaannya di toko roti ibunya, tepat pada pukul sepuluh malam.Hal itu mampu membuat Embum bingung, melihat Binar yang kini sedang menggeledah tumpukan majalah yang berada di lemari bawah tv.“Kau mencari apa?” tanya Embun, seraya mengaitkan tas slempangnya pada penggantung pakaianBinar masih sibuk mencari “Aku mencari majalah fasion yang sempat ibu tunjukan padaku tadi.”Embun tahu, majalah yang dicari Binar adalah majalah fasion yang menampilkan biografi dari seorang Deolinda Diatmika, itu membuatnya menjadi berpikir yang tidak-tidak“Kenapa kau mencari itu?”Binar diam, dia tidak menjawab. Karena terlalu fokus mencari majalah itu di antara banyaknya majalah berbagai macamEmbun khawatir, jika Binar memang benar mempunyai urusan dengan Deolinda. Untuk memastikan, Embun gerak cepat menghampiri Binar dan bertanya sekali lagi dengan s
Read more

Bab 8

Setumpuk kertas Binar letakan di atas mesin pencetak. Dia sedang mencopy sebuah dokumen. setelah melihat mesinnya sudah mulai bekerja, Binar menghembuskan napasnya. Pagi ini sudah sangat memelahkan, entahlah kenapa mendadak pekerjaannya begitu sangat sulit ia kerjakan.Tiba-tiba saja, diantara teraturnya suara mesin pencetak. Binar menemukan sebuah sesuatu hal yang ada pada ingatannya.Dia teringat, jika semalam dia sempat akan mengunduh foto yang dikirim Fany, akan tetapi gagal karena dia kehabisan data internetnya. Semalam juga dia sudah berencana akan mengunduhnya di kantor, sebab di kantor memiliki akses wifi secara gratis bagi karyawannya.Segera Binar meronggoh ponselnya, dan menyambungkan perangkatnya pada wifi perusahaan. akan tetapi wifi itu tidak dapat terhubung, mungkin karena terlalu banyak perangkat yang tersambung jadi server mengalami sedikit gangguan.Alhasil Binar hanya bisa melenguh.“Kau kenapa?”Lenguhan Binar
Read more

Bab 9

Seperti biasanya, dalam rutinitas paginya. Embun akan pergi ke pasar untuk membeli bahan-bahan untuk toko rotinya. Hari ini lumyan, dia mendapati pesanan seratus bungkus roti, tentunya membuat Embun memiliki semangat yang lebih dari hari-hari biasanya.Dengan kedua kaki yang tidak lagi kuat, Embun berjalan dengan membawa beban di kedua tangannya. Saat dia berjalan melewati toko pakiannya Deolinda, langkah kakinya terhenti, apalagi matanya yang seolah terpaku di sana. Detak jantungnya mulai berdetak tidak teratur, saat wanita yang berada dihadapannya melepaskan kacamata hitammnya, kemudian dia tersenyum.Embun, membuang muka seraya mendengus. Dia enggan membalas sapaan manis itu.Juwita, dengen setelan mahal dan tas mewahnya itu melangkah satu langkah ke depan. Dalam tampilan kedua wanita itu sangat memperlihatkan sekali kesenjangan.“Apa kabarmu?” tanya JuwitaEmbun masih tampak tidak suka. Namun dia tidak akan tinggal diam saja “
Read more

Bab 10

“Aku sudah menjadwalkan ulang, pertemuan kita bersama beberapa klien, presdir.” Adiwangsa menyerahkan tab hitam kepada Gibran, yang berisi pergantian jadwalnya.Gibran mengangguk, kemudian bangkit dari kursi kebesarannya itu. Dan melepas setelannya, lalu mengantinya yang baru. Dengan jas berwarna hitam, yang diberikan Deolinda untuk ia kenakan dalam acaranya kali ini.“Apa ayah anda tidak mengetahui acara ini, presdir?” tanya Adiwangsa, saat Gibran sedang memakai jasnya.“Kenapa? Apa dia bertanya padamu? Atau kau yang berniat untuk memberitahunya?”Mendengar jawaban itu, Adiwansa menjadi tahu, jika Gibran tidak membicarakan ini kepada keluarganya“Tuan Jackson, pasti senang mendengar kabar ini.”“Ya. Aku pikir tidak perlu memberitahunya, jika ayah akan tahu dengan sendirinya.”“Acara itu, dihadiri banyak media. Itu akan sangat menguntungkan perusahaan. Anda pasti telah
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status