Pagi itu Retno berhasil menyiksa Kinanti. Memberinya segudang pekerjaan yang lebih dari yang biasa sang pelayan kerjakan. Bahkan setiap apa yang dikerjakan oleh Kinanti seolah selalu salah di mata Retno. Dan menyuruhnya untuk terus mengulang pekerjaan tersebut. Bahkan pelayan yang sudah diwanti-wanti oleh Zain, tidak berani berkutik untuk melakukan pembelaan.
"Apa ini, masih kotor begini. Cepat cuci lagi pakai tangan kamu, jangan pakai mesin cuci. Itu baju mahal, seumur hidup kamu bekerja tidak akan mampu untuk membelinya!" Cibir Retno terus mencari kesalahan gadis tersebut. Yang terlihat sudah kelelahan, dan berkali-kali mengusap keringat yang mengucur di keningnya.
"Iya, baik, Nyonya. Akan Saya cuci kembali!" Sahut Kinanti lirih, mengulang mencuci lagi. Dan tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Gadis itu masih berkutat pada tumpukan baju yang harus ia cuci secara manual.
"Maaf kan Bibi, Non, tidak bisa membantu," bisik sang pelayan yang men
Siang yang sangat terik, di tengah keramaian yang sudah bukan hal asing lagi, mobil yang dikendarai Alex tiba di perusahaan Mikal."Selamat siang, Nona. Bisa kah saya menemui Tuan Mikal?"Alex yang baru memasuki perusahaan Mikal, bertanya kepada salah satu resepsionis yang berjaga di sana."Maaf, apa Tuan sudah ada janji dengan beliau? Sebab menurut Tuan Mikal, siapa pun yang ingin bertemu dengan beliau, harus terlebih dulu buat janji, Tuan." Tukas sang resepsionis dengan sopan kepada Alex.Mendengar ucapan resepsionis di depannya, telinga Alex mendadak gatal. Ingin rasanya ia menerobos masuk ke dalam, dan menghajar pria tersebut hingga babak belur. Terlalu bertele-tele, batinnya."Oh, kalau begitu tolong Anda sampaikan. Utusan Tuan Zain Abraham sedang menunggunya!"Sang resepsionis pun mengangguk seraya menekan papan tombol pada telepon di hadapannya. Menghubungi ruangan sekertaris Mikal."Halo, Mb
Seusai membersihkan seluruh Mansion, kini tugas yang diberikan Retno kepadanya, berganti dengan menyetrika semua baju yang tadi dicucinya. Bahkan Retno pun tak berpikir jika sang putra akan pulang lebih awal dari biasanya. Zain yang baru saja tiba di rumah, kaget melihat sang kekasih yang terlihat kuyu dan lusuh ditambah dengan pekerjaan yang dilakukan nya."Honey!"Teriak Zain saat mendapati Kinanti yang sedang sibuk menyetrika, setelah dari kamarnya mencari gadis pujannya tersebut tidak ada di kamar.Seketika Kinanti pun kaget dengan kehadiran sang kekasih yang tiba-tiba muncul mengagetkannya."Sayang, kamu sudah pulang?"Tanya gadis yang terlihat lusuh kepada kekasihnya, mencoba mengalihkan pertanyaan sang kekasih.Dengan penuh amarah, Zain melempar setrika yang ada di tangan Kinanti, ke lantai. Dan suara bantingannya terdengar hingga ke ruang kamar Retno. Semua tumpukan baju-baju pun di tabur oleh Zain ke lantai, hingga
Kinanti segera pergi ke kamar mandi, setelah meminta maaf kepada Zain. Sementara sang kekasih sedang berada di kamar mandi, Zain keluar dari kamarnya untuk menemui sang ibunda yang tengah ada di ruang keluarga bersama Yazid.Zain menjatuhkan tubuhnya kasar di sofa, menatap kesal kepada sang ibunda. Menghela napas panjang dan membuangnya kasar."Zain tahu, kejadian hari ini adalah ulah Mama. Kenapa Mama sekejam itu sama Kinanti, Zain sangat mencintainya, Ma," tegur CEO, pewaris MAHARDIKA COMPANY, penuh amarah."Oh, jadi setelah bertemu wanita malam murahan itu, sekarang kamu jadi berani melawan Mama. Kamu sudah dibutakan dan diperbudak oleh wanita sialan itu!" Suara Retno tak mau kalah dari putranya.Melihat perdebatan sang istri dengan putra semata wayangnya, Yazid pun angkat bicara."Benar yang dikatakan Mama kamu, Zain. Pantas kah kamu bersikap kurang ajar seperti ini, dia yang melahirkan dan membesarkamu. Sementara wanita itu bukanlah siap
