Semua Bab Kinanti Bukan Wanita Malam: Bab 31 - Bab 40

93 Bab

Yazid Terkejut

Keesokan harinya, Salim menghubungi Chairman Yazid. Perihal penyelidikannya tentang Kinanti. Dan pagi itu Yazid secara langsung mengundang Salim untuk datang ke kediamannya. Hal yang sama juga, sepertinya dilakukan oleh Mikal, keponakan Retno. Mobil kedua pria yang secara tidak sengaja datang bersamaan, tengah memasuki halaman  Mansion. Berjalan beriringan.  Salim dan Mikal, sama-sama keluar dari dalam mobil. Mikal menatap sinis pria yang tengah berjalan di sampingnya. Sementara  di balik kacamata hitam nya, Salim menatap wajah Mikal, yang seolah tidak asing baginya. Bodyguard bayaran Chairman Yazid itu pun mengerutkan dahi. Berusaha mengingat di mana ia pernah bertemu. Seketika ingatannya tertuju pada obrolan semalam di Klub."Bukan kah itu pria semalam yang sedang berbicara dengan Bartender, sedang apa dia di sini" batin Salim.Yazid dan Retno kebetulan tengah duduk berdua di teras depan, sang Chairman  yang terkenal dingin dan sangat
Baca selengkapnya

Video Call Pelepas Rindu

Selepas kepergian Salim dari kediamannya, Yazid segera masuk ke dalam. Masih penasaran dengan apa yang di dengar oleh telinganya beberapa saat barusan. Saat dirinya memasuki ruang tamu, kedua manusia yang tengah berdebat, diam seketika."Kenapa kalian diam? Ada apa ini Mikal?" Selidik Yazid mengintimidasi."Maaf, Om!" Ucap Mikal mulai bercerita tentang apa yang pernah Retno perintahkan kepadanya."Mama juga, bukan kah Papa bilang jangan gegabah. Mama tahu, kenapa Papa undang Salim ke mari?" Suara Yazid terdengar penuh kemarahan.Retno dan Mikal masih ambigu. Dan Yazid pun akhirnya terpaksa bercerita. Perihal kedatangan Salim beberapa saat lalu."Papa sengaja menyuruh Salim, untuk mencari informasi tentang Gadis itu. Salim bilang, Mikal ada di sana juga. Mikal, katakan! Apa benar dia bukan Wanita genit dan penggoda!" Perintah Yazid masih diliputi emosi suaranya."Iya, Om. Benar! Dia memang Gadis yang berbeda dari lainnya. Bukan type Wanita pe
Baca selengkapnya

Rencana Sang Chairman

Hari terus berganti, dan tanpa terasa perjalanan bisnis yang dilakukan oleh Zain Abraham sudah menginjak hari ke lima. Sepertinya sang Chairman telah mempersiapkan rencana yang sudah ia pikirkan matang-matang selama dua hari terakhir. Tentang kelanjutan asmara terlarang sang putra, menurutnya. "Ya, aku harus melakukan ini. Mungkin dengan menyibukkan Zain di London, perlahan dia akan melupakan gadis itu," tandas sang Chairman bergumam. Pria paruh baya itu terlihat sedang melakukan video call dari laptop, di ruang kerjanya. Sengaja Yazid merahasiakan semua rencananya ini dari sang istri. Karena jika sudah berhubungan dengan wanita itu, tidak akan berjalan dengan baik. Yang ada hanyalah emosi dan kekerasan. Sebab bagaimana pun juga ia seorang manusia yang mempunyai hati nurani. Tidak mungkin memisahkan sang putra dengan gadis yang dicintainya secara terang-terangan. Yang ada hanya akan menimbulkan kekecewaan dan gejolak mental yang teramat dalam. "Tolong
Baca selengkapnya

