"Abang kok tumben jam segini bisa ke sini? Abang nggak kerja? Oh penjahatnya juga perlu makan siang dulu kali ya, Bang? Biar kuat nanti larinya kalo pas Abang kejar-kejar. Hehehe... ayo Bang, duduk sini. Abang mau makan apa?" Senyum manis Merlyn menghadirkan dua dekik kecil di pipinya. Merlyn senang sekali abang pacarnya datang mengunjungi kantinnya.
"Sepertinya di sini juga banyak penjahat, Mer. Cuma kamu tidak menyadarinya saja." Sahut Galih kalem. Tapi tatapannya tampak begitu tajam dan mengancam kepada para executive muda yang seketika tampak tidak berkutik. Galih dengan sengaja memperlihatkan sedikit glock 17nya soalnya. Bagaimana mereka tidak keder?
"Hah? Masa sih, Bang? Bahaya banget kalau penjahat bisa sampai masuk ke sini? Lagian apa lah yang mau dicuri di sini, coba? Paling cuma makana
"Kamu mau ke mana, Galih? Ini masih jam tujuh lewat lima menit, tapi kamu sudah mau pulang aja. Ayo sini dulu, temani saya main catur. Kemarin saya sengaja mengalah hanya karena saya tidak mau membuat kamu kehilangan muka di depan si Mer. Kan nggak keren amat kalau baru aja jadian, tapi kamu sudah kalah saja sama saya. Saya hanya menjaga perasaan putri saya. Nanti dia malu kalau pacarnya yang dia puja-puja setinggi langit, malah keok di tangan ayahnya sendiri. Kan ngenes bener."Chris yang sebenarnya sejak dari pukul empat sore tadi terus saja menunggu Galih datang, langsung membawa kotak catur ke ruang keluarga. Ia ingin kembali menjajal kemampuan catur calon menantu polisinya ini. Tian terlalu sibuk mengurus istrinya yang sedang hamil muda, sementara ia sendiri mengidam muda. Istrinya yang hamil, tapi bukan istrinya yang mengidam. Malah yang mendonor sperma yang mengidam. Anak menantunya saat ini seperti sedang bertukar peran saja.
"Kenapa semua jadi berantakan begini, Kompol Galih Kurniawan Jati? Misi bukan hanya gagal total tapi sampai memakan korban jiwa. Pak Kapolri tadi langsung menegur saya dengan keras. Saya sangat kecewa atas kinerja satuan kalian kali ini! Apakah ada anak buah Anda yang membocorkan tentang misi kita kali ini, Kompol Galih?" Raungan kemarahan Orlando membuat Galih dan para anak buahnya meringis ngeri."Tidak Pak Irjen! Saya sangat yakin dengan kesetiaan para anak buah saya, Pak Irjen! Saya juga yakin bahwa Bripda Astuti tidak berkhianat." Galih menerima semua kemarahan, kekecewaan dan kesalahan yang dibebankan padanya dengan sikap kesatria dan lapang dada. Ia juga sama sekali tidak berupaya untuk membela diri. Misinya memang gagal, dan ia bukan type orang yang suka mencari kambing hitam.Tapi, Galih tidak akan terima saat atasannya sendiri mencurigai para anak buahnya tanpa adanya alat bukti yang cukup, dan han
Jam dua belas tepat. Merlyn mulai sibuk melayani pelanggan yang terus saja berdatangan ke kantinnya. Bik Sari bolak-balik mengecek menu yang habis. Sementara dua pelayan lainnya hilir mudik menyajikan pesanan makanan yang diorder oleh para pelanggan. Saat pandangan Merlyn secara tidak sengaja terarah pada meja nomor lima, ia menghela nafas panjang. Thalita dan Bianca. Dua seniornya di kampus dulu yang mempunyai hobby utama membullynya. Mereka baru berhenti membullynya setelah ayahnya memergoki mereka berdua sedang mengejeknya dengan kata-kata anak idiot dan melemparkan sepatu kirinya ke dalam closet kampus.Mereka berdua hampir saja di keluarkan oleh Om Raja selaku Rektor di UPH, atas tindakan tidak terpujinya. Hanya saja ia yang kala itu kasihan melihat kedua orang tua Thalita dan Bianca, yang terus saja memohon-mohon maaf padanya agar anak-anak mereka tidak di keluarkan, tidak tega juga. Singkat kata ia memaafkan mereka berdua dengan ca