Seusai hanyut dalam suasana haru biru di dalam kamar yang bercat abu-abu, malam itu Zain memutuskan untuk mengajak sang kekasih makan malam berdua di salah satu restoran ternama yang ada di kota tersebut.Dengan balutan gaun malam warna coklat susu, serta rambut yang dibiarkan tergerai, semakin menambah kecantikan putri dari pasangan Pak Firman dan Bu Asri. Dengan lembut dan percaya diri, Zain menggamit tangan kekasihnya. Membuat sang ibunda semakin kesal dengan pemandangan romantis yang Zain tunjukkan. Tanpa menghiraukan kedua orang tuanya berlalu berjalan menuju garasi."Tuh, Papa lihat kan? Bagaimana Zain sekarang sudah berani kurang ajar sama kita," dengus Retno dengan luapan emosi yang sudah sangat membuncah.Sang Chairman terlihat begitu santai walau sejujurnya emosinya juga sudah hendak meledak saat beberapa waktu barusan. Yazid tak habis pikir jika sang putra akan lebih memilih gadis kampung itu daripada dirinya dan juga sang istri."Iya, Ma. Kita
Waktu terus bergulir, dan hari demi hari pun silih berganti. Sudah satu Minggu Kinanti tinggal di kediaman sang kekasih. Dengan segala cacian, makian, hingga hinaan yang kerap kali ia dapati dari ibunda sang kekasih. Demi meyakinkan kedua orang tua kekasihnya, Kinanti rela menerima semua itu. Karena ia berharap sang Chairman beserta istrinya mau menerima dirinya sebagai menantu di keluarganya. Tapi sepertinya itu hanya impian Kinanti saja, sebab, Retno semakin hari selalu berbuat kasar kepadanya. Bahkan tak jarang wanita paruh baya itu juga sering memberinya pekerjaan yang sangat menguras tenaga. Menghina Kinanti di depan teman sosialitanya pun sering kali, seperti saat ini."Ini siapa Sis?" tanya salah satu teman arisan Retno yang melihat Kinanti dengan tatapan mencibir, saat menghidangkan minuman."Oh, biasa lah, pelayan baru di rumah ini. Putraku yang memperkerjakan nya di sini," sahut Retno, menghina Kinanti di depan teman arisannya."Oh pelayan baru,
Selepas kepergian Zain beserta Kinanti dari sana, semua ibu-ibu sosialita itu segera meninggalkan kediaman Retno. Dan rumah kembali hening. Hanya ada suara pecahan benda-benda yang dilempar oleh Retno, untuk melampiaskan kekesalannya terhadap sang putra dan kekasihnya.Sementara Yazid yang baru saja pulang dari Rapat tahunan perusahaan, merasa kaget melihat kondisi rumahnya yang berantakan bak kapal pecah. Hanya ada raungan suara tangis dari sang istri."Mama! Mama kenapa?" Tanya Yazid menghampiri sang istri yang sedang menangis di sofa."Wanita itu Pa, huuu...!"Belum juga menyelesaikan kalimatnya, Retno menghambur memeluk sang suami. Menumpahkan tangis serta kemarahannya, akan sikap sang putra yang selalu saja membela gadis yang ia benci."Mama tenang dulu, baru cerita apa yang sudah terjadi. Bukan kah tadi pagi semuanya baik-baik saja, kenapa mendadak acara arisan Mama berubah berantakan seperti ini?" Sang Chairman bertanya seraya berusaha menen
