Home / Romansa / Kinanti Bukan Wanita Malam / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Kinanti Bukan Wanita Malam: Chapter 41 - Chapter 50

93 Chapters

Emosi Istri Sang Chairman

Pagi itu Zain terlebih dulu bangun sebelum sang kekasih terjaga. Pria ini menemui pelayan rumahnya yang kebetulan sudah berjibaku di dapur."Eh, Tuan muda, selamat pagi, Tuan!"Sapa seorang wanita paruh baya yang tengah memotong sayuran sembari menoleh ke arah Zain yang berdiri di depan pintu dapur."Tolong Bibi jaga Kinanti, selama Saya pergi nanti. Layani semua kebutuhan dia, jangan biarkan dia melakukan pekerjaan rumah apa pun. Jika Mama memaksa dia melakukan pekerjaan rumah, tolong Bibi segera hubungi Saya."Titah tuan muda putra sang Chairman tersebut. Yang dibalas anggukan dan jawaban iya oleh sang pelayan. Kemudian Zain pun kembali ke kamar. Tanpa sengaja Retno yang hendak keluar dari kamar melihatnya, kemudian masuk kembali sembari mengintip dari balik pintu."Sedang apa Zain pagi-pagi pergi ke dapur. Pasti gara-gara wanita malam itu, sehingga dia harus melayaninya. Dasar, wanita murahan, mau sampai kapan dia menjadikan putra ku bonekanya!"
Read more

Permulaan Siksaan Sang Ibunda CEO

Di dalam kamar yang bercat nuansa abu, sepasang kekasih tengah menikmati sarapan pagi bersama dengan begitu bahagia. Yang sesekali diiringi oleh canda tawa serta kekehan manja dari bibir Kinanti. Bahkan suara tawanya terdengar hingga kamar Retno yang ada di lantai bawah. Dan hal itu semakin membuat istri dari sang Chairman tersulut emosi nya hingga meletup-letup. Seolah ingin menendang Kinanti sejauh mungkin dari kediamannya saat itu juga."Puaskan saja tawamu wanita malam kampungan, aku akan membuatmu menyesal telah berani mencintai putraku." Gerutu Retno dengan wajah yang kian dipenuhi oleh amarah yang sudah membuncah, karena kesal."Honey, aku pergi dulu ya! Baik-baik dan ingat, patuh, jangan keluar kamar. Jika butuh sesuatu telepon saja Bibi dari telepon itu." Ujar Zain sebelum berangkat bekerja, sembari tangannya menunjuk pada telepon yang ada di atas laci kamarnya.Kinanti mengantar kepergian Zain sampai di depan pintu kamar. Dengan santainya tanpa menghir
Read more

Tugas Berat Dari Retno Untuk Kinanti

Pagi itu Retno berhasil menyiksa Kinanti. Memberinya segudang pekerjaan yang lebih dari yang biasa sang pelayan kerjakan. Bahkan setiap apa yang dikerjakan oleh Kinanti seolah selalu salah di mata Retno. Dan menyuruhnya untuk terus mengulang pekerjaan tersebut. Bahkan pelayan yang sudah diwanti-wanti oleh Zain, tidak berani berkutik untuk melakukan pembelaan."Apa ini, masih kotor begini. Cepat cuci lagi pakai tangan kamu, jangan pakai mesin cuci. Itu baju mahal, seumur hidup kamu bekerja tidak akan mampu untuk membelinya!" Cibir Retno terus mencari kesalahan gadis tersebut. Yang terlihat sudah kelelahan, dan berkali-kali mengusap keringat yang mengucur di keningnya."Iya, baik, Nyonya. Akan Saya cuci kembali!" Sahut Kinanti lirih, mengulang mencuci lagi. Dan tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Gadis itu masih berkutat pada tumpukan baju yang harus ia cuci secara manual."Maaf kan Bibi, Non, tidak bisa membantu," bisik sang pelayan yang men
Read more

