Sepulangnya dari kediaman pak Firman, Alex segera kembali ke perusahaan. Kemudian esok hari ia harus pergi ke Kantor Urusan Agama untuk mengurus semua berkas dan kelengkapan pernikahan sang CEO. Alex tiba di perusahaan, rupanya hari sudah malam. Beberapa karyawan sebagian sudah pulang dan hanya ada beberapa karyawan saja yang masih tersisa untuk lembur.
"Selamat malam, Pak Alex!" sapa salah seorang karyawan yang masih lembur, saat Alex melintasi ruangannya.
"Malam juga, kamu lembur?" tanya Alex saat langkahnya berhenti di depan karyawan tersebut.
"Iya, Pak!"
Alex kemudian berlalu menuju ruangannya, saat itu jam menunjukkan pukul 19.35 waktu setempat. Pria tangan kanan sang CEO ini mulai membuka satu per satu tumpukan map yang ada di atas mejanya. Membaca dan membubuhkan tanda tangan selaku wakil dari CEO Zain Abraham.
***
"Halo, selamat malam, Chairman!"
Suara dari sebuah panggilan telepon kepada Yazid. Tak lain adalah Pak Salim
Malam itu di pulau 'Kaledupa, entah mengapa Kinanti tiba-tiba perutnya merasa mual yang teramat dan tidak bisa tertahankan."Huek...., Huek...., Huek....!"Kinanti terus memuntahkan isi perutnya di dalam kamar mandi berulang kali. Sudah tak terhitung jumlahnya ia bolak-balik ke kamar mandi."Honey, apa kamu sakit?" Zain memijat tengkuk sang kekasih secara lembut untuk membantu agar lebih tuntas keluar."Entah lah Sayang, tiba-tiba perut aku mual sekali, kepala terasa pusing juga" ucap Kinanti dengan wajah yang kini berubah pasi yang dipenuhi keringat dingin.Zain memapah tubuh Kinanti dan menidurkannya ke kasur, terlihat lemas dan lemah tak bertenaga lagi. Sebab semua isi perutnya sudah tidak ada lagi isinya, sampai-sampai cairan yang keluar dari perutnya adalah cairan yang berwarna kuning. Zain pun menyelimuti tubuh Kinanti serta pergi ke kotak P3K untuk mengambil minyak gosok yang bisa membantu menghangatkan tubuh sang kekasih."Hone
"Brakkkk....!" Kawanan anak buah Burhan berhasil mendobrak pintu Vila milik CEO Zain Abraham, beberapa orang pun segera masuk ke dalam untuk mencari keberadaan Kinanti."Cepat, cari wanita itu! Kita harus bertindak secepatnya, sebelum Tuan muda Zian kembali.Anak buah Burhan segera berpencar setelah berhasil memasuki vila ber cat putih tersebut. Dan salah seorang di antaranya berhasil menemukan keberadaan Kinanti yang tergolek lemah di atas ranjang."Halo, Tuan Burhan! Kami berhasil menemukan wanita itu," tandas anak buah Burhan saat menelepon Burhan."Baguslah, cepat bawa wanita itu pergi dari sana! Jangan sampai Tuan muda Zain melihat kalian."Kinanti yang masih tidak sadarkan diri itu berhasil dibawa kabur oleh kawanan anak buah Burhan. Mereka membawa wanita lemah tersebut menaiki perahu kecil dan pergi meninggalkan pulau 'Kaledupa."Permisi Suster! Apa Dokter Andika nya ada?" Suara Zain yang tergopoh menghampiri perawat yang berjag
Malam telah berganti pagi, sejak pingsan semalam, Kinanti belum sempat mengisi perutnya hingga pagi itu. Dan kini ia mulai terasa lapar, namun tidak menemukan sesuatu untuk dimakannya. Sementara pasangan Chairman beserta sang istri telah dalam perjalan menuju tempat penyekapan Kinanti.Tepat pukul enam pagi, saat sinar mentari telah bersinar dengan terangnya, kapal pesiar milik Zain tiba di dermaga pantai Kaladeupa. Dengan memepercepat langkahnya, Zain membawa dokter Andika memasuki vila miliknya."Ayo, masuk lah! Cepat periksa dia!"Suara Zain yang terlihat panik saat membuka pintu Vila yang sudah tidak terkunci lagi."Kenapa pintu tidak terkunci?" batin Zain memepercepat langkahnya masuk ke dalam kamar.Sungguh kaget Zain saat melihat ruang kamar yang kosong, hanya bantal guling saja yang tersisa di atas tempat tidur. Ia pun menggeledah seluruh sudut kamar, termasuk juga kamar mandi dan ruang ganti. Semua tampak kosong tak terlihat Ki
