"Kita mau ke mana ini, Bang? Perasaan jalan ke arah rumah saya itu belok ke kanan. Bukan lurus begini. Abang lupa ya alamat rumah saya? Ahelah Bang... Bang... baru putus sehari saja Abang polisi sudah lupa sama alamat rumah saya. Apalagi setahun. Bisa-bisa Abang lupa lagi sama penampakan wajah saya." Dengan sedih Merlyn memandangi wajah abang polisinya. Katanya saja polisi. Yang ingatannya kuat dan di atas rata-rata. Tapi ini cuma alamat rumah saja bisa lupa. Gawat kan?
"Abang tahu kok alamat rumah kamu, Mer. Ini Abang memang sengaja membawa kamu ke apartemen Abang dulu sebentar. Ada hal yang ingin Abang bicarakan dengan kamu. Kamu bersedia kan, Mer?" Galih menatap dalam-dalam wajah mantan pacar seharinya sebentar, sebelum kembali berkonsentrasi menyetir. Lama tidak mendengar sahutan, Galih menoleh ke samping kirinya. Merlyn tampak melamun. Air mukanya muram dan sedih.
"Kenapa kamu tidak menjawab, Mer? Apa kamu tidak bersedia?" Ta
"Tunggu sebentar ya, Mer? Abang akan membuka pintu dulu. Kita akan kedatangan tamu-tamu istimewa. Kamu duduk manis saja di sini." Merlyn menganggukkan kepalanya. Entah mengapa perasaannya tidak enak sekali."Lho, Dek Mer. Ngapain kamu ada di sini? Bukannya kamu sudah berjanji akan--" Arini tiba-tiba saja menghentikan kata-katanya. Hampir saja ia keceplosan. Untung saja Bu Sekar yang berada tepat di belakangnya, mencubit pelan lengannya. Mencoba memperingati kecerobohan kata-katanya."Merlyn berjanji akan apa, Rin? Kenapa tidak diteruskan saja kata-katanya? Ayo lanjutkan kata-kata kamu, Rin." Galih yang berdiri tepat di hadapan Arini menatap Arini dengan pandangan sinis. Dia sudah hampir dapat menebak lanjutan dari kata-kata Arini. Motif Arini pun mudah sekali untuk ditebak. Arini ingin memilikinya. Maksud dan tujuannya jelas. Hanya satu hal yang membuat Galih bingung dan penasaran. Apa maksud dan tujuan ibunya membantu Arini? Karena setahu
"Kamu marah pada ibu, Lih? Karena Ibu sudah menjadi seorang pelakor? Tapi kamu kan juga tau Nak, kalau Ariana itu juga bukan seorang istri yang bersih. Dia itu juga adalah seorang pelakor, Nak."Sekar memecah suara keheningan di dalam mobil dengan kalimat pembelaannya. Dari sejak mobil berjalan lima belas menit lamanya, Galih terus saja diam seribu bahasa. Merlyn yang duduk di belakang juga sama sekali tidak bersuara. Ia takut bersuara melihat gentingnya suasana. Ia memilih diam agar Galih tidak semakin bertambah emosi pada ibunya. Sekar bingung harus mencari topik pembicaraan apa agar putranya mau berkomunikasi dengannya."Bukan itu poinnya, Bu. Ibu tidak perlu menjadi seorang pelakor jika hanya untuk membalas pelakor lainnya. Masalah Bu Ariana juga adalah seorang pelakor? Itu bukan urusan Ibu. Apa menurut Ibu melakor suami seorang pelakor itu sah-sah saja? Itu persep
"Selamat siang Abang pacar, mau makan apa hari ini? Nasi briyani atau nasi goreng spesial."Merlyn menyambut kedatangan Galih dengan senyum semanis sirup Marja*. Senyum lebarnya kembali menghadirkan dekik manis di kedua pipinya. Sekarang senyumnya sudah kembali lepas. Tidak tertahan-tahan lagi. Galih terpesona. Lama-lama ia bisa terkena diabetes mellitus kalau terus-terusan disuguhi manisnya senyum Merlyn yang tanpa pengawet dan pemanis buatan ini."Nasi goreng spesialnya pakai apa, Neng?" Galih iseng menggoda Merlyn."Spesial pake cinta dan kasih sayang khusus untuk Abang pacar tersayang. Tetapi tetap no discount apalagi ngutang ya, Bang? Cinta boleh cinta, but business is business. Tidak boleh mencampur adukkan keduanya ya, Bang. Hehehehe... " Merlyn kembali tertawa lebar. Ia senang sekali karena dikunjungi oleh abang pacarnya."Perasaan Eneng kepada Abang sebenarnya kayak gima
