Home / Romansa / Princess Oneng vs Abang Polisi / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Princess Oneng vs Abang Polisi: Chapter 31 - Chapter 40

47 Chapters

Chapter 31

"Kamu mendadak tuli Arini? Jawab dulu pertanyaan Mas, kamu tahu dari mana kalau Mas sudah putus dengan Merlyn?" Galih melemparkan tatapan penuh spekulasi pada Arini yang seketika terlihat kelabakan karena kebingungan harus mencari alasan."Apa kamu memiliki kontribusi dalam meracuni pikiran Merlyn untuk mengakhiri hubungannya dengan Mas, Rini?"Galih kembali menanyakan sesuatu yang sepertinya mulai akan terungkap. Tetapi ia tidak mau terburu-buru dalam menangkap malingnya. Karena biasanya maling itu hanyalah topik pengalihan kesalahan. Mereka itu cuma pion yang disetting untuk memuluskan jalan dalang yang sebenarnya. Galih akan bersabar. Ia tidak ingin memancing ikan kecil. Tapi ia ingin menjerat ikan pausnya. Just wait and see. "Tidak, Mas. Mas seperti tidak tahu kelakuan Dek Mer saja. Ia itu mana bisa diancam-ancam orangnya. Semakin kita mengancamnya maka semakin ngototlah dia. Mas kan man
Read more

Chapter 32

"Mengapa rindu kamu itu terlarang, Mer?"Galih menarik kursi di meja nomor delapan dan duduk di sana. Meja ini letaknya paling ujung. Dekat dengan stealing makanan. Meja ini adalah juga merupakan meja favorit Galih karena lebih privacy. Cocok untuk melakukan interogasi terselubung pada Merlyn. Ini lah saatnya! Ia akan menginterogasinya pelan-pelan tanpa yang diinterogasi menyadarinya. Tehnik ini terpaksa ia lakukan demi menguak tabir kebenaran. Kalau Merlyn memutuskannya karena ia memang sudah tidak mencintainya lagi, Galih akan menerimanya dengan lapang dada. Ia harus bersikap kesatria. Cinta memang tidak bisa dipaksakan. Tetapi kalau Merlyn memutuskannya karena dipaksa dan terpaksa, itu lain lagi ceritanya. Ia akan terus saja memburu kebenarannya, sampai kebenaran itu membuka semua tabir teka teki yang membuatnya sakit kepala dan galau tak henti-hentinya. Melihatnya telah duduk, Merlyn terlihat ragu-ragu untuk menyusul duduk walaupun ak
Read more

Chapter 33

"Kita mau ke mana ini, Bang? Perasaan jalan ke arah rumah saya itu belok ke kanan. Bukan lurus begini. Abang lupa ya alamat rumah saya? Ahelah Bang... Bang... baru putus sehari saja Abang polisi sudah lupa sama alamat rumah saya. Apalagi setahun. Bisa-bisa Abang lupa lagi sama penampakan wajah saya." Dengan sedih Merlyn memandangi wajah abang polisinya. Katanya saja polisi. Yang ingatannya kuat dan di atas rata-rata. Tapi ini cuma alamat rumah saja bisa lupa. Gawat kan?"Abang tahu kok alamat rumah kamu, Mer. Ini Abang memang sengaja membawa kamu ke apartemen Abang dulu sebentar. Ada hal yang ingin Abang bicarakan dengan kamu. Kamu bersedia kan, Mer?" Galih menatap dalam-dalam wajah mantan pacar seharinya sebentar, sebelum kembali berkonsentrasi menyetir. Lama tidak mendengar sahutan, Galih menoleh ke samping kirinya. Merlyn tampak melamun. Air mukanya muram dan sedih."Kenapa kamu tidak menjawab, Mer? Apa kamu tidak bersedia?" Ta
Read more

