Home / Romansa / For Husband / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of For Husband: Chapter 51 - Chapter 60

74 Chapters

51.

POV Bella             Setelah Mas Rengga hilang dibalik pintu. Selanjutnya Dokter Ani muncul, dengan senyum mengembang diwajahnya. Auranya begitu cerah, yang secara tidak langsung menular padaku. Sebelum Dokter Ani mencapai ranjang, terdengar tangisan dari salah satu bayi dalam box. Secara spontan aku berusaha bangun, yang langsung diintrupsi oleh dokter Ani.             “Biar aku saja Bella, kamu tetaplah berbaring,” Dengan nada perintah di akhir kalimatnya. Membuatku kembali bebaring pasrah.             Tubuhku rasanya masih lemas, setelah koma selama 7 hari. Dokter Ani kembali mendekat, bersama bayi dalam gendongannya. Lalu duduk tepat disisi kanan ranjangku.             “Oh..dia bayi yang tampan Bella. Hah, rasanya aku ingin memili
Read more

52.

POV Bella             Anak-anak menerjangku dengan pelukan. Begitu bayi dalam gendonganku sudah berpindah tangan. Bahkan kata-kata papanya, tidak mereka hiraukan. Malah semakin mengeratkan pelukannya pada tubuhku. Aku membalas pelukan tersebut tak kalah erat. Dengan kecupan dipuncak kepala mereka, seraya mengusapnya bergantian.             “Mama sudah selesai istirahatnya,” tanya Amira. Aku awalnya bingung, namun setelahnya aku tersenyum. Mendengar Aldo menanggapi pertanyaan Amira.             “Karena kita sudah jadi anak yang baik. Makanya mama menyelesaikan istirahat dengan cepat,” balas Aldo antusias. Aku mengangguk, mengiyakan kata-kata Aldo yang begitu polos. Pasti Mas Rengga yang bilang pada mereka. Bahwa aku tengah istirahat hingga berhari-hari. Aku mengelus pipi cabi Aldo, yang semakin cab
Read more

53

POV Bella.             Sudah hampir 2 minggu aku melakukan pemulihan, dengan tetap memperhatikan anjuran Dokter Andre. Setiap kali aku ingin melakukan sesuatu. Sebisa mungkin dilakukan diranjang, tanpa harus berpindah tempat. Kecuali untuk panggilan alam.             Mas Rengga selalu mengingatkan, agar menyusui bayi sambil rebahan saja. Sehingga kedua tanganku tak perlu menyangga tubuh mereka. Aku sangat bosan, hanya berada dikamar ini.             Merasa tubuhku sudah lebih baik daripada hari-hari yang lalu. Setelah meminum obat yang diresepkan Dokter Andre. Walau memang masih agak lemas, tiap kali melangkahkan kaki. Selama itu pula, Mas Rengga selalu menemaniku. Terkadang anak-anak juga ikut tidur dikamar ini bersamaku.            
Read more

54

POV Rengga             Menghela napas lega, setelah selesai melakukan pembahasan perihal problem di perusahaan cabang Suarabaya. Reno dan Ria sudah keluar dari ruangan. Meninggalkan bertumpuk dokumen yang perlu aku periksa dan tandatangani.             Pembahasan tersebut lumayan memakan konsentrasi dan emosiku. Karena orang yang terlibat ternyata cukup banyak. Akan semakin menyita waktu, untuk proses penyelidikan. Menurut penjelasan Reno dalam kunjungannya kemarin ke Surabaya. Direktur belum mengetahui, bahwa ada yang tidak beres dalam arus dana perusahaan. Hah, aku rasa sudah saatnya memilih direktur baru, untuk menggantikannya.             Ditengah proses berpikir tersebut, aku ingat kalau hari ini waktunya Andre mengontrol Bella ke rumah. Aku lirik jam, sudah menunjukkan lewat istirahat makan
Read more

55.

POV Rengga             Aku beranjak menuju ruang keluarga, untuk menemui Andre. Aku lihat dia tampak menerima telpon dari seseorang. Aku dudukan diriku berhadapan dengannya. Menunggu beberapa saat, sampai Andre selesai dengan telponnya.             “Maaf Ga membuatmu menunggu.” Ucapnya seraya menyimpan ponsel ke atas meja.             “Santai saja Dre.” balasku menampilkan wajah tenang.             “Jadi mengenai kondisi Bella. Sudah baik, hanya harus tetap diperhatikan istirahat dan asupan makanan. Disamping untuk kebutuhan produksi asinya. Cek up lusa depan, untuk memastikan keseluruhan kondisinya. Nanti akan aku kabari lagi waktunya. Dan jangan lupa terus dampingi dia Ga.” aku mengangkat sebelah alis, melihatnya tampak berpikir lain
Read more

56.

POV Rengga             Aku sedang bersandar dikursi kebesaranku. Setelah meeting yang aku hadiri, membuat kepalaku sedikit pusing. Aku harus, setidaknya menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang sempat tertunda. Kemudian baru fokus ke Cabang perusahaan yang bermasalah.             Kemarin Bella sudah melakukan cek up, seperti yang sudah diatur oleh Andre. Aku belum sempat membicarakan hasilnya secara mendalam dengan Andre. Karena banyak urusan kantor, yang begitu mendesak untuk diselesaikan lebih dulu.             Aku lirik jam, masih menunjukkan setengah 1. Masih ada setengah jam, sebelum waktu makan siang selesai. Aku rasa cukup, untuk membicarakan hasil cek up Bella dengan Andre via telpon. Aku raih ponsel yang tergeletak di laci meja. Banyak pesan dari Bella yang aku balas lebih dahulu. Selanjutn
Read more

57.

POV Rengga             Aku pulang setelah selesai dengan pekerjaanku. Menyerahkan segala urusan kantor kepada Reno semntara waktu. Sampai aku kembali dari Surabaya.             Sampai dirumah, aku jumpai suasana sepi. Lalu segera menuju ruang kerja. Ada beberapa dokumen yang harus aku selesaikan, untuk dibawa Ria besok pagi. Sedikit berkutat dengan berkas, membuatku lupa dengan waktu yang sudah menunjukkan jam 4 sore hari. Aku bereskan berkas, mengumpulkannya menjadi satu. Aku tandai setiap berkas, agar Ria mudah untuk memilahnya.            Selesai dengan hal itu, aku beranjak keluar menuju kamar. Aku buka pintu perlahan, menemukan Bella yang masih terlelap. Aku alihkan pandangan, pada meja kecil dekat meja rias, yang terdapat bekas makan siang. Mendekat ke ranjang, lalu menekan tombol untuk memanggil
Read more

58.

POV Rengga             Aku masih terus bergerak cepat, hingga kami meraih klimaks bersama.             “Ahkkkkk hhh Mas,” teriak Bella yang aku peluk dari belakang.             “Hah, hhh nikmat sayang,” aku mengatur napas setelah klimaks yang luar biasa.             Kami masih dalam keadaan yang menyatu. Sampai aku putar kran shower, membuat kami sama-sama basah oleh kucuran air. Kami menyelesaikan mandi lebih lama. Karena aku yang sudah tidak tahan menahan hasrat untuk berada didalamnya.             Tubuh mulusnya selalu membuatku lupa diri. Setelah beberapa kali mengandung dan melahirkan, tidak tampak perubahan signifikan pada tubuhnya. Hanya beberapa bagian seperti panta
Read more

59.

POV Bella            Ini sudah 5 bulan, semenjak kami pindah kesini. Kandunganku sudah membesar seperti hamil 8 bulan. Dokter Andre bilang, ini karena susu yang aku konsumsi berpengaruh pada janin yang aku kandung. Pertanda jika memang susu itu, cocok untuk mereka. Dan tidak berpengaruh negatif pada tubuhku.            Kabar baiknya adalah, aku kembali mengandung bayi kembar. Setelah diperiksa secara seksama olehnya. Karena Mas Rengga tidak percaya pada Dokter kandungan lain. Maka Dokter Andre harus rela melakukan perjalan jauh untuk mengontrol kandunganku.            Bayi-bayiku juga tumbuh dengan sehat. Bahkan gemuk, karena asi yang tidak pernah telat aku berikan. Walau sekarang, lebih tidak nyaman menyusui mereka secara langsung. Tapi aku usahakan untuk tetap menyusui mereka secara langsung.
Read more

60.

POV Rengga             Kami berpiknik setelah menyelesaikan sarapan. Berada di taman dengan dinaungi pepohonan rindang. Membuat kami hanyut dalam suasana sejuk alam. Walau hanya berpiknik ditaman belakang rumah. Karena perawatan yang baik membuat taman ini lebih mirip seperti hutan mini, dengan banyak bunga disekelilingnya.             Beruntungnya para baby sister anak-anakku. Kompak memakaikan mereka celana panjang. Karena mereka sudah antusias, sejak diturunkan di karpet. Aku ikut mengawasi mereka, yang kini diikuti baby sisternya masing-masing.             Sedang Arsella, masih asik menyusu. Tanpa tertarik dengan kegiatan yang dilakukan kakaknya. Dengan posisi berbaring miring dikarpet, Bella dapat menyusui Arsella dengan nyaman. Karena perut besarnya akan tertekan, jika menyusui dilakukan den
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status