"Hei, wanita malam murahan! Malang sekali nasibmu, mimpi terlalu ketinggian. bagaimana sekarang? masih ingin melanjutkan mimpi kamu?" Suara Retno terdengar geram penuh kemarahan, saat berhasil membuka pintu dan menghardik wanita yang tengah lemah di depannya. "Plakkk....!" Sebuah tamparan keras dari Retno melayang di pipi Kinanti. Tak hanya sekali, bahkan sudut bibir Kinanti pun mulai berdarah, akibat kerasnya tamparan Retno. Sang Chairman yang berdiri di sudut kamar tersebut sebenarnya tidak tega melihat wanita yang tidak sepenuhnya bersalah itu diperlakukan demikian oleh sang istri. Namun beliau juga tidak ingin terlihat lemah di hadapan gadis itu demi wibawa dan harga dirinya. "Plaaaakk....!" Tamparan terakhir Retno yang sangat kencang, membuat tubuh lemah Kinanti tersungkur ke lantai. Matanya serasa berkunang-kunang, setelah melihat ke sekeliling yang mulai terlihat buram dan berbayang, tiba-tiba Kinanti kembali merasa mual yang tak dapat di
Tempat pertama yang dituju oleh Zain Abraham dan dokter Andika adalah kediaman kedua orang tuanya. Namun rumah itu terlihat sepi hanya para pelayan yang tersisa. Membuat kemarahan CEO Zain Abraham kembali tersulut, dan membanting semua perabot berharga koleksi sang ibunda yang merupakan barang import dan limited edition. "Mamaaaa....!" Teriak Zain. "Tenangkan diri kamu, Zain! Aku yakin kekasih kamu baik-baik saja. Tidak perlu khawatir, tidak akan terjadi hal buruk padanya." Dokter Andika berusaha meredam emosi sang sahabat yang terlihat sangat terpukul akan hilangnya Kinanti. *** "Burhan, kamu awasi gadis ini jangan sampai dia kabur. Sementara itu biar aku persiapkan paspor serta visa, kamu bawa dia ke negeri Sakura. Pastikan setibanya di sana kamu ubah semua identitas dia dan awasi terus agar tidak kembali lagi!" Peringati Chairman Yazid kepada Burhan. "Kenapa Chairman tidak menugaskan ini kepada Salim?" Tanya Burhan.
Selepas pertengkaran dengan kedua orang tuanya, Zain melajukan mobilnya kencang, menyusuri jalanan ibu kota. Mencari keberadaan sang kekasih yang sampai kini belum juga diketemukan. Bahkan berkali-kali Zain menghubungi Alex tetap saja tidak ada kabar baik satu pun yang datang.Jika biasanya saat sedang emosi selepas bertengkar dengan sang ibunda Zain pergi membuang kemarahannya dengan pergi ke klub malam, berbeda dengan kali ini. Zain lebih memilih pergi ke vila, tempat pertama kali ia membawa Kinanti bermalam di sana."Honey, di manakah kamu sekarang? Beri aku petunjuk tentang kekasihku, Tuhan!" gumam Zain yang mulai menggenang butiran kristal bening dari kedua pelupuk netranya saat duduk di dalam mobil yang baru saja tiba di vila."Selamat malam, Tuan Zain!" sapa pak Shodik suami bi Ijah. pasangan suami istri yang bekerja di vila tersebut.Zain menurunkan kaca spion mobilnya dengan wajah lesu, membalas sapaan pak Shodik, "Iya selamat malam, Pak!"