Chapter 34

"Tunggu sebentar ya, Mer? Abang akan membuka pintu dulu. Kita akan kedatangan tamu-tamu istimewa. Kamu duduk manis saja di sini." Merlyn menganggukkan kepalanya. Entah mengapa perasaannya tidak enak sekali."Lho, Dek Mer. Ngapain kamu ada di sini? Bukannya kamu sudah berjanji akan--" Arini tiba-tiba saja menghentikan kata-katanya. Hampir saja ia keceplosan. Untung saja Bu Sekar yang berada tepat di belakangnya, mencubit pelan lengannya. Mencoba memperingati kecerobohan kata-katanya."Merlyn berjanji akan apa, Rin? Kenapa tidak diteruskan saja kata-katanya? Ayo lanjutkan kata-kata kamu, Rin." Galih yang berdiri tepat di hadapan Arini menatap Arini dengan pandangan sinis. Dia sudah hampir dapat menebak lanjutan dari kata-kata Arini. Motif Arini pun mudah sekali untuk ditebak. Arini ingin memilikinya. Maksud dan tujuannya jelas. Hanya satu hal yang membuat Galih bingung dan penasaran. Apa maksud dan tujuan ibunya membantu Arini? Karena setahu
Read more

Chapter 35

"Kamu marah pada ibu, Lih? Karena Ibu sudah menjadi seorang pelakor? Tapi kamu kan juga tau Nak, kalau Ariana itu juga bukan seorang istri yang bersih. Dia itu juga adalah seorang pelakor, Nak."Sekar memecah suara keheningan di dalam mobil dengan kalimat pembelaannya. Dari sejak mobil berjalan lima belas menit lamanya, Galih terus saja diam seribu bahasa. Merlyn yang duduk di belakang juga sama sekali tidak bersuara. Ia takut bersuara melihat gentingnya suasana. Ia memilih diam agar Galih tidak semakin bertambah emosi pada ibunya. Sekar bingung harus mencari topik pembicaraan apa agar putranya mau berkomunikasi dengannya."Bukan itu poinnya, Bu. Ibu tidak perlu menjadi seorang pelakor jika hanya untuk membalas pelakor lainnya. Masalah Bu Ariana juga adalah seorang pelakor? Itu bukan urusan Ibu. Apa menurut Ibu melakor suami seorang pelakor itu sah-sah saja? Itu persep
Read more

Chapter 36

"Selamat siang Abang pacar, mau makan apa hari ini? Nasi briyani atau nasi goreng spesial."Merlyn menyambut kedatangan Galih dengan senyum semanis sirup Marja*. Senyum lebarnya kembali menghadirkan dekik manis di kedua pipinya. Sekarang senyumnya sudah kembali lepas. Tidak tertahan-tahan lagi. Galih terpesona. Lama-lama ia bisa terkena diabetes mellitus kalau terus-terusan disuguhi manisnya senyum Merlyn yang tanpa pengawet dan pemanis buatan ini."Nasi goreng spesialnya pakai apa, Neng?" Galih iseng menggoda Merlyn."Spesial pake cinta dan kasih sayang khusus untuk Abang pacar tersayang. Tetapi tetap no discount apalagi ngutang ya, Bang? Cinta boleh cinta, but business is business. Tidak boleh mencampur adukkan keduanya ya, Bang. Hehehehe... " Merlyn kembali tertawa lebar. Ia senang sekali karena dikunjungi oleh abang pacarnya."Perasaan Eneng kepada Abang sebenarnya kayak gima
Read more