"Pak Christian Diwangkara dan Ibu Marilyn Diwangkara, saya Kompol Galih Kurniawan Jati bermaksud untuk meminang putri Bapak dan Ibu, Merlyn Diwangkara menjadi istri saya dan menyempurnakan setengah agama saya, serta menjaga saya dari perbuatan maksiat yang dimurkai oleh-Nya. Jika Bapak dan Ibu berkenan, izinkan saya untuk membahagiakan putri Bapak dan Ibu, di dunia dan di akhirat."Galih akhirnya berhasil mengutarakan maksud hatinya untuk meminang gadis pujaan hatinya. Ia bahkan berhasil mengucapkan kalimatnya dalam satu tarikan nafas. Saat ini, ia hanya tinggal menunggu jawaban dari kedua orang tua Merlyn. Terutama ayahnya. Suasana di ruang tamu mendadak sepi, setelah ia dengan berani mengungkapkan niatnya untuk meminang Merlyn. Pak Chris duduk diam sambil berfikir keras. Sementara Bu Marilyn malah santai-santai saja. Ia hanya mengangguk dengan pandangan tetap terarah pada layar televisi. Berurai air mata menatap layar televisi yang sedang menayangkan pro
Drttt... drrtt... drrtt...Saku Galih bergetar karena ada panggilan dari ponsel khususnya. Pasti ada kejadian darurat yang membuat atasannya menghubunginya di jam-jam yang tidak lazim seperti ini. "Mer, Abang menerima telepon dari atasan Abang dulu, ya? Kamu jangan ke mana-mana. Nanti Abang akan kembali ke sini." Galih membuat gerakan akan mencari tempat aman untuk membahas masalah pekerjaan. Merlyn membalas dengan membuat gerakan ok dengan tangannya tanpa bersuara. Ia paham kalau abang pacarnya mempunyai tugas rahasia."Perintah Komandan! Kompol Galih Kurniawan Jati disini."Kompol Galih Kurniawan Jati, ada informasi terbaru yang didapatkan dari reserse unit narkoba. Ada penyeludupan barang haram dari kapal ikan nelayan di pinggiran sungai kawasan Dumai. Barang bukti diduga disembunyikan di dalam dashboard mobil yang sudah dimodifikasi. Penyelundupan
Hari terus berganti. Merlyn menghitung sudah tujuh hari lamanya abang pacarnya menjalankan misi rahasianya. Abang pacarnya selalu mengatakan bahwa saat ia menjalankan misi rahasianya, ia harus memutus semua akses komunikasinya dengan dunia luar. Merlyn mengerti, abang pacarnya adalah seorang polisi. Pasti ada hal-hal yang tidak bisa abang pacarnya bagi dengan dirinya. Terkadang Merlyn sangat takut kalau abang pacarnya suatu hari kelak akan pulang dalam keadaan sudah tidak bernyawa. Tetapi ya, memang begitulah resiko seorang abdi negara. Kemarin ayahnya menasehatinya secara khusus. Ayahnya mengatakan bahwa saat ia telah memutuskan untuk menjadi pasangan seorang pria berseragam, itu artinya ia harus siap diduakan. Cinta pertama dan wajib bagi para pria berseragam itu adalah negaranya. Ia masih ingat saat abang pacarnya berpamitan padanya tujuh hari yang lalu."Mer, maaf ya, Abang harus