Pasangan kekasih Zain Abraham dan Kinanti, akhirnya bisa sedikit bernapas lega. Karena setidaknya dengan menghindari sang ibunda sementara waktu, akan lebih baik, sampai hari pernikahan mereka tiba.Rencana CEO Zain menikahi Kinanti sepertinya bukan lah sekedar isapan jempol semata. Keseriusannya ia tunjukkan dengan kedatangan Alex ke rumah Pak Firman kembali."Assalamualaikum....!"Seorang pria berpakaian formal, setelan jas warna hitam, tengah berdiri di depan rumah pak Firman. Dengan wibawa dan kharisma yang dimilikinya, pria tangan kanan CEO Zain Abraham ini mengunjungi kediaman pak Firman dengan sopan."Waalaikumussalam! Bu, ada Pak Alex ke mari!" Seru Irfan berteriak memanggil sang ibu, saat membuka pintu di depan Alex.Dengan sopan Irfan pun menerima uluran tangan Alex, dan mempersilahkan pria itu untuk duduk. "Silahkan duduk, Pak, eh maaf, Tuan!" Irfan terlihat kebingungan takut dikira tidak sopan telah memanggil Alex dengan seb
Sepulangnya dari kediaman pak Firman, Alex segera kembali ke perusahaan. Kemudian esok hari ia harus pergi ke Kantor Urusan Agama untuk mengurus semua berkas dan kelengkapan pernikahan sang CEO. Alex tiba di perusahaan, rupanya hari sudah malam. Beberapa karyawan sebagian sudah pulang dan hanya ada beberapa karyawan saja yang masih tersisa untuk lembur."Selamat malam, Pak Alex!" sapa salah seorang karyawan yang masih lembur, saat Alex melintasi ruangannya."Malam juga, kamu lembur?" tanya Alex saat langkahnya berhenti di depan karyawan tersebut."Iya, Pak!"Alex kemudian berlalu menuju ruangannya, saat itu jam menunjukkan pukul 19.35 waktu setempat. Pria tangan kanan sang CEO ini mulai membuka satu per satu tumpukan map yang ada di atas mejanya. Membaca dan membubuhkan tanda tangan selaku wakil dari CEO Zain Abraham.***"Halo, selamat malam, Chairman!"Suara dari sebuah panggilan telepon kepada Yazid. Tak lain adalah Pak Salim
"Apa kah benar itu suara Honey ku?" Zain yang masih mengekor dari belakang, semakin penasaran akan sumber suara tersebut. Dan semakin mempercepat langkah mendekati, namun tiba-tiba lengannya ditarik oleh sebuah tangan. "Apa yang sedang kamu lakukan di sini kawan? Ayo kita kembali ke meja!" Cegah Andika. Saat sahabat nya mengejar ibu dan anak yang ternyata sudah dokter Andika ketahui siapa dia sebenarnya, maka ia segera menyusul mengejar Zain Abraham. Tak ingin terjadi keributan di sana, ditambah wanita itu tidak datang sendirian melainkan bersama kekasihnya. Dengan langkah gontai dan wajah prustasi, Zain Abraham pun kembali ke meja mengikuti saran sahabat nya. "Aku seperti tidak asing dengan suara wanita itu, dan lagi aku pernah berjumpa anak tampan itu. Makanya aku mengejar dia," Terang Zain Abraham saat berjalan beriringan menuju meja semula. "Zain tolong jaga sikap mu, kita di sini adalah tamu. Jangan buat keributan, lag
"Sayang, kenapa kamu tidak marah atau memaki aku barusan? Apa itu artinya aku benar-benar sudah diterima?" Tanya Hasnan saat memasuki ruangan kerjanya masih bergandengan dengan Kinanti."Entahlah, aku sendiri tidak mengerti akan perasaanku saat ini, bersediakah kamu memberiku waktu untuk itu?"Kinanti duduk di sofa berdampingan dengan Hasnan. Meski Kinanti telah memberi lampu hijau kepada dirinya, namun pria itu masih tetap menghormati dan tidak berbuat lebih. Hanya sebatas ciuman di pipi atau kening. Hasnan tidak ingin merusak wanita yang dicintainya hanya untuk napsu sesaat saja."Apa kamu menangis barusan karena mendengar kabar dari dia?" Hasnan menggenggam tangan Kinanti dan mengecupnya. Wanita itu pun mengangguk."Sejauh apa kamu bersembunyi jika Tuhan telah berkehendak mempertemukan kalian, tidak akan bisa kamu untuk menghindarinya. Karena Tuhan lebih tahu akan rencananya. Apa pun yang terjadi nanti, nikmati dan jalani saja apa kata hati mu. S