Kinanti Menjemput Zain Di Bandara

Setelah menempuh perjalanan dari bandara, taksi yang ditumpangi Kinanti, akhirnya sampai di depan Klub, tempatnya bekerja. Gadis itu keluar dan kembali menyodorkan uang warna biru kepada sopir taksi.Taksi pun pergi dan Kinanti berjalan hendak masuk dari pintu samping Klub, namun langkahnya tiba-tiba terhenti. Saat sebuah mobil mewah berhenti tepat di sampingnya.Seorang pria tampan yang sebaya Zain Abraham keluar dari mobil tersebut, dan membuka kaca mata hitamnya. Membuat gadis yang langkahnya terhenti, kaget seketika."Tuan Mikal!" Gumamnya kaget.Si pemilik nama yang disebut oleh Kinanti, tersenyum penuh antusias. Berjalan mendekat ke arah Kinanti."Selamat siang, Cantik!" Sapa Mikal berusaha menarik tangan Kinanti untuk dicium punggung tangannya. Namun sayang, Kinanti langsung menepis tangan Mikal. Membuat pria itu menyeringai gemas akan sikap gadis di hadapannya."Aku ingin mengajakmu ke luar, sampai nanti malam!" celetuk Mikal tiba-ti
Baca selengkapnya

Rencana Jahat Danil Dan Mikal

Hari berganti hari dan waktu terus bergulir,  dan malam itu tepat dua pekan ketidak hadiran CEO Zain Abraham di sisi Kinanti.  Seperti biasanya Kinanti dan para pekerja lainnya, mulai bersiap untuk bekerja. Meski sebenarnya bagi Kinanti hari-hari yang dijalaninya tanpa kehadiran CEO Zain Abraham di klub tersebut, terasa hampa.Setiap kali ia menoleh ke arah pintu dan berharap wajah sang kekasih lah yang muncul di sana. Tapi sayangnya tidak begitu, gadis itu kembali kecewa karena bukan Zain yang datang."Sudah jangan manyun gitu wajahnya, Kin. Semangat dong, masa iya kekasih CEO Zain Abraham wajahnya ditekuk begitu." goda Lala, menepuk pundak Kinanti yang berdiri mematung, menatap arah pintu."Eh, Kak Lala ngagetin saja," jawab Kinanti tersipu. Kemudian kembali berjalan ke arah meja bartender. Di mana tamu pertama baru saja memasuki Klub malam tersebut.Satu per satu pengunjung mulai berdatangan. Suara jedak jeduk alunan musik DJ terdengar kencan
Baca selengkapnya

Zain Kembali Menyelamatkan Kinanti

"Brukk....!"Sebuah tinju dari dua orang pria tiba-tiba menghampiri wajah Danil dan Mikal secara terpisah. Saat kedua pria ini baru turun dari mobil yang ditumpanginya. Sementara tubuh lemah Kinanti akibat pengaruh obat bius, masih tergolek di bangku belakang mobil Danil."Dasar, Bajingan!""Berani-beraninya kalian mengusik dan menyentuh wanitaku. Di saat aku tidak ada."Zain mengumpat sembari terus melayangkan tinju ke wajah Danil. Sementara Alex memberi andil pada Mikal juga memukulinya hingga babak belur."Milikmu? Ha ha ha ha....""Tuan, Zain yang terhormat. Tolong Anda catat baik-baik! Seliruh wanita yang bekerja di tempat itu, semuanya adalah sampah!"Ujar Danil yang mulai terhuyung karena menahan sakit di perutnya. Akibat tinju yang Zain berikan. Dan menatap CEO Zain dengan tatapan nanar."Brukk..., Brukk...., Brukk....!"Mendengar ucapan Danil, pria yang pernah memberinya luka di punggung beberapa waktu lalu. Emo
Baca selengkapnya

Surprize Kepulangan Zain

Flashback on....Setelah hampir dua pekan di London. Kerinduan Zain untuk sang kekasih sudah tak bisa lagi dibendung. Tanpa berpamit lagi, karena merasa seluruh tugasnya di sana sudah selesai. Maka  siang itu juga Zain melakukan penerbangan  dengan jet pribadinya, kembali ke tanah air. Orang pertama yang ingin dilihatnya adalah wajah sang kekasih. "Honey, aku kembali," batin Zain, tersenyum sendiri seraya menatap layar ponselnya yang terpampang wajah dirinya dan Kinanti saat foto bersama di pulau 'Kaledupa."Pastikan kita tiba di sana malam hari. Aku ingin memberi kejutan kepada kekasihku."Perintah Zain kepada Co-pilot yang sedang membawa jet pribadi miliknya."Pasti Nona Kinanti akan senang sekali, Tuan," sahut Co-pilot yang tengah fokus dengan pandangannya ke depan."Entah, sengaja dua pekan ini aku tidak memberinya kabar, bahkan kepulangan ku ini."Lama keduanya berbincang di atas ketinggian awan. Dan setelah menem
Baca selengkapnya