"Sir, ini jalannya salah! Ahelah akhir-akhir ini kenapa orang yang niat nganterin saya pulang pada lupa jalan semua ya? Lho... lho.. lho... ini kita mau kemana sih, Sir? Kok jalannya malah muter-muter terus?" Merlyn kebingungan karena George terus saja membawanya berputar-putar ke arah jalan-jalan yang tidak pernah dilaluinya sama sekali."Diam! Jangan banyak tanya. Saya memang tidak membawa kamu untuk saya antar pulang!" George membentaknya kasar. Tiba-tiba saja George menghentikan kendaraannya di pinggir jalan yang agak sepi. Ia mengeluarkan sebuah kain hitam dan tali nylon dari dalam laci dashboard. Menutup matanya dengan kain hitam dan mengikat kedua tangannya dengan tali nylon erat-erat. "Kenapa saya diiket-iket begini sih, Sir? Ini mata saya juga k
Pintu gerbang seketika terbuka saat Galih tiba di kediaman keluarga Diwangkara. Satpam sudah menunggu dan langsung membukakan pintu saat melihat laju kendaraannya mulai mendekat. Galih melihat ada dua mobil yang dikenalinya sebagai mobil kedua atasannya di garasi. Selain itu ada tiga mobil lagi kepunyaan Chris, Tian dan juga mobil umum yang biasa di kendarai oleh Mang Yayat. Sepertinya mereka semua kembali bersiap-siap untuk mencari Merlyn. Suasana tegang langsung terasa saat ia bergegas menghampiri kerumunan kecil yang sepertinya sedang berdiskusi di teras rumah. Dan benar saja dugaannya. Ada Jendral Badai Putra Alam dan IrjenPol Orlando Atmanegara juga di sana."Kamu bilang kalau kamu mencintai anak saya kan Galih. Kalau begitu tolong temukan anak saya! Bawa ia kembali kehadapan saya! Bawa ia pulang Galih!" Galih bahkan belum sempat memberi hormat kepada kedua atasannya saat Chris langsung saja menyambutnya dan mengguncang-guncang kedua bahunya dengan em
"Saya tidak mau tahu, Galih. Kamu harus mencari putri saya, dan membawanya kehadapan saya secepatnya. Kalau putri saya sampai kenapa-napa, bersiap-siaplah. Saya tidak akan pernah memberikannya pada kamu lagi. Baru tiga bulan kamu menjaganya, ia sudah lari dari kamu. Tidak bisa diandalkan!" Chris merasa darahnya naik sampai ke ubun-ubun saat Galih menceritakan kaburnya putri semata wayangnya. Apalagi penyebab kaburnya adalah kesalahpahaman yang rancu seperti ini. Rasanya ia ingin sekali memutilasi Galih kecil-kecil."Mas Galih nggak salah, Pak. Saya dan calon suami saya yang salah. Kami terlalu pengecut untuk menjumpai orang tua saya. Makanya kami meminta bantuan Mas Galih. Kami tidak tahu malah jadi seperti ini. Kami berdua minta maaf, Pak." Arini dan Dokter Harsya meminta maaf pada Pak Chris. Sebenarnya mereka berdua takut pada amarah ayah Merlyn ini. Tetapi mereka juga tidak tega melihat Galih disalahkan sendiri. Mereka kasihan sekali melihat keadaan Gal
Merlyn menyusun dokumen-dokumen Galih yang bertebaran di atas meja kerjanya. Sementara suaminya malah tertidur pulas di atas meja. Suaminya menjadikan kedua lengannya sebagai bantal dan tidur dalam posisi duduk di meja kerja. Selalu saja begini. Suaminya bila sedang sibuk bisa menghabiskan waktu berhari-hari di ruang kerjanya. Apalagi bila sedang mempelajari kasus. Bisa berhari-hari suaminya mengunci diri di ruang kerja. Merlyn sampai merasa jadi janda untuk sementara.Akhir-akhir suaminya memang sibuk sekali. Banyak kasus-kasus yang terus diembankan padanya. Rata-rata semuanya beresiko tinggi. Alhasil suaminya jadi agak sedikit mengabaikannya. Tetapi tidak apa-apa. Sebagai istri yang baik, sudah seharusnya ia mendukung karir suaminya, bukan?Suara getaran ponsel mengalihkan kesibukannya menyusun berkas. Nada dering itu adalah nada dering ponsel suaminya. Tetapi bendanya malah tidak terlihat. Setelah dicari-cari rupanya ponsel suaminya ter