"Siapa mereka?" Tanya Alex saat Lala duduk di sampingnya."Mereka adalah anak-anak yang memiliki nasib kurang beruntung. Aku hanya sesekali saja tiap ada rejeki lebih mengunjungi mereka," jawab Lala seraya memasang sabuk pengaman."Ternyata di balik penampilan mu yang sedikit galak menyebalkan dan bar bar, tersimpan sisi lain yang luar biasa," puji Alex.Mobil kembali melaju menyusuri jalanan ibu kota dan saat gadis itu meminta pria di sampingnya untuk mengantar ke sebuah apartemen yang ternyata juga satu kawasan dengan tempat tinggalnya, Alex terperanjat kaget saat mobil berhenti."Mau apa lagi kamu ke sini? Apa mau ke ruang teman?" Tanya Alex. Dibalas gelengan kepala serta senyum oleh Lala."Lantas, mau apa kamu ke sini?" Alex memperjelas rasa penasarannya.Lala tidak menjawab melainkan membuka sabuk pengaman dan keluar dari mobil, masih menyisakan pertanyaan dari Alex."Ini tempat tinggal baruku," jawab Lala membungkuk di tepi kaca
"Kamu!" Dua insan yang tiap bertemu tidak pernah akur, malam itu keduanya sama-sama dibuat kaget oleh keadaan.Rupanya klien yang Zain maksud adalah Lala, wanita yang pernah menyelamatkan dirinya dari godaan wanita malam saat dirinya tiap kali mabuk berat hampir tiap malam di Klub tempatnya bekerja bersama Kinanti."Kenapa kamu yang datang? Tuan Zain bilang aku harus menggantikan beliau meeting dengan klien di sini. Lalu kenapa kamu yang muncul?" Tanya Lala masih tidak percaya."Oh jadi kamu orangnya, yang Tuan Zain bilang seorang klien yang sudah dianggap seperti adiknya sendiri. Memang sejak kapan kamu jadi penjilat kepada tuan Zain?" Sindir Alex dengan ketus.Lala mulai naik pitam dituduh sebagai penjilat oleh Alex. Dan gadis yang tengah duduk itu segera berdiri, "Tolong anda dengar baik-baik! Meski saya seorang gadis miskin rendahan, tapi saya masih punya harga diri. Jika saya mau menjadi penjilat itu sudah saya lakukan jauh saat atasan an
"Bagaimana misal saat ini dia telah bersama pria lain dan melupakan mu?"Zain terhenyak seketika mendengar ucapan sahabatnya. Kedua matanya pun membola."Aku percaya Honey ku tidak akan melakukan hal itu. Dia tahu benar aku sangat mencintainya," tandas Zain Abraham."Ayolah kawan, kamu bukan lah orang dari jaman kuno yang berpikiran kolot. Ini tuh realita, real! Tidak ada yang tidak mungkin, secara kalian tidak bertemu lima tahun, apa lagi seperti yang kamu bilang tadi orang tua kamu turut andil di balik peristiwa yang menimpanya. Sangat besar kemungkinan dia dendam kepada kalian!"Dokter Andika berusaha menyadarkan sahabatnya untuk sadar dari mimpinya."Tidak! Aku yakin Honey ku masih orang yang sama. Sangat mencintaiku dan tidak akan mengkhianati ku. Aku di sini juga masih setia terhadap nya," sahut Zain Abraham tidak terima."Oke, semoga saja apa yang kamu pikirkan benar. Semoga keyakinan mu juga tidak salah!"Sebenarnya dokter And