"Abang polisi!" Merlyn segera melepaskan pelukan George dan berjalan cepat menghampiri Galih. Ia sebenarnya malu ribut-ribut di kantin seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi, mereka bertiga inilah yang selalu saja mencari masalah dengannya.Galih memandang George dengan tajam. Berusaha mengingat sinar mata coklat keemasan itu apakah orang yang sama. George yang dipandangi seintens itu oleh Galih, hanya menyeringai lucu. Sorot matanya yang tadi begitu dingin kembali bersinar jenaka. Ia balas menatap Galih sambil menahan tawa."Maaf ya, Pak Polisi. Saya ini straight. Anda tidak perlu memandangi saya sampai sedalam itu. Orientasi seksual saya masih normal. Saya hanya tegang kalau dipandangi seintens itu oleh makhluk yang berjenis kelamin perempuan. Saya tidak akan tergetar jika dipandangi oleh makhluk berbatang, setampan apapun penampakannya. Saya harap Anda mengerti, Pak Polisi." George kembali cengengesan sambil mel
Merlyn terbangun saat mendengar suara ribut-ribut di sepanjang lorong kamarnya. Sepertinya itu suara abangnya dan kakak iparnya yang saling bersahut-sahutan. Pasti si Bintang sensi lagi ini. Semenjak hamil, memang kakak iparnya ini selalu up and down moodnya. Untung saja abangnya selalu saja bisa mengatasi emosi Bintang yang memang sedang tinggi-tingginya akibat hormon kehamilannya. Merlyn mengulet sambil meregangkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan. Mengulet apalagi sambil mengeluarkan suara adalah ritual favoritnya di pagi hari. Terlebih di hari minggu seperti ini. Dunia pasti indah sekali rasanya. Bisa bangun siang-siang dan libur ke pasar. Tapi suara ribut-ribut kecil telah membangunkannya. Merlyn menggosok gigi dan mencuci muka terlebih dahulu sebelum berjalan menuju dapur untuk sarapan. Di meja makan telah duduk abangnya dan Bintang yang juga sedang sarapan bersama. Setelah minum segelas air putih, Merlyn menuang segelas susu sambil mendengarkan drama pagi hari
"Ada cara yang gampang banget untuk tahu, seseorang itu jodoh kita atau bukan. Sir tanya aja ia langsung, hari ini ia mau kemana? Nah kalau di jawabnya nggak ke mana-mana. Itu artinya ia jodoh Anda, Sir!" Merlyn dengan yakin mengeluarkan fatwanya. "Lho apa hubungannya, Querida?" George menaikkan satu alisnya. Bingung dengan ucapan sepotong-sepotong Merlyn."Ada hubungannya dong, Sir. Kan katanya kalau jodoh itu nggak akan ke mana-mana. Jadi ya dia itu jodoh Anda, Sir. Kan tadi dia bilang dia nggak akan ke mana-mana. Simple kan?" Merlyn tersenyum jumawa. Ia sangat bangga dengan pemikirannya yang sangat spektakuler. Ia tidak bodoh-bodoh amat ternyata."Hehehehe... anak pintar." George tertawa geli mendengar analogi ngawur Mer."Anda tahu, Sir. Selain ayah dan abang pacar saya, Sir adalah laki-laki pertama yang mengatakan k
"Salah seorang wayang kita telah mendapatkan informasi terbaru mengenai pergerakan kartel Lopez, Kompol Galih. Mereka sekarang sudah mulai bergerak dengan cara berpindah-pindah lokasi. Berita terkini yang kita dapatkan, modus operandi mereka adalah menyelundupkan narkoba melalui jalur laut dari Malaysia dengan menggunakan kapal nelayan. Kapal dari Malaysia yang dikendalikan sindikat internasional mengantar narkoba menuju perbatasan laut Indonesia-Malaysia di Selat Malaka pada koordinat yang telah ditentukan," pungkas Orlando."Selanjutnya sindikat lokal dari Aceh menjemput dan membawa narkoba ke pantai di sekitar Idi Rayeuk dan pantai di Tamiang, Aceh Timur. Wayang juga menginformasikan bahwa barang haram itu disembunyikan dengan cara ditanam atau dikubur di hutan. Rencananya narkoba akan dibawa ke Medan untuk diedarkan ke Sumatera Selatan, Riau, Kepulauan Riau, Jakarta, Jawa Timur dan Bali.