Zain Membawa Kinanti Ke Mansion

  Setelah berhasil membuat kedua pria yang telah berani membawa Kinanti pergi dari tempatnya bekerja. Kini, Zain menghampiri mobil Danil. Di mana Kinanti tergolek lemah di sana. Akibat obat bius yang diberikan oleh Danil."Honey, bangun, Honey!"Zain terlihat cemas dengan keadaan sang kekasih, malam itu. Berkali-kali iaenepik pipi Kinanti. Berharap segera sadar. Sementara Alex juga menghampiri majikannya, seusai menggebuki Mikal."Apa sebaiknya kita bawa Nona ke rumah sakit, Tua" tanya Alex yang terlihat khawatir."Tidak usah, cepat nyalakan mobil. Aku akan membawanya pulang. Biar aku yang merawat nya."Balas Zain, seraya membopong tubuh kekasihnya menuju mobil yang sudah dinyalakan oleh Alex. Dan Zain menidurkan tubuh Kinanti di jok belakang, tepat di sampingnya, ia duduk.Alex mengemudikan mobil sport warna biru itu menuju mansion sang Chairman. Jalanan malam itu mulai diguyur oleh rintik gerimis yang membasahi bu
Baca selengkapnya

Alex Menemui Alan

Sesampainya di dalam kamar, Zain meminta kepada pelayan untuk membawakan makan malam. Sambil menunggu makan malam yang dipesannya datang, Zain terus menatap dan mengusap wajah Kinanti dengan perasaan sedih. "Aku harus membuat perhitungan dengan mereka. Tidak akan kubiarkan mereka tertawa dengan bebas, Honey. Itu janjiku." Batin Zain yang masih dengan setia duduk di samping Kinanti. Tangan Zain kini beralih menggenggam tangan kekasihnya yang masih terbaring tersebut. Dan tak lama kemudian si pemilik tangan itu pun mulai tersadar.  Perlahan Kinanti mulai membuka mata, mengedarkan pandangan pada langit-langit kamar dan dinding bercat abu-abu. Kini pandangannya beralih pada sosok pria yang duduk di sampingnya. "Sayang!" Ujar Kinanti lirih, tangannya memegang pergelangan tangan Zain. Seketika membuat wajah Zain berubah gembira. "Honey!" Kini Zain menghadiahi kening wanita yang baru tersadar dari pingsannya karena pengaruh obat dengan k
Baca selengkapnya

Ulah Mengesalkan Lala Kepada Alex

Tubuh Alan masih terlihat gemetar, bahkan wajahnya kini berubah pias. Keringat dingin juga mulai bercucuran. Berkali-kali pria ini mengambil tisu yang ada di atas mejanya untuk mengusap wajahnya yang penuh dengan keringat.Sembari mendengarkan cibiran-cibiran pedas dari pria di depannya. Alan berusaha menghidupkan layar komputer yang ada di atas mejanya. Kemudian mulai menyambungkan dengan saluran dari kamera CCTV. Dengan seksama Alan melihat semua kejadian beberapa waktu lalu yang terjadi di klub. Saat ia tidak ada.Sungguh kaget yang tak bisa diungkap lagi bagi Alan saat itu. Kedua netranya menyaksikan bagaimana detik-detik kedatangan kedua pria yang akhir-akhir ini berusaha mencari masalah dengan kekasih CEO Zain tersebut. Dimana salah satunya tampak sedang membekap mulut Kinanti dengan sebuah sapu tangan yang sepertinya sudah diberi cairan obat bius. Karena terlihat jelas Kinanti saat itu langsung pingsan dalam pelukan Danil."Apa? Tuan Danil?" 
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status