Tiga bulan kemudian."Bismillahirrahmanirrahim. Dengan terlebih dahulu memohon ridho Allah Subhanahu wa Ta'ala, Ananda Galih Kurniawan Jati. Saya nikahkan dan Saya kawinkan engkau dengan anak perempuan saya Merlyn Diwangkara binti Christian Diwangkara dengan seperangkat alat sholat dan uang sebesar dua ratus dua puluh juta rupiah sudah dibayar tunai." Chris menjabat erat tangan Galih dalam prosesi ijab kabul pernikahan putri tercintanya."Saya terima nikah dan kawinnya Merlyn Diwangkara binti Christian Diwangkara dengan seperangkat alat sholat dan uang sejumlah dua ratus dua puluh juta rupiah dibayar tunai."Galih dengan suara tegas dan lantang mengucapkan ijab kabul dalam satu tarikan nafas. "Bagaimana saksi? Sah?" Tanya pak penghulu kepada saksi yang
"Anda ingin mengancam saya dengan nyawa pengasuh saya, Pak Kompol?" George menyeringai. Rivalnya sudah tiba rupanya."Yang benar saja. Nyawanya sama sekali tidak ada artinya untuk saya. Silahkan saja kalau Anda ingin melubangi kepalanya. Saya tidak keberatan sama sekali. Tapi nyawa si cantik ini tentu amat sangat berarti bagi Anda bukan Pak Kompol Galih Kurniawan Jati?"KLIK! George menempelkan revolvernya yang ia selipkan dibalik bantal ke kening Merlyn. Ia kemudian turun dari tempat tidur dan membawa Merlyn dalam rangkulannya. Tangan kekarnya memiting leher Merlyn. Kini mereka saling berdiri berhadap-hadapan dengan sandera masing-masing. Galih dengan glock 17 di kepala Mbok Sum, dan George dengan revolver yang juga ditempelkan pada kening mulus Merlyn. Galih dan George sama-sama diam. Mereka saling menatap dan sama-sama menunggu siapa yang terlebih dahulu membuat kesalahan. Suasana ka
"Sir ini bagaimana sih? Baru saja saya lega, ini sudah stress lagi. Sial amat ya saya? Lepas dari mulut harimau eh sekarang malah masuk ke lubang buaya."Merlyn terduduk lemas di kursi mendengar kalimat terakhir George. Saking stressnya, ia sampai mengantuk-antukkan keningnya pada meja makan. George yang duduk di sebelahnya, segera meletakkan telapak tangannya di atas meja. Menahan kening Merlyn agar tidak menghantam meja makan marmer yang keras."Bukan masuk ke lubang buaya, Nak. Tapi masuk ke dalam mulut buaya. Kalau yang masuk ke dalam lubang buaya, itu adalah tujuh pahlawan revolusi kita yang gugur demi membela harkat bangsa dan negara," Mbok Sum tersenyum geli melihat tingkah polah Merlyn yang lucu di matanya. Sayang sekali gadis unik ini tidak mencintai cucunya. Padahal ia yakin, wanita lugu apa adanya seperti Merlyn inilah yang paling cocok untuk mendampingi sifat keras kepala cucunya."Oh sudah ga