Misi kali sukses besar. Galih dan tim Trisula 99 mendapat pujian langsung dari Kapolri dan atasannya IrjenPol Orlando Atmanegara. Di dalam hotel, Galih telah berkemas-kemas ingin segera pulang kembali ke ibukota dan menemui pacar tercinta. Beberapa hari berpisah dan putus komunikasi bukanlah hal yang mudah bagi dua orang yang tengah dimabuk asmara. Galih memang memutuskan hubungan komunikasi dengan siapapun setiap ia sedang menjalankan misi-misi penting. Selain ia memang ingin berkonsentrasi dalam bekerja, ia juga harus menyembunyikan lokasinya dari siapapun juga. Adanya kemungkinan ponselnya disadap dan dihack, membuatnya sangat berhati-hati dalam menggunakan media elektronik apapun.Dan hari ini kerja kerasnya telah terbayar tunai. Walaupun dalangnya yaitu anak Lopez belum tertangkap, tapi setidaknya semua upaya mereka yang ingin menyelundupkan narkoba ke negeri tercinta ini, telah berhasil mereka gagalkan. Ia juga berhasil menangkap 6 orang kaki tangan
"Saya tidak mau tahu, Galih. Kamu harus mencari putri saya, dan membawanya kehadapan saya secepatnya. Kalau putri saya sampai kenapa-napa, bersiap-siaplah. Saya tidak akan pernah memberikannya pada kamu lagi. Baru tiga bulan kamu menjaganya, ia sudah lari dari kamu. Tidak bisa diandalkan!" Chris merasa darahnya naik sampai ke ubun-ubun saat Galih menceritakan kaburnya putri semata wayangnya. Apalagi penyebab kaburnya adalah kesalahpahaman yang rancu seperti ini. Rasanya ia ingin sekali memutilasi Galih kecil-kecil."Mas Galih nggak salah, Pak. Saya dan calon suami saya yang salah. Kami terlalu pengecut untuk menjumpai orang tua saya. Makanya kami meminta bantuan Mas Galih. Kami tidak tahu malah jadi seperti ini. Kami berdua minta maaf, Pak." Arini dan Dokter Harsya meminta maaf pada Pak Chris. Sebenarnya mereka berdua takut pada amarah ayah Merlyn ini. Tetapi mereka juga tidak tega melihat Galih disalahkan sendiri. Mereka kasihan sekali melihat keadaan Gal
Merlyn menyusun dokumen-dokumen Galih yang bertebaran di atas meja kerjanya. Sementara suaminya malah tertidur pulas di atas meja. Suaminya menjadikan kedua lengannya sebagai bantal dan tidur dalam posisi duduk di meja kerja. Selalu saja begini. Suaminya bila sedang sibuk bisa menghabiskan waktu berhari-hari di ruang kerjanya. Apalagi bila sedang mempelajari kasus. Bisa berhari-hari suaminya mengunci diri di ruang kerja. Merlyn sampai merasa jadi janda untuk sementara.Akhir-akhir suaminya memang sibuk sekali. Banyak kasus-kasus yang terus diembankan padanya. Rata-rata semuanya beresiko tinggi. Alhasil suaminya jadi agak sedikit mengabaikannya. Tetapi tidak apa-apa. Sebagai istri yang baik, sudah seharusnya ia mendukung karir suaminya, bukan?Suara getaran ponsel mengalihkan kesibukannya menyusun berkas. Nada dering itu adalah nada dering ponsel suaminya. Tetapi bendanya malah tidak terlihat. Setelah dicari-cari rupanya ponsel suaminya ter