Chapter 37

"Pak Christian Diwangkara dan Ibu Marilyn Diwangkara, saya Kompol Galih Kurniawan Jati bermaksud untuk meminang putri Bapak dan Ibu, Merlyn Diwangkara menjadi istri saya dan menyempurnakan setengah agama saya, serta menjaga saya dari perbuatan maksiat yang dimurkai oleh-Nya. Jika Bapak dan Ibu berkenan, izinkan saya untuk membahagiakan putri Bapak dan Ibu, di dunia dan di akhirat."Galih akhirnya berhasil mengutarakan maksud hatinya untuk meminang gadis pujaan hatinya. Ia bahkan berhasil mengucapkan kalimatnya dalam satu tarikan nafas. Saat ini, ia hanya tinggal menunggu jawaban dari kedua orang tua Merlyn. Terutama ayahnya. Suasana di ruang tamu mendadak sepi, setelah ia dengan berani mengungkapkan niatnya untuk meminang Merlyn. Pak Chris duduk diam sambil berfikir keras. Sementara Bu Marilyn malah santai-santai saja. Ia hanya mengangguk dengan pandangan tetap terarah pada layar televisi. Berurai air mata menatap layar televisi yang sedang menayangkan pro
Read more

Chapter 38

Drttt... drrtt... drrtt...Saku Galih bergetar karena ada panggilan dari ponsel khususnya. Pasti ada kejadian darurat yang membuat atasannya menghubunginya di jam-jam yang tidak lazim seperti ini. "Mer, Abang menerima telepon dari atasan Abang dulu, ya? Kamu jangan ke mana-mana. Nanti Abang akan kembali ke sini." Galih membuat gerakan akan mencari tempat aman untuk membahas masalah pekerjaan. Merlyn membalas dengan membuat gerakan ok dengan tangannya tanpa bersuara. Ia paham kalau abang pacarnya mempunyai tugas rahasia."Perintah Komandan! Kompol Galih Kurniawan Jati disini."Kompol Galih Kurniawan Jati, ada informasi terbaru yang didapatkan dari reserse unit narkoba. Ada penyeludupan barang haram dari kapal ikan nelayan di pinggiran sungai kawasan Dumai. Barang bukti diduga disembunyikan di dalam dashboard mobil yang sudah dimodifikasi. Penyelundupan
Read more

Chapter 39

Hari terus berganti. Merlyn menghitung sudah tujuh hari lamanya abang pacarnya menjalankan misi rahasianya. Abang pacarnya selalu mengatakan bahwa saat ia menjalankan misi rahasianya, ia harus memutus semua akses komunikasinya dengan dunia luar. Merlyn mengerti, abang pacarnya adalah seorang polisi. Pasti ada hal-hal yang tidak bisa abang pacarnya bagi dengan dirinya. Terkadang Merlyn sangat takut kalau abang pacarnya suatu hari kelak akan pulang dalam keadaan sudah tidak bernyawa. Tetapi ya, memang begitulah resiko seorang abdi negara. Kemarin ayahnya menasehatinya secara khusus. Ayahnya mengatakan bahwa saat ia telah memutuskan untuk menjadi pasangan seorang pria berseragam, itu artinya ia harus siap diduakan. Cinta pertama dan wajib bagi para pria berseragam itu adalah negaranya. Ia masih ingat saat abang pacarnya berpamitan padanya tujuh hari yang lalu. "Mer, maaf ya, Abang harus
Read more

Chapter 40

"Sir, ini jalannya salah! Ahelah akhir-akhir ini kenapa orang yang niat nganterin saya pulang pada lupa jalan semua ya? Lho... lho.. lho... ini kita mau kemana sih, Sir? Kok jalannya malah muter-muter terus?" Merlyn kebingungan karena George terus saja membawanya berputar-putar ke arah jalan-jalan yang tidak pernah dilaluinya sama sekali. "Diam! Jangan banyak tanya. Saya memang tidak membawa kamu untuk saya antar pulang!" George membentaknya kasar. Tiba-tiba saja George menghentikan kendaraannya di pinggir jalan yang agak sepi. Ia mengeluarkan sebuah kain hitam dan tali nylon dari dalam laci dashboard. Menutup matanya dengan kain hitam dan mengikat kedua tangannya dengan tali nylon erat-erat.  "Kenapa saya diiket-iket begini sih, Sir? Ini mata saya juga k
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status