Home / Romansa / Kinanti Bukan Wanita Malam / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Kinanti Bukan Wanita Malam: Chapter 11 - Chapter 20

93 Chapters

Curhatan Zain

 Beberapa hari kemudian....Selepas pertengkaran dengan kedua orang tuanya, Zain lebih memilih tinggal di villa. Sifat angkuh yang dia miliki sejak lahir, semakin membuat dirinya untuk lebih menjauhi segala sesuatu yang dapat memicu emosi dan kemarahannya.Bi Ijah dan pak Shodik dengan setia melayani sang majikan selama tinggal di villa, dan hal semacam ini bukanlah kali pertama terjadi."Maaf, Tuan, jika Saya lancang," ucap bi Ijah tatkala menyiapkan makan malam untuk Zain."Iya, Bi. Katakan saja!" balas Zain menatap sopan bi Ijah."Ada baiknya, jika Tuan segera menikah! Dengan begitu Tuan, dan Nyonya besar, tidak marah-marah terus." sambung Bi Ijah.Zain  mendengarkan nasehat pelayan  yang sudah bekerja mengurus villa sejak ia masih kecil itu dengan seksama, seolah bi Ijah adalah ibu kedua bagi Zain. Lebih mengerti dirinya ketimbang sang mama."Zain bukannya tidak ingin segera menikah, Bi. Bibi tahu sendiri, s
Read more

Pertikaian Zain dan Danil

"Maaf, Tuan. Jangan lakukan itu!" Kinanti terus berusaha menepis gelas yang Danil sodorkan ke bibirnya."Ayolah cantik, sedikit saja. Berapa sih harga yang kamu minta?" tanya Danil seraya tersenyum menyeringai. Terus berusaha memaksa gadis itu menenggak minuman yang ada di tangannya."Saya tidak bisa meminumnya, Tuan," tepis gadis itu berusaha menolak."Ayolah Cantik, sedikit saja. Apa pun keinginan kamu pasti aku kabulkan, asal sekali saja kamu mengabulkan keinginanku," Mohon Danil di bawah kesadaran yang berangsur  berkelana entah kemana.Gadis itu makin panik bercampur kesal, merasa usaha penolakan yang ia lakukan sia-sia. Kinanti pun berteriak memanggil Alan."Pak Alan, tolong! teriaknya."Tuan, jangan!" Mohon  Kinanti sedikit menghiba memasang wajah melas disertai derai air mata yang mulai membasahi wajah cantiknya, sementara tangannya, menutup bibir. Gadis malang ini pun sesenggukan.Alan yang melihat keributan itu seg
Read more

Zain Dilarikan ke Rumah Sakit

Jalanan kota malam itu mulai terlihat sunyi senyap, hanya beberapa kendaraan saja yang melintas. Dengan kencangnya Alex mengemudikan mobil menuju arah rumah sakit terdekat. Sementara gadis yang tengah merengkuh tubuh Zain masih terlihat sembab matanya."Perawat!" Teriak Alex, saat mobil yang dikendarainya berhenti tepat di depan pintu utama IGD.Dua perawat laki-laki bergegas menghampiri, seraya membawa brankar. Alex segera keluar, membuka pintu dan memapah majikannya menaiki brankar, dengan dibantu perawat.Zain diletakkan di atas brankar dengan posisi tengkurap, karena belati milik Danil masih tertancap di punggungnya.Melihat perawat membawa masuk Zain ke dalam ruang IGD. Kinanti kembali diliputi kekhawatiran. "Selamatkan Tuan Zain ya Allah," gumamnya.Alex mencoba menghubungi Alan, bertanya apakah pria brengsek yang baru saja membuat ulah itu telah dia usir dari tempat tersebut."Baik, Tuan Alex. Sekali lagi saya mohon maaf atas insiden
Read more

Tangis Keluarga Kinanti

Irfan adik laki-laki Kinanti merasa iba melihat kesedihan sang bapak. Setelah berjalan hampir lima ratus meter, pemuda ini memutuskan untuk kembali  ke rumah pak Gatot."Kenapa berhenti, Nak?" Pak Firman menatap putra bungsunya dengan mata yang masih basah."Irfan harus meminta penjelasan kepada Pak Gatot di mana Mbak Kinanti saat ini, Pak?" Pemuda itu bergegas berlari kencang menuju kediaman Pak Gatot, ternyata pria paruh baya tersebut masih duduk di kursi kebesarannya."Hei....! Untuk apa kamu kembali lagi, pergi!" Usir pria sombong itu."Katakan di mana Mbak Kinanti berada!" Dengan lantang Irfan bertanya keberadaan sang Kaka."Ha ha ha ha...." Pak Gatot hanya tertawa mencibir."Dasar keluarga tidak tahu malu, pergi atau aku usir paksa kau anak muda." Imbuh pria paruh baya tersebut menuding wajah Irfan penuh penghinaan.Bukannya jawaban yang ia dapat, pak Gatot menyeru kepada anak buahnya untuk mengusi
Read more

Kepulangan Zain Dari Rumah Sakit

Ciuman membara dari dua sejoli yang dilanda kerinduan berakhir sudah. Alex bergegas masuk ke dalam, disusul oleh seorang perawat yang hendak melepas selang infus."Kenapa harus terburu pulang, Tuan? Luka Anda masih belum sembuh," ucap perawat membuka selang infus di tangan Zain.Tidak ada yang berani memberikan jawaban dari pertanyaan sang perawat, "Lakukan saja tugas kamu!"Itulah balasan yang keluar dari bibir Zain Abraham."Selama beberapa hari tolong Tuan usahakan agar luka Anda tidak terkena air," Pesan perawat sebelum pergi meninggalkan ruangan."Emm...." Itulah jawaban singkat dari seorang Zain Abraham yang terkenal dingin dan angkuh.Setelah perawat pergi Alex  bergegas membantu Zain bangun, pun juga Kinanti."Aku tidak selemah itu, lepas!" ucap Zain menepis tangan dua orang yang berusaha menolongnya.Kinanti masih menempelkan tangannya di lengan Zain, sementara Zain menatapnya tajam. Tak mau dikasihani."Sa
Read more

Amarah Yazid Dan Retno

Selepas mengantar Kinanti, Alex mengantar Zain kembali ke rumah utama. Kediaman keluarga Yazid  Malik Abraham. Waktu menunjukkan pukul 22.00. "Maaf, saya hanya bisa mengantar Tuan sampai di sini. Selamat beristirahat, jika Tuan membutuhkan sesuatu telepon saja saya," ucap Alex setelah menghentikan mobil tepat di halaman rumah keluarga Zain Abraham. "Terima kasih," balas Zain keluar dari dalam mobil yang baru di buka Alex. Alex menatap sang majikan hingga masuk ke dalam rumah. Lalu ia pun beranjak pