"Kamu mau ke mana, Galih? Ini masih jam tujuh lewat lima menit, tapi kamu sudah mau pulang aja. Ayo sini dulu, temani saya main catur. Kemarin saya sengaja mengalah hanya karena saya tidak mau membuat kamu kehilangan muka di depan si Mer. Kan nggak keren amat kalau baru aja jadian, tapi kamu sudah kalah saja sama saya. Saya hanya menjaga perasaan putri saya. Nanti dia malu kalau pacarnya yang dia puja-puja setinggi langit, malah keok di tangan ayahnya sendiri. Kan ngenes bener."Chris yang sebenarnya sejak dari pukul empat sore tadi terus saja menunggu Galih datang, langsung membawa kotak catur ke ruang keluarga. Ia ingin kembali menjajal kemampuan catur calon menantu polisinya ini. Tian terlalu sibuk mengurus istrinya yang sedang hamil muda, sementara ia sendiri mengidam muda. Istrinya yang hamil, tapi bukan istrinya yang mengidam. Malah yang mendonor sperma yang mengidam. Anak menantunya saat ini seperti sedang bertukar peran saja.
Baca selengkapnya