Setelah melakukan penerbangan di atas udara selama kurang lebih enam jam, jet pribadi milik Yazid mendarat di bandara Tokyo Haneda sekitar pukul tujuh pagi waktu Tokyo.Seorang wanita yang masih terkulai lemas, baru saja diturunkan dari awak pesawat dan dipindahkan ke sebuah kursi roda. Yang didorong oleh Burhan. Sementara sang Co-pilot membantu membawa barang mereka dan memasukkannya ke dalam bagasi mobil, yang sudah disiapkan oleh Chairman Yazid.Tampak wajah tirus, lemah dan pasi, terduduk di atas kursi roda. Di saat yang bersamaan seorang pria muda berdarah Batak, juga baru saja turun dari pesawat dengan mengenakan pakaian non formal dan kaca mata bertengger di hidungnya. Pria tersebut tak lain adalah Hasnan Manik, keponakan dari Salim asisten Yazid ."Kenapa dengan wanita itu? Apa dia sakit? Apa dia datang ke mari untuk berobat?" Batin Hasnan menatap iba ke arah Kinanti yang sedang duduk di atas kursi roda.Burhan terus mendorong kursi ro
Lima Tahun Kemudian...."Brizam sayang, baik-baik di rumah sama Oma ya. Mommy berangkat kerja dulu, emmmuach."Ucap seorang wanita yang perlahan mulai bangkit dari kelamnya masa lalu, setelah akhirnya bisa melewati lika liku hidup selama lima tahun terakhir dan berhasil melanjutkan hidup bahagia bersama sang putra yang kini berusia lima tahun. Bernama Abrizam Yukimura. Sebuah perpaduan nama dari dua bahasa yaitu Arab dan Jepang."Iya, Mommy. Emmuach," sahut bocah kecil berusia lima tahun tersebut, tak mau kalah antusiasnya membalas mencium seorang wanita muda yang bernama Kinanti.Kinanti berlalu memasuki sebuah taksi yang beberapa menit barusan baru saja berhenti di depan apartemen nya. Seraya melambaikan tangan ke arah sang putra yang tengah berdiri di samping seorang wanita paruh baya yang beberapa bulan lalu baru bekerja mengasuh Abrizam, bocah itu sambil mendekap sebuah mainan robot-robotan membalas melambaikan tan
"Apa kah benar itu suara Honey ku?" Zain yang masih mengekor dari belakang, semakin penasaran akan sumber suara tersebut. Dan semakin mempercepat langkah mendekati, namun tiba-tiba lengannya ditarik oleh sebuah tangan. "Apa yang sedang kamu lakukan di sini kawan? Ayo kita kembali ke meja!" Cegah Andika. Saat sahabat nya mengejar ibu dan anak yang ternyata sudah dokter Andika ketahui siapa dia sebenarnya, maka ia segera menyusul mengejar Zain Abraham. Tak ingin terjadi keributan di sana, ditambah wanita itu tidak datang sendirian melainkan bersama kekasihnya. Dengan langkah gontai dan wajah prustasi, Zain Abraham pun kembali ke meja mengikuti saran sahabat nya. "Aku seperti tidak asing dengan suara wanita itu, dan lagi aku pernah berjumpa anak tampan itu. Makanya aku mengejar dia," Terang Zain Abraham saat berjalan beriringan menuju meja semula. "Zain tolong jaga sikap mu, kita di sini adalah tamu. Jangan buat keributan, lag
"Sayang, kenapa kamu tidak marah atau memaki aku barusan? Apa itu artinya aku benar-benar sudah diterima?" Tanya Hasnan saat memasuki ruangan kerjanya masih bergandengan dengan Kinanti."Entahlah, aku sendiri tidak mengerti akan perasaanku saat ini, bersediakah kamu memberiku waktu untuk itu?"Kinanti duduk di sofa berdampingan dengan Hasnan. Meski Kinanti telah memberi lampu hijau kepada dirinya, namun pria itu masih tetap menghormati dan tidak berbuat lebih. Hanya sebatas ciuman di pipi atau kening. Hasnan tidak ingin merusak wanita yang dicintainya hanya untuk napsu sesaat saja."Apa kamu menangis barusan karena mendengar kabar dari dia?" Hasnan menggenggam tangan Kinanti dan mengecupnya. Wanita itu pun mengangguk."Sejauh apa kamu bersembunyi jika Tuhan telah berkehendak mempertemukan kalian, tidak akan bisa kamu untuk menghindarinya. Karena Tuhan lebih tahu akan rencananya. Apa pun yang terjadi nanti, nikmati dan jalani saja apa kata hati mu. S