Ketidak berdayaan Mikal

Siang yang sangat terik, di tengah keramaian yang sudah bukan hal asing lagi, mobil yang dikendarai Alex tiba di perusahaan Mikal."Selamat siang,  Nona. Bisa kah saya menemui Tuan Mikal?" Alex yang baru memasuki perusahaan Mikal,  bertanya kepada salah satu resepsionis yang berjaga di sana."Maaf, apa Tuan sudah ada janji dengan beliau? Sebab menurut  Tuan Mikal, siapa pun yang ingin bertemu dengan beliau, harus terlebih dulu buat janji, Tuan." Tukas sang resepsionis dengan sopan kepada Alex.Mendengar ucapan resepsionis di depannya, telinga Alex mendadak gatal. Ingin rasanya ia menerobos masuk ke dalam, dan menghajar pria tersebut hingga babak belur. Terlalu bertele-tele, batinnya."Oh, kalau begitu tolong Anda sampaikan. Utusan Tuan Zain Abraham sedang menunggunya!" Sang resepsionis pun mengangguk seraya menekan papan tombol pada  telepon di hadapannya. Menghubungi ruangan sekertaris Mikal."Halo, Mb
Read more

Murka Zain Melihat Sang Kekasih

Seusai membersihkan seluruh Mansion, kini tugas yang diberikan Retno kepadanya, berganti dengan menyetrika semua baju yang tadi dicucinya. Bahkan Retno pun tak berpikir jika sang putra akan pulang lebih awal dari biasanya. Zain yang baru saja tiba di rumah, kaget melihat sang kekasih yang terlihat kuyu dan lusuh ditambah dengan pekerjaan yang dilakukan nya."Honey!"  Teriak Zain saat mendapati Kinanti yang sedang sibuk menyetrika, setelah dari kamarnya mencari gadis pujannya tersebut tidak ada di kamar.Seketika Kinanti pun kaget dengan kehadiran sang kekasih yang tiba-tiba muncul mengagetkannya."Sayang, kamu sudah pulang?" Tanya gadis yang terlihat lusuh kepada kekasihnya, mencoba mengalihkan pertanyaan sang kekasih.Dengan penuh amarah, Zain melempar setrika yang ada di tangan Kinanti, ke lantai. Dan suara bantingannya terdengar hingga ke ruang kamar Retno. Semua tumpukan baju-baju pun di tabur oleh Zain ke lantai, hingga
Read more

Tangis Haru Biru Zain Dan Kinanti

Kinanti segera pergi ke kamar mandi, setelah meminta maaf kepada Zain. Sementara sang kekasih sedang berada di kamar mandi, Zain keluar dari kamarnya untuk menemui sang ibunda yang tengah ada di ruang keluarga bersama Yazid.Zain menjatuhkan tubuhnya kasar di sofa, menatap kesal kepada sang ibunda. Menghela napas panjang dan membuangnya kasar."Zain tahu, kejadian hari ini adalah ulah Mama. Kenapa Mama sekejam itu sama Kinanti, Zain sangat mencintainya, Ma," tegur CEO, pewaris MAHARDIKA COMPANY, penuh amarah."Oh,  jadi setelah bertemu wanita malam murahan itu, sekarang kamu jadi berani melawan Mama. Kamu sudah dibutakan dan diperbudak oleh wanita sialan itu!" Suara Retno tak mau kalah dari putranya.Melihat perdebatan sang istri dengan putra semata wayangnya, Yazid pun angkat bicara."Benar yang dikatakan Mama kamu, Zain. Pantas kah kamu bersikap kurang ajar seperti ini, dia yang melahirkan dan membesarkamu. Sementara wanita itu bukanlah siap
Read more

Makan Malam Berdua Di Restoran

Seusai hanyut dalam suasana haru biru di dalam kamar yang bercat abu-abu, malam itu Zain memutuskan untuk mengajak sang kekasih makan malam berdua di salah satu restoran ternama yang ada di kota tersebut.Dengan balutan gaun malam warna coklat susu, serta rambut yang dibiarkan tergerai, semakin menambah kecantikan putri dari pasangan Pak Firman dan Bu Asri. Dengan lembut dan percaya diri, Zain menggamit tangan kekasihnya. Membuat sang ibunda semakin kesal dengan pemandangan romantis yang Zain tunjukkan. Tanpa menghiraukan kedua orang tuanya berlalu berjalan menuju garasi."Tuh, Papa lihat kan? Bagaimana Zain sekarang sudah berani kurang ajar sama kita," dengus Retno dengan luapan emosi yang sudah sangat membuncah.Sang Chairman terlihat begitu santai walau sejujurnya emosinya juga sudah hendak meledak saat beberapa waktu barusan. Yazid tak habis pikir jika sang putra akan lebih memilih gadis kampung itu daripada dirinya dan juga sang istri."Iya, Ma. Kita
Read more