Merlyn merasakan jalannya mobil makin melambat sebelum akhirnya berhenti. Tidak lama kemudian terdengar seperti suara pintu gerbang yang digeser. Mobil kembali melaju pelan diiringi suara pintu gerbang yang sepertinya kembali ditutup. Laju mobil kemudian benar-benar berhenti diiringi dengan suara mesin mobil yang dimatikan. Merlyn tersentak kaget saat merasakan ikatan di matanya dibuka. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya sejenak karena silau."Ayo turun!" Hardik George. Setelah mengulet beberapa kali untuk meregangkan ototnya yang rasanya kram dan pegal-pegal semua, Merlyn keluar dari mobil yang pintunya sudah dibukakan oleh George. Suasananya aneh sekali bukan? Ia ini kan ceritanya sedang diculik. Tetapi malah diperlakukan seperti seorang nona besar oleh George. Pake dibukain pintu mobil segala. Kalau saja suasananya berbeda, mungkin ia akan merasa baper tingkat dewa karena merasa diperlakukan begitu istimewa."Penutup mata su
Pintu gerbang seketika terbuka saat Galih tiba di kediaman keluarga Diwangkara. Satpam sudah menunggu dan langsung membukakan pintu saat melihat laju kendaraannya mulai mendekat. Galih melihat ada dua mobil yang dikenalinya sebagai mobil kedua atasannya di garasi. Selain itu ada tiga mobil lagi kepunyaan Chris, Tian dan juga mobil umum yang biasa di kendarai oleh Mang Yayat. Sepertinya mereka semua kembali bersiap-siap untuk mencari Merlyn. Suasana tegang langsung terasa saat ia bergegas menghampiri kerumunan kecil yang sepertinya sedang berdiskusi di teras rumah. Dan benar saja dugaannya. Ada Jendral Badai Putra Alam dan IrjenPol Orlando Atmanegara juga di sana."Kamu bilang kalau kamu mencintai anak saya kan Galih. Kalau begitu tolong temukan anak saya! Bawa ia kembali kehadapan saya! Bawa ia pulang Galih!" Galih bahkan belum sempat memberi hormat kepada kedua atasannya saat Chris langsung saja menyambutnya dan mengguncang-guncang kedua bahunya dengan em
"Sir, ini jalannya salah! Ahelah akhir-akhir ini kenapa orang yang niat nganterin saya pulang pada lupa jalan semua ya? Lho... lho.. lho... ini kita mau kemana sih, Sir? Kok jalannya malah muter-muter terus?" Merlyn kebingungan karena George terus saja membawanya berputar-putar ke arah jalan-jalan yang tidak pernah dilaluinya sama sekali."Diam! Jangan banyak tanya. Saya memang tidak membawa kamu untuk saya antar pulang!" George membentaknya kasar. Tiba-tiba saja George menghentikan kendaraannya di pinggir jalan yang agak sepi. Ia mengeluarkan sebuah kain hitam dan tali nylon dari dalam laci dashboard. Menutup matanya dengan kain hitam dan mengikat kedua tangannya dengan tali nylon erat-erat. "Kenapa saya diiket-iket begini sih, Sir? Ini mata saya juga k
Hari terus berganti. Merlyn menghitung sudah tujuh hari lamanya abang pacarnya menjalankan misi rahasianya. Abang pacarnya selalu mengatakan bahwa saat ia menjalankan misi rahasianya, ia harus memutus semua akses komunikasinya dengan dunia luar. Merlyn mengerti, abang pacarnya adalah seorang polisi. Pasti ada hal-hal yang tidak bisa abang pacarnya bagi dengan dirinya. Terkadang Merlyn sangat takut kalau abang pacarnya suatu hari kelak akan pulang dalam keadaan sudah tidak bernyawa. Tetapi ya, memang begitulah resiko seorang abdi negara. Kemarin ayahnya menasehatinya secara khusus. Ayahnya mengatakan bahwa saat ia telah memutuskan untuk menjadi pasangan seorang pria berseragam, itu artinya ia harus siap diduakan. Cinta pertama dan wajib bagi para pria berseragam itu adalah negaranya. Ia masih ingat saat abang pacarnya berpamitan padanya tujuh hari yang lalu."Mer, maaf ya, Abang harus