Tiga bulan kemudian."Bismillahirrahmanirrahim. Dengan terlebih dahulu memohon ridho Allah Subhanahu wa Ta'ala, Ananda Galih Kurniawan Jati. Saya nikahkan dan Saya kawinkan engkau dengan anak perempuan saya Merlyn Diwangkara binti Christian Diwangkara dengan seperangkat alat sholat dan uang sebesar dua ratus dua puluh juta rupiah sudah dibayar tunai." Chris menjabat erat tangan Galih dalam prosesi ijab kabul pernikahan putri tercintanya."Saya terima nikah dan kawinnya Merlyn Diwangkara binti Christian Diwangkara dengan seperangkat alat sholat dan uang sejumlah dua ratus dua puluh juta rupiah dibayar tunai."Galih dengan suara tegas dan lantang mengucapkan ijab kabul dalam satu tarikan nafas. "Bagaimana saksi? Sah?" Tanya pak penghulu kepada saksi yang
"Anda ingin mengancam saya dengan nyawa pengasuh saya, Pak Kompol?" George menyeringai. Rivalnya sudah tiba rupanya."Yang benar saja. Nyawanya sama sekali tidak ada artinya untuk saya. Silahkan saja kalau Anda ingin melubangi kepalanya. Saya tidak keberatan sama sekali. Tapi nyawa si cantik ini tentu amat sangat berarti bagi Anda bukan Pak Kompol Galih Kurniawan Jati?"KLIK! George menempelkan revolvernya yang ia selipkan dibalik bantal ke kening Merlyn. Ia kemudian turun dari tempat tidur dan membawa Merlyn dalam rangkulannya. Tangan kekarnya memiting leher Merlyn. Kini mereka saling berdiri berhadap-hadapan dengan sandera masing-masing. Galih dengan glock 17 di kepala Mbok Sum, dan George dengan revolver yang juga ditempelkan pada kening mulus Merlyn. Galih dan George sama-sama diam. Mereka saling menatap dan sama-sama menunggu siapa yang terlebih dahulu membuat kesalahan. Suasana ka
"Sir ini bagaimana sih? Baru saja saya lega, ini sudah stress lagi. Sial amat ya saya? Lepas dari mulut harimau eh sekarang malah masuk ke lubang buaya."Merlyn terduduk lemas di kursi mendengar kalimat terakhir George. Saking stressnya, ia sampai mengantuk-antukkan keningnya pada meja makan. George yang duduk di sebelahnya, segera meletakkan telapak tangannya di atas meja. Menahan kening Merlyn agar tidak menghantam meja makan marmer yang keras."Bukan masuk ke lubang buaya, Nak. Tapi masuk ke dalam mulut buaya. Kalau yang masuk ke dalam lubang buaya, itu adalah tujuh pahlawan revolusi kita yang gugur demi membela harkat bangsa dan negara," Mbok Sum tersenyum geli melihat tingkah polah Merlyn yang lucu di matanya. Sayang sekali gadis unik ini tidak mencintai cucunya. Padahal ia yakin, wanita lugu apa adanya seperti Merlyn inilah yang paling cocok untuk mendampingi sifat keras kepala cucunya."Oh sudah ga
Merlyn merasakan jalannya mobil makin melambat sebelum akhirnya berhenti. Tidak lama kemudian terdengar seperti suara pintu gerbang yang digeser. Mobil kembali melaju pelan diiringi suara pintu gerbang yang sepertinya kembali ditutup. Laju mobil kemudian benar-benar berhenti diiringi dengan suara mesin mobil yang dimatikan. Merlyn tersentak kaget saat merasakan ikatan di matanya dibuka. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya sejenak karena silau."Ayo turun!" Hardik George. Setelah mengulet beberapa kali untuk meregangkan ototnya yang rasanya kram dan pegal-pegal semua, Merlyn keluar dari mobil yang pintunya sudah dibukakan oleh George. Suasananya aneh sekali bukan? Ia ini kan ceritanya sedang diculik. Tetapi malah diperlakukan seperti seorang nona besar oleh George. Pake dibukain pintu mobil segala. Kalau saja suasananya berbeda, mungkin ia akan merasa baper tingkat dewa karena merasa diperlakukan begitu istimewa."Penutup mata su