"Siapa mereka?" Tanya Alex saat Lala duduk di sampingnya."Mereka adalah anak-anak yang memiliki nasib kurang beruntung. Aku hanya sesekali saja tiap ada rejeki lebih mengunjungi mereka," jawab Lala seraya memasang sabuk pengaman."Ternyata di balik penampilan mu yang sedikit galak menyebalkan dan bar bar, tersimpan sisi lain yang luar biasa," puji Alex.Mobil kembali melaju menyusuri jalanan ibu kota dan saat gadis itu meminta pria di sampingnya untuk mengantar ke sebuah apartemen yang ternyata juga satu kawasan dengan tempat tinggalnya, Alex terperanjat kaget saat mobil berhenti."Mau apa lagi kamu ke sini? Apa mau ke ruang teman?" Tanya Alex. Dibalas gelengan kepala serta senyum oleh Lala."Lantas, mau apa kamu ke sini?" Alex memperjelas rasa penasarannya.Lala tidak menjawab melainkan membuka sabuk pengaman dan keluar dari mobil, masih menyisakan pertanyaan dari Alex."Ini tempat tinggal baruku," jawab Lala membungkuk di tepi kaca
"Kamu!" Dua insan yang tiap bertemu tidak pernah akur, malam itu keduanya sama-sama dibuat kaget oleh keadaan.Rupanya klien yang Zain maksud adalah Lala, wanita yang pernah menyelamatkan dirinya dari godaan wanita malam saat dirinya tiap kali mabuk berat hampir tiap malam di Klub tempatnya bekerja bersama Kinanti."Kenapa kamu yang datang? Tuan Zain bilang aku harus menggantikan beliau meeting dengan klien di sini. Lalu kenapa kamu yang muncul?" Tanya Lala masih tidak percaya."Oh jadi kamu orangnya, yang Tuan Zain bilang seorang klien yang sudah dianggap seperti adiknya sendiri. Memang sejak kapan kamu jadi penjilat kepada tuan Zain?" Sindir Alex dengan ketus.Lala mulai naik pitam dituduh sebagai penjilat oleh Alex. Dan gadis yang tengah duduk itu segera berdiri, "Tolong anda dengar baik-baik! Meski saya seorang gadis miskin rendahan, tapi saya masih punya harga diri. Jika saya mau menjadi penjilat itu sudah saya lakukan jauh saat atasan an
"Bagaimana misal saat ini dia telah bersama pria lain dan melupakan mu?"Zain terhenyak seketika mendengar ucapan sahabatnya. Kedua matanya pun membola."Aku percaya Honey ku tidak akan melakukan hal itu. Dia tahu benar aku sangat mencintainya," tandas Zain Abraham."Ayolah kawan, kamu bukan lah orang dari jaman kuno yang berpikiran kolot. Ini tuh realita, real! Tidak ada yang tidak mungkin, secara kalian tidak bertemu lima tahun, apa lagi seperti yang kamu bilang tadi orang tua kamu turut andil di balik peristiwa yang menimpanya. Sangat besar kemungkinan dia dendam kepada kalian!"Dokter Andika berusaha menyadarkan sahabatnya untuk sadar dari mimpinya."Tidak! Aku yakin Honey ku masih orang yang sama. Sangat mencintaiku dan tidak akan mengkhianati ku. Aku di sini juga masih setia terhadap nya," sahut Zain Abraham tidak terima."Oke, semoga saja apa yang kamu pikirkan benar. Semoga keyakinan mu juga tidak salah!"Sebenarnya dokter And