"Menangis? Apa yang sedang ia pikirkan? Pasti dia benar-benar dalam tekanan," batin Hasnan.Hasnan kemudian duduk di tepi ranjang Kinanti bersama Brizam. Menunggui Kinanti sambil mengusap keringat yang mulai bercucuran setelah demamnya turun. Pengasuh Brizam berpamit ke dapur untuk memasak.Benar seperti yang telah dituturkan oleh pengasuh Brizam. Dalam tidurnya Kinanti mengeluarkan air mata. Hal itu semakin membuat Hasnan khawatir untuk beranjak pulang, sebelum wanita itu kembali membaik."Uncle, Mommy kenapa?" Tanya Brizam mendongakkan wajahnya pada Hasnan yang sedang memangku bocah tersebut."Mommy sedang sakit sayang. Coba sekarang Brizam cium Mommy supaya Mom cepat sembuh!"Dengan patuhnya bocah kecil yang sedang dipangku Hasnan, mendekati Kinanti dan mencium kening wanita tersebut. Hampir setengah jam keduanya menunggui dan setelah demam benar-benar turun barulah Kinanti bangun."Sudah lama kah kamu di sini?" Tanya Kinanti beranj
"Yaa Allah kepalaku kenapa berat sekali!" Keluh Kinanti memijat pelipisnya.Wanita yang datang ke kantor terlambat itu sepertinya sedang kurang enak badan karena semalaman begadang dan terlalu lama berpikir. Setelah Kinanti masuk ruang kerjanya, Hasnan menyusul untuk melihat keadaan wanita tersebut."Kamu demam?"Hasnan menempelkan telapak tangannya di kening Kinanti. Wanita yang tampak lesu itu tidak menjawab, hanya menidurkan kepalanya di meja. Sedang matanya telah terpejam."Benar-benar memang dia. Keras kepala! Sudah tahu sedang tidak enak badan masih saja memaksa kerja!" Gumam Hasnan menggerutu menyelimutkan jas yang ia kenakan di tubuh Kinanti.Cemas takut terjadi sesuatu, maka Hasnan menelepon dokter pribadinya."Selamat pagi dokter, tolong datang ke kantor sekarang juga. Sekertaris saya sepertinya sedang demam," ucap Hasnan saat berbincang dengan dokter pribadinya di telepon. Tak lama berselang dokter pun datang dan masuk ke ruan
Selepas mengakui semua kepada Zain Abraham di taman rumah sakit, Alex mengantar Chairman Yazid pulang ke mansion. Gantian Zain yang menjaga mamanya. Untuk menghilangkan rasa suntuk sang CEO, selepas mengantar Chairman pulang, Alex sengaja menjemput Irfan di kantor agar ikut menginap di rumah sakit. Beberapa makanan ringan serta minuman pengahangat pun dibeli oleh Alex."Selamat malam, Kak!"Sapa Irfan menyalami Zain saat baru saja tiba di ruang tunggu. Sebuah ruangan yang disediakan oleh pihak rumah sakit untuk keluarga pasien kelas VVIP."Eh kamu, Fan. Malam juga!" Balas Zain."Kalian yakin mau menginap di sini?"Tanya Zain saat melihat kedua pria yang baru datang membawa dua kresek berisi makanan, sedang Irfan membawa sebuah kasur lipat beserta bantal."Iya Kak, kita mau menginap di sini. Nih Kak Zain lihat saja Tuan Alex membeli camilan untuk teman begadang kita, iya kan Tuan?"Jawab Irfan tersenyum ke arah Alex.Tawa kecil pu
"Halo, Assalamualaikum, Nak!"Sapa seorang wanita paruh baya dari balik benda pipih. Rupanya sedang menelepon putri sulungnya yang baru saja menidurkan putranya, Abrizam."Waalaikumussalam, iya, Bu. Ada apa?" Sahut Kinanti."Begini, Nak. Sebelumnya Ibu minta maaf ya, sudah ingkar akan janji ibu sama kamu," tutur Bu Asri sedikit ketakutan."Kenapa harus minta maaf, Bu. Janji apa yang Ibu maksud?" Timpal Kinanti.Bu Asri mulai bercerita kejadian tadi siang saat Zain Abraham beserta Irfan dan Alex kembali mengunjungi kediamannya. Kedatangan mereka dikarenakan telepon Irfan yang tanpa sengaja didengar oleh Zain.Kinanti tidak bisa menyalahkan siapa pun atas kejadian itu. Mungkin memang Tuhan sudah menghendaki dia untuk bertemu dengan Zain Abraham. Entah kapan itu yang jelas, jika Allah sudah berkehendak tidak ada yang tidak mungkin bagi kita."Oh masalah itu Bu. Ya sudah nggak papa, Bu. In Shaa Allah Kinanti sudah siap menghadapi ma