Pintu gerbang seketika terbuka saat Galih tiba di kediaman keluarga Diwangkara. Satpam sudah menunggu dan langsung membukakan pintu saat melihat laju kendaraannya mulai mendekat. Galih melihat ada dua mobil yang dikenalinya sebagai mobil kedua atasannya di garasi. Selain itu ada tiga mobil lagi kepunyaan Chris, Tian dan juga mobil umum yang biasa di kendarai oleh Mang Yayat. Sepertinya mereka semua kembali bersiap-siap untuk mencari Merlyn. Suasana tegang langsung terasa saat ia bergegas menghampiri kerumunan kecil yang sepertinya sedang berdiskusi di teras rumah. Dan benar saja dugaannya. Ada Jendral Badai Putra Alam dan IrjenPol Orlando Atmanegara juga di sana."Kamu bilang kalau kamu mencintai anak saya kan Galih. Kalau begitu tolong temukan anak saya! Bawa ia kembali kehadapan saya! Bawa ia pulang Galih!" Galih bahkan belum sempat memberi hormat kepada kedua atasannya saat Chris langsung saja menyambutnya dan mengguncang-guncang kedua bahunya dengan em
"Sir, ini jalannya salah! Ahelah akhir-akhir ini kenapa orang yang niat nganterin saya pulang pada lupa jalan semua ya? Lho... lho.. lho... ini kita mau kemana sih, Sir? Kok jalannya malah muter-muter terus?" Merlyn kebingungan karena George terus saja membawanya berputar-putar ke arah jalan-jalan yang tidak pernah dilaluinya sama sekali."Diam! Jangan banyak tanya. Saya memang tidak membawa kamu untuk saya antar pulang!" George membentaknya kasar. Tiba-tiba saja George menghentikan kendaraannya di pinggir jalan yang agak sepi. Ia mengeluarkan sebuah kain hitam dan tali nylon dari dalam laci dashboard. Menutup matanya dengan kain hitam dan mengikat kedua tangannya dengan tali nylon erat-erat. "Kenapa saya diiket-iket begini sih, Sir? Ini mata saya juga k
Hari terus berganti. Merlyn menghitung sudah tujuh hari lamanya abang pacarnya menjalankan misi rahasianya. Abang pacarnya selalu mengatakan bahwa saat ia menjalankan misi rahasianya, ia harus memutus semua akses komunikasinya dengan dunia luar. Merlyn mengerti, abang pacarnya adalah seorang polisi. Pasti ada hal-hal yang tidak bisa abang pacarnya bagi dengan dirinya. Terkadang Merlyn sangat takut kalau abang pacarnya suatu hari kelak akan pulang dalam keadaan sudah tidak bernyawa. Tetapi ya, memang begitulah resiko seorang abdi negara. Kemarin ayahnya menasehatinya secara khusus. Ayahnya mengatakan bahwa saat ia telah memutuskan untuk menjadi pasangan seorang pria berseragam, itu artinya ia harus siap diduakan. Cinta pertama dan wajib bagi para pria berseragam itu adalah negaranya. Ia masih ingat saat abang pacarnya berpamitan padanya tujuh hari yang lalu."Mer, maaf ya, Abang harus