"Lupakanlah semua dendam, amarah dan kebencianmu Nak. Kasihan Brizam dan juga Nak Zain, mereka adalah Ayah dan anak, sangat berdosa jika kamu menutupi dan merahasiakannya." Nasehat Bu Asri untuk Kinanti seusai melepas tangis masing-masing. "Tapi, Bu....! Ibu tahu sendiri bukan? Yang tidak menginginkan darah daging Tuan Zain bukan aku tapi mereka, dan lagi bagaimana jika saat aku kembali, Tuan Zain sudah menikah," sahut Kinanti masih sesenggukan. Mendengar penjelasan dari sang kakak, Irfan pun turut angkat bicara kembali, "Kak, bagaimana mungkin Kakak bisa punya pemikiran seperti itu. Jangankan menikah, setiap harinya hidup Tuan Zain menghukum dirinya sendiri dengan bermabuk-mabukan." Jeder...! Ibarat disambar kilat Kinanti saat itu. Ternyata cinta yang Zain miliki untuknya sungguh sangatlah besar, tangisan pun kembali pecah sejadinya. Semalaman seusai berbicara dengan Bu Asri dan Irfan, hati Kinanti kian gelisah. Di sisi lain ia masih sa
Baca selengkapnya