"Menangis? Apa yang sedang ia pikirkan? Pasti dia benar-benar dalam tekanan," batin Hasnan.Hasnan kemudian duduk di tepi ranjang Kinanti bersama Brizam. Menunggui Kinanti sambil mengusap keringat yang mulai bercucuran setelah demamnya turun. Pengasuh Brizam berpamit ke dapur untuk memasak.Benar seperti yang telah dituturkan oleh pengasuh Brizam. Dalam tidurnya Kinanti mengeluarkan air mata. Hal itu semakin membuat Hasnan khawatir untuk beranjak pulang, sebelum wanita itu kembali membaik."Uncle, Mommy kenapa?" Tanya Brizam mendongakkan wajahnya pada Hasnan yang sedang memangku bocah tersebut."Mommy sedang sakit sayang. Coba sekarang Brizam cium Mommy supaya Mom cepat sembuh!"Dengan patuhnya bocah kecil yang sedang dipangku Hasnan, mendekati Kinanti dan mencium kening wanita tersebut. Hampir setengah jam keduanya menunggui dan setelah demam benar-benar turun barulah Kinanti bangun."Sudah lama kah kamu di sini?" Tanya Kinanti beranj
"Yaa Allah kepalaku kenapa berat sekali!" Keluh Kinanti memijat pelipisnya.Wanita yang datang ke kantor terlambat itu sepertinya sedang kurang enak badan karena semalaman begadang dan terlalu lama berpikir. Setelah Kinanti masuk ruang kerjanya, Hasnan menyusul untuk melihat keadaan wanita tersebut."Kamu demam?"Hasnan menempelkan telapak tangannya di kening Kinanti. Wanita yang tampak lesu itu tidak menjawab, hanya menidurkan kepalanya di meja. Sedang matanya telah terpejam."Benar-benar memang dia. Keras kepala! Sudah tahu sedang tidak enak badan masih saja memaksa kerja!" Gumam Hasnan menggerutu menyelimutkan jas yang ia kenakan di tubuh Kinanti.Cemas takut terjadi sesuatu, maka Hasnan menelepon dokter pribadinya."Selamat pagi dokter, tolong datang ke kantor sekarang juga. Sekertaris saya sepertinya sedang demam," ucap Hasnan saat berbincang dengan dokter pribadinya di telepon. Tak lama berselang dokter pun datang dan masuk ke ruan
Selepas mengakui semua kepada Zain Abraham di taman rumah sakit, Alex mengantar Chairman Yazid pulang ke mansion. Gantian Zain yang menjaga mamanya. Untuk menghilangkan rasa suntuk sang CEO, selepas mengantar Chairman pulang, Alex sengaja menjemput Irfan di kantor agar ikut menginap di rumah sakit. Beberapa makanan ringan serta minuman pengahangat pun dibeli oleh Alex."Selamat malam, Kak!"Sapa Irfan menyalami Zain saat baru saja tiba di ruang tunggu. Sebuah ruangan yang disediakan oleh pihak rumah sakit untuk keluarga pasien kelas VVIP."Eh kamu, Fan. Malam juga!" Balas Zain."Kalian yakin mau menginap di sini?"Tanya Zain saat melihat kedua pria yang baru datang membawa dua kresek berisi makanan, sedang Irfan membawa sebuah kasur lipat beserta bantal."Iya Kak, kita mau menginap di sini. Nih Kak Zain lihat saja Tuan Alex membeli camilan untuk teman begadang kita, iya kan Tuan?"Jawab Irfan tersenyum ke arah Alex.Tawa kecil pu
"Halo, Assalamualaikum, Nak!"Sapa seorang wanita paruh baya dari balik benda pipih. Rupanya sedang menelepon putri sulungnya yang baru saja menidurkan putranya, Abrizam."Waalaikumussalam, iya, Bu. Ada apa?" Sahut Kinanti."Begini, Nak. Sebelumnya Ibu minta maaf ya, sudah ingkar akan janji ibu sama kamu," tutur Bu Asri sedikit ketakutan."Kenapa harus minta maaf, Bu. Janji apa yang Ibu maksud?" Timpal Kinanti.Bu Asri mulai bercerita kejadian tadi siang saat Zain Abraham beserta Irfan dan Alex kembali mengunjungi kediamannya. Kedatangan mereka dikarenakan telepon Irfan yang tanpa sengaja didengar oleh Zain.Kinanti tidak bisa menyalahkan siapa pun atas kejadian itu. Mungkin memang Tuhan sudah menghendaki dia untuk bertemu dengan Zain Abraham. Entah kapan itu yang jelas, jika Allah sudah berkehendak tidak ada yang tidak mungkin bagi kita."Oh masalah itu Bu. Ya sudah nggak papa, Bu. In Shaa Allah Kinanti sudah siap menghadapi ma