Beranda / Romansa / Kinanti Bukan Wanita Malam / Pertanyaan Mengagetkan Hasnan

Share

Pertanyaan Mengagetkan Hasnan

Penulis: VicaChu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sepulang kantor bersama Kinanti, Hasnan mampir ke sebuah toko mainan. Membeli hadiah untuk Brizam, sebuah mainan robot-robotan keluaran terbaru, beserta mobil remote control.

"Jangan terlalu sering memberi Brizam hadiah, aku tidak ingin dia nantinya tumbuh menjadi anak yang manja dan setiap permintaannya harus dituruti. Aku tidak mau itu," ujar Kinanti menegur Hasnan yang baru masuk ke mobil dengan dua buah kotak besar di tangannya.

"Aku tahu itu Kin, kamu tahu kan aku sangat menyayanginya. Jadi ijinkan aku memberinya kasih sayang yang tidak pernah dia dapat dari papanya."

Jawaban Hasnan seketika membuat bibir Kinanti terkunci rapat, meski ia sudah mulai membuka hati untuk orang di sekitarnya, bukan berarti ia sudah mulai membuka hatinya untuk pria yang sudah bersabar membantunya melewati masa sulit selama lima tahun terakhir ini. Hati Kinanti masih tertutup rapat untuk satu nama yang hingga kini masih belum mampu untuk ia hapus atau lupakan.

"Mau sampai

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kinanti Bukan Wanita Malam   Tangis Pilu Kinanti

    Di atas tempat tidur, malam itu mata Kinanti enggan terpejam. Ucapan Hasnan tentang Zain Abraham terus terngiang dan mengusik tidurnya. Meski dari lubuk hati ada kemarahan yang tersimpan untuk keluarga Yazid, tetap saja tidak membuat wanita itu membenci sang kekasih. Ia tahu, bahwa semua rentetan kejadian yang dia alami adalah ulah perbuatan Chairman Yazid beserta sang istri. Karena nya rasa cinta yang ia miliki untuk CEO Zain Abraham, masih tersimpan rapi."Apa aku harus menelepon nya? Bagaimana jika yang menjawab ternyata istrinya?"Batin ibu satu anak itu terus berkecamuk, antara ingin tahu kabar Zain atau memilih bersembunyi dari Zain Abraham. Berkali-kali Kinanti menatap ponselnya yang tergeletak di atas nakas, masih tetap ragu. Hingga lamunannya tiba-tiba buyar, saat suara dering telepon berbunyi dari ponselnya. Bergegas ia meraih ponsel dan ternyata adalah sang adik yang menelepon."Halo Kak, apa kabar mu dan Brizam?" Tanya Irfan."Ha -halo,

  • Kinanti Bukan Wanita Malam   Rasa Haru Sang Adik

    "Lupakanlah semua dendam, amarah dan kebencianmu Nak. Kasihan Brizam dan juga Nak Zain, mereka adalah Ayah dan anak, sangat berdosa jika kamu menutupi dan merahasiakannya." Nasehat Bu Asri untuk Kinanti seusai melepas tangis masing-masing. "Tapi, Bu....! Ibu tahu sendiri bukan? Yang tidak menginginkan darah daging Tuan Zain bukan aku tapi mereka, dan lagi bagaimana jika saat aku kembali, Tuan Zain sudah menikah," sahut Kinanti masih sesenggukan. Mendengar penjelasan dari sang kakak, Irfan pun turut angkat bicara kembali, "Kak, bagaimana mungkin Kakak bisa punya pemikiran seperti itu. Jangankan menikah, setiap harinya hidup Tuan Zain menghukum dirinya sendiri dengan bermabuk-mabukan." Jeder...! Ibarat disambar kilat Kinanti saat itu. Ternyata cinta yang Zain miliki untuknya sungguh sangatlah besar, tangisan pun kembali pecah sejadinya. Semalaman seusai berbicara dengan Bu Asri dan Irfan, hati Kinanti kian gelisah. Di sisi lain ia masih sa

  • Kinanti Bukan Wanita Malam   Semangat Baru CEO Zain Abraham

    "Ting," sebuah pesan masuk terdengar dari aplikasi hijau.Kinanti yang hendak makan siang di kantor, membuka pesan tersebut. Air bening mulai beranak sungai dari maniknya. Tak bisa dicegah atau dibendung mengalir terjun bebas membasahi pipi putihnya. Bahkan berulang kali video itu ia putar untuk mengobati rasa kerinduannya pada sosok pria yang sudah lima tahun lebih akhirnya kini bisa dilihatnya."Maafkan aku Tuan, hiks..." ucap Kinanti mengusap pipinya.Hasnan yang hendak mengajak wanita itu untuk makan siang, menghentikan langkahnya dan diam beberapa meter dari meja kerja Kinanti. Terus menatap wanita yang sudah mengisi hatinya dengan perasaan iba. Hasnan adalah seorang pria yang berpikiran rasional. Meski ia sangat mencintai Kinanti, namun cintanya tak membuat dirinya berubah egois. Meski sakit, ia kerap kali menyuruh Kinanti untuk kembali menghubungi Zain."Hapus lah, sebelum dilihat karyawan lain!" Ucap Hasnan mendekat dan menyodorkan sapu tangan mil

  • Kinanti Bukan Wanita Malam   Alex Terharu

    "Mmm..., Halo Tuan Alex! Untuk lusa nanti tolong Anda persiapkan keberangkatan Tuan Zain ke Jepang!" Ujar Irfan dari telepon duduk di atas meja kerjanya."Ap- apa aku tidak salah, Fan?" Tandas Alex kaget."Kamu tidak bercanda kan, Fan?" Alex masih tidak percaya."Iya Tuan, sebaiknya Tuan Alex kemari saja, biar bisa melihat dan memastikan sendiri perintah Tuan Zain," jawab Irfan.Setelah menerima telepon dari Irfan, Alex masih merasa tidak percaya. bahkan pria yang sudah bertahun-tahun mendampingi Zain itu menampar pipinya sendiri. Berharap apa yang Irfan ucapkan bukanlah mimpi."Auw...!" Gumam Alex mengusap pipinya."Ini benar, bukan mimpi," imbuh Alex menggumam.Saking antusiasnya mendengar berita baik dari Irfan, orang kedua kepercayaan Zain Abraham. Alex merogoh ponsel yang ada dalam saku jasnya dan menggulir layar ponsel tersebut, memilih nomor Lala yang ia beri nama Bawel."Halo!" Sapa Alex mengawali percakapan."Em

  • Kinanti Bukan Wanita Malam   Kekesalan Lala Kepada Alex

    "Ting!"Sebuah notif masuk dari mbanking Lala. Gadis itu kaget bukan main melihat deretan jumlah nominal yang tertera. Berkali-kali Lala menepuk pipinya untuk meyakinkan apa yang dilihatnya apakah sebuah mimpi atau bukan. Namun memang benar pipinya terasa sakit, itu berarti bukan mimpi. Lalu Lala pun berpikir keras dari mana asal uang sebanyak itu. Meski ia harus bekerja selama tiga tahun pun tidak akan mampu meraih gaji seperti nominal yang masuk dalam rekeningnya barusan.Keringat dingin mulai menghinggapi tubuh Lala yang baru terjaga dari tidurnya sore itu."Ini uang dari mana asalnya? Ya Tuhan, apa ada orang salah kirim? Atau Pak Alan salah mentransfer kah? Aku harus bertanya Pak Alan?" Gumam Lala.Gadis itu segera menghubungi Alan dan bertanya soal transferan sejumlah uang yang tiba-tiba masuk di rekeningnya. Namun jawaban Alan sungguh mengejutkannya. sebab Alan tidak merasa melakukan transfer ke rekening Lala."Mungkin bisa jadi dari pe

  • Kinanti Bukan Wanita Malam   Bahagianya Zain

    "Maaf Tuan, paspor beserta Visa Anda sudah siap. Apakah Tuan Zain ingin memakai jet pribadi atau dengan penerbangan biasa?" Tanya Alex setelah selesai mempersiapkan keberangkatan Zain.Zain melihat paspor beserta Visa yang Alex letakkan di atas meja kerjanya. Setelah dilihat, Zain mengeluarkan sebuah map berisi data penting perusahaan dari brankas yang ada di belakang meja."Simpanlah ini baik-baik! Jika suatu saat terjadi sesuatu denganku, carilah Kinanti. Semua yang aku punya saat ini dia harus memiliki nya."Alex bergetar menerima berkas dari CEO Zain Abraham tersebut. Jantungnya pun mulai berdetak kencang, "Kenapa Tuan Zain berkata seperti itu?"Zain Abraham mengurai senyum, terlihat wajah yang semakin sabar serta penuh kelembutan. Beda dengan Zain Abraham sebelum mengenal Kinanti. Merupakan sosok yang keras kepala tak terbantahkan."Aku hanya berjaga-jaga saja, Lex. Entah mengapa akhir-akhir ini aku sering bermimpi tentang seorang anak l

  • Kinanti Bukan Wanita Malam   Perdebatan Lala Bersama Alex

    "Tuan, terima kasih atas undangan makan siangnya. Semoga perjalanan Tuan Zain berjalan lancar dan membuahkan hasil," ucap Lala seusai makan siang.Wanita yang menjadi sahabat baik Kinanti saat bekerja di cafe itu beranjak berdiri dari duduknya. Menyalami Zain dan juga Irfan namun tidak kepada Alex. Lala sengaja mengabaikan pria di depannya karena selalu membuatnya kesal tiap kali bertemu."Lex, tolong antar Lala pulang! Biar aku kembali ke kantor bersama Irfan. Nanti kamu langsung saja menyusul ke rumah Bu Asri."Lala seketika membulatkan kedua maniknya serta ternganga, "Hah? Pulang bersama kulkas?" Pekiknya."Awas kalian nanti berjodoh ya! Ha ha ha," kelakar Zain kembali menggoda Lala.Alex terlihat malu-malu, pria yang selalu bersikap cuek terhadap wanita tiba-tiba di hadapan Zain wajahnya memerah."Baik Tuan!" Sahut Alex bangkit dari duduknya. Membuang muka terhadap Lala rival debatnya. Berusaha mengurangi kecanggungan di meja

  • Kinanti Bukan Wanita Malam   Haru Biru Bu Asri Serta CEO

    Malam yang indah dengan dihiasi sinar bulan purnama semakin menambah keindahan desa kelahiran kekasih CEO Zain Abraham. Sebuah desa yang masih terjaga kelestarian serta keasriannya. Udara sejuk yang belum terjamah polusi, pepohonan serta sawah nan hijau yang menghampar luas semakin menampakkan keindahannya.Sebuah taksi yang ditumpangi Zain beserta Irfan baru saja berhenti tepat di depan halaman rumah Bu Asri. Dua orang pemuda terlihat turun bersamaan dari taksi tersebut. Zain mengeluarkan tiga lembar uang ratusan dan memberikannya kepada supir taksi tersebut."Tuan, uangnya lebih," ujar supir taksi.Zain dan Irfan yang baru membalik badan menoleh kembali, "Ambil buat Bapak saja!" jawab Zain sopan.Terlihat wajah bahagia terlukis dari supir taksi tersebut. Kemudian berlalu pergi meninggalkan halaman rumah bu Asri."Assalamualaikum, Ibu, Irfan pulang. Lihatlah Irfan datang bersama siapa Bu!" Teriak Irfan antusias."Waalaikumussalam, wah

Bab terbaru

  • Kinanti Bukan Wanita Malam   Gagalnya Donor Ginjal Retno

    "Apa kah benar itu suara Honey ku?" Zain yang masih mengekor dari belakang, semakin penasaran akan sumber suara tersebut. Dan semakin mempercepat langkah mendekati, namun tiba-tiba lengannya ditarik oleh sebuah tangan. "Apa yang sedang kamu lakukan di sini kawan? Ayo kita kembali ke meja!" Cegah Andika. Saat sahabat nya mengejar ibu dan anak yang ternyata sudah dokter Andika ketahui siapa dia sebenarnya, maka ia segera menyusul mengejar Zain Abraham. Tak ingin terjadi keributan di sana, ditambah wanita itu tidak datang sendirian melainkan bersama kekasihnya. Dengan langkah gontai dan wajah prustasi, Zain Abraham pun kembali ke meja mengikuti saran sahabat nya. "Aku seperti tidak asing dengan suara wanita itu, dan lagi aku pernah berjumpa anak tampan itu. Makanya aku mengejar dia," Terang Zain Abraham saat berjalan beriringan menuju meja semula. "Zain tolong jaga sikap mu, kita di sini adalah tamu. Jangan buat keributan, lag

  • Kinanti Bukan Wanita Malam   Pertemuan Abrizam Dengan Zain Di Restoran

    "Sayang, kenapa kamu tidak marah atau memaki aku barusan? Apa itu artinya aku benar-benar sudah diterima?" Tanya Hasnan saat memasuki ruangan kerjanya masih bergandengan dengan Kinanti."Entahlah, aku sendiri tidak mengerti akan perasaanku saat ini, bersediakah kamu memberiku waktu untuk itu?"Kinanti duduk di sofa berdampingan dengan Hasnan. Meski Kinanti telah memberi lampu hijau kepada dirinya, namun pria itu masih tetap menghormati dan tidak berbuat lebih. Hanya sebatas ciuman di pipi atau kening. Hasnan tidak ingin merusak wanita yang dicintainya hanya untuk napsu sesaat saja."Apa kamu menangis barusan karena mendengar kabar dari dia?" Hasnan menggenggam tangan Kinanti dan mengecupnya. Wanita itu pun mengangguk."Sejauh apa kamu bersembunyi jika Tuhan telah berkehendak mempertemukan kalian, tidak akan bisa kamu untuk menghindarinya. Karena Tuhan lebih tahu akan rencananya. Apa pun yang terjadi nanti, nikmati dan jalani saja apa kata hati mu. S

  • Kinanti Bukan Wanita Malam   Keberangkatan Keluarga Yazid Ke Jepang

    "Siapa mereka?" Tanya Alex saat Lala duduk di sampingnya."Mereka adalah anak-anak yang memiliki nasib kurang beruntung. Aku hanya sesekali saja tiap ada rejeki lebih mengunjungi mereka," jawab Lala seraya memasang sabuk pengaman."Ternyata di balik penampilan mu yang sedikit galak menyebalkan dan bar bar, tersimpan sisi lain yang luar biasa," puji Alex.Mobil kembali melaju menyusuri jalanan ibu kota dan saat gadis itu meminta pria di sampingnya untuk mengantar ke sebuah apartemen yang ternyata juga satu kawasan dengan tempat tinggalnya, Alex terperanjat kaget saat mobil berhenti."Mau apa lagi kamu ke sini? Apa mau ke ruang teman?" Tanya Alex. Dibalas gelengan kepala serta senyum oleh Lala."Lantas, mau apa kamu ke sini?" Alex memperjelas rasa penasarannya.Lala tidak menjawab melainkan membuka sabuk pengaman dan keluar dari mobil, masih menyisakan pertanyaan dari Alex."Ini tempat tinggal baruku," jawab Lala membungkuk di tepi kaca