Retno Mempermalukan Kinanti

Waktu terus bergulir, dan hari demi hari pun silih berganti. Sudah satu Minggu Kinanti tinggal di kediaman sang kekasih. Dengan segala cacian, makian, hingga hinaan yang kerap kali ia dapati dari ibunda sang kekasih. Demi meyakinkan kedua orang tua kekasihnya, Kinanti rela menerima semua itu. Karena ia berharap sang Chairman beserta istrinya mau menerima dirinya sebagai menantu  di keluarganya. Tapi sepertinya itu hanya impian Kinanti saja, sebab, Retno semakin hari selalu berbuat kasar kepadanya. Bahkan tak jarang wanita paruh baya itu juga sering memberinya pekerjaan yang sangat menguras tenaga. Menghina Kinanti di depan teman sosialitanya pun sering kali, seperti saat ini."Ini siapa Sis?" tanya salah satu teman arisan Retno yang melihat Kinanti dengan tatapan mencibir, saat menghidangkan minuman."Oh, biasa lah, pelayan baru di rumah ini. Putraku yang memperkerjakan nya di sini," sahut Retno, menghina Kinanti di depan teman arisannya."Oh pelayan baru,
Read more

Rencana Zain Menikahi Kinanti

Selepas kepergian Zain beserta Kinanti dari sana, semua ibu-ibu sosialita itu segera meninggalkan kediaman Retno. Dan rumah kembali hening. Hanya ada suara pecahan benda-benda yang dilempar oleh Retno, untuk melampiaskan kekesalannya terhadap sang putra dan kekasihnya.Sementara Yazid yang baru saja pulang dari Rapat tahunan perusahaan, merasa kaget melihat kondisi rumahnya yang berantakan bak kapal pecah. Hanya ada raungan suara tangis dari sang istri."Mama! Mama kenapa?" Tanya Yazid menghampiri sang istri yang sedang menangis di sofa."Wanita itu Pa, huuu...!"Belum juga menyelesaikan kalimatnya, Retno menghambur memeluk sang suami. Menumpahkan tangis serta kemarahannya, akan sikap sang putra yang selalu saja membela gadis yang ia benci."Mama tenang dulu, baru cerita apa yang sudah terjadi. Bukan kah tadi pagi semuanya baik-baik saja, kenapa mendadak acara arisan Mama berubah berantakan seperti ini?" Sang Chairman bertanya seraya berusaha menen
Read more

Alex Mengurus Keperluan Pernikahan CEO Zain

Pasangan kekasih Zain Abraham dan Kinanti, akhirnya bisa sedikit bernapas lega. Karena setidaknya dengan menghindari sang ibunda sementara waktu, akan lebih baik, sampai hari pernikahan mereka tiba.Rencana CEO Zain menikahi  Kinanti sepertinya bukan lah sekedar isapan jempol semata. Keseriusannya ia tunjukkan dengan kedatangan Alex ke rumah Pak Firman kembali."Assalamualaikum....!"Seorang pria berpakaian formal, setelan jas warna hitam, tengah berdiri di depan rumah pak Firman. Dengan wibawa dan kharisma yang dimilikinya, pria tangan kanan CEO Zain Abraham ini mengunjungi kediaman pak Firman dengan sopan."Waalaikumussalam! Bu, ada Pak Alex ke mari!" Seru Irfan berteriak memanggil sang ibu, saat membuka pintu di depan Alex.Dengan sopan Irfan pun menerima uluran tangan Alex,  dan mempersilahkan pria itu untuk duduk. "Silahkan duduk, Pak, eh maaf, Tuan!" Irfan terlihat kebingungan takut dikira tidak sopan telah memanggil Alex dengan seb
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status