  • Kinanti Bukan Wanita Malam   Makan Malam Menyebalkan Alex Dan Lala

    "Kamu!" Dua insan yang tiap bertemu tidak pernah akur, malam itu keduanya sama-sama dibuat kaget oleh keadaan.Rupanya klien yang Zain maksud adalah Lala, wanita yang pernah menyelamatkan dirinya dari godaan wanita malam saat dirinya tiap kali mabuk berat hampir tiap malam di Klub tempatnya bekerja bersama Kinanti."Kenapa kamu yang datang? Tuan Zain bilang aku harus menggantikan beliau meeting dengan klien di sini. Lalu kenapa kamu yang muncul?" Tanya Lala masih tidak percaya."Oh jadi kamu orangnya, yang Tuan Zain bilang seorang klien yang sudah dianggap seperti adiknya sendiri. Memang sejak kapan kamu jadi penjilat kepada tuan Zain?" Sindir Alex dengan ketus.Lala mulai naik pitam dituduh sebagai penjilat oleh Alex. Dan gadis yang tengah duduk itu segera berdiri, "Tolong anda dengar baik-baik! Meski saya seorang gadis miskin rendahan, tapi saya masih punya harga diri. Jika saya mau menjadi penjilat itu sudah saya lakukan jauh saat atasan an

  • Kinanti Bukan Wanita Malam   Perintah Makan Malam

    "Bagaimana misal saat ini dia telah bersama pria lain dan melupakan mu?"Zain terhenyak seketika mendengar ucapan sahabatnya. Kedua matanya pun membola."Aku percaya Honey ku tidak akan melakukan hal itu. Dia tahu benar aku sangat mencintainya," tandas Zain Abraham."Ayolah kawan, kamu bukan lah orang dari jaman kuno yang berpikiran kolot. Ini tuh realita, real! Tidak ada yang tidak mungkin, secara kalian tidak bertemu lima tahun, apa lagi seperti yang kamu bilang tadi orang tua kamu turut andil di balik peristiwa yang menimpanya. Sangat besar kemungkinan dia dendam kepada kalian!"Dokter Andika berusaha menyadarkan sahabatnya untuk sadar dari mimpinya."Tidak! Aku yakin Honey ku masih orang yang sama. Sangat mencintaiku dan tidak akan mengkhianati ku. Aku di sini juga masih setia terhadap nya," sahut Zain Abraham tidak terima."Oke, semoga saja apa yang kamu pikirkan benar. Semoga keyakinan mu juga tidak salah!"Sebenarnya dokter And

  • Kinanti Bukan Wanita Malam   Bahagianya Hasnan

    "Menangis? Apa yang sedang ia pikirkan? Pasti dia benar-benar dalam tekanan," batin Hasnan.Hasnan kemudian duduk di tepi ranjang Kinanti bersama Brizam. Menunggui Kinanti sambil mengusap keringat yang mulai bercucuran setelah demamnya turun. Pengasuh Brizam berpamit ke dapur untuk memasak.Benar seperti yang telah dituturkan oleh pengasuh Brizam. Dalam tidurnya Kinanti mengeluarkan air mata. Hal itu semakin membuat Hasnan khawatir untuk beranjak pulang, sebelum wanita itu kembali membaik."Uncle, Mommy kenapa?" Tanya Brizam mendongakkan wajahnya pada Hasnan yang sedang memangku bocah tersebut."Mommy sedang sakit sayang. Coba sekarang Brizam cium Mommy supaya Mom cepat sembuh!"Dengan patuhnya bocah kecil yang sedang dipangku Hasnan, mendekati Kinanti dan mencium kening wanita tersebut. Hampir setengah jam keduanya menunggui dan setelah demam benar-benar turun barulah Kinanti bangun."Sudah lama kah kamu di sini?" Tanya Kinanti beranj

  • Kinanti Bukan Wanita Malam   Dokter Andika Kaget

    "Yaa Allah kepalaku kenapa berat sekali!" Keluh Kinanti memijat pelipisnya.Wanita yang datang ke kantor terlambat itu sepertinya sedang kurang enak badan karena semalaman begadang dan terlalu lama berpikir. Setelah Kinanti masuk ruang kerjanya, Hasnan menyusul untuk melihat keadaan wanita tersebut."Kamu demam?"Hasnan menempelkan telapak tangannya di kening Kinanti. Wanita yang tampak lesu itu tidak menjawab, hanya menidurkan kepalanya di meja. Sedang matanya telah terpejam."Benar-benar memang dia. Keras kepala! Sudah tahu sedang tidak enak badan masih saja memaksa kerja!" Gumam Hasnan menggerutu menyelimutkan jas yang ia kenakan di tubuh Kinanti.Cemas takut terjadi sesuatu, maka Hasnan menelepon dokter pribadinya."Selamat pagi dokter, tolong datang ke kantor sekarang juga. Sekertaris saya sepertinya sedang demam," ucap Hasnan saat berbincang dengan dokter pribadinya di telepon. Tak lama berselang dokter pun datang dan masuk ke ruan

  • Kinanti Bukan Wanita Malam   Bermalam Di Rumah Sakit

    Selepas mengakui semua kepada Zain Abraham di taman rumah sakit, Alex mengantar Chairman Yazid pulang ke mansion. Gantian Zain yang menjaga mamanya. Untuk menghilangkan rasa suntuk sang CEO, selepas mengantar Chairman pulang, Alex sengaja menjemput Irfan di kantor agar ikut menginap di rumah sakit. Beberapa makanan ringan serta minuman pengahangat pun dibeli oleh Alex."Selamat malam, Kak!"Sapa Irfan menyalami Zain saat baru saja tiba di ruang tunggu. Sebuah ruangan yang disediakan oleh pihak rumah sakit untuk keluarga pasien kelas VVIP."Eh kamu, Fan. Malam juga!" Balas Zain."Kalian yakin mau menginap di sini?"Tanya Zain saat melihat kedua pria yang baru datang membawa dua kresek berisi makanan, sedang Irfan membawa sebuah kasur lipat beserta bantal."Iya Kak, kita mau menginap di sini. Nih Kak Zain lihat saja Tuan Alex membeli camilan untuk teman begadang kita, iya kan Tuan?"Jawab Irfan tersenyum ke arah Alex.Tawa kecil pu

  • Kinanti Bukan Wanita Malam   Pengakuan Chairman Yazid

    "Halo, Assalamualaikum, Nak!"Sapa seorang wanita paruh baya dari balik benda pipih. Rupanya sedang menelepon putri sulungnya yang baru saja menidurkan putranya, Abrizam."Waalaikumussalam, iya, Bu. Ada apa?" Sahut Kinanti."Begini, Nak. Sebelumnya Ibu minta maaf ya, sudah ingkar akan janji ibu sama kamu," tutur Bu Asri sedikit ketakutan."Kenapa harus minta maaf, Bu. Janji apa yang Ibu maksud?" Timpal Kinanti.Bu Asri mulai bercerita kejadian tadi siang saat Zain Abraham beserta Irfan dan Alex kembali mengunjungi kediamannya. Kedatangan mereka dikarenakan telepon Irfan yang tanpa sengaja didengar oleh Zain.Kinanti tidak bisa menyalahkan siapa pun atas kejadian itu. Mungkin memang Tuhan sudah menghendaki dia untuk bertemu dengan Zain Abraham. Entah kapan itu yang jelas, jika Allah sudah berkehendak tidak ada yang tidak mungkin bagi kita."Oh masalah itu Bu. Ya sudah nggak papa, Bu. In Shaa Allah Kinanti sudah siap menghadapi ma

DMCA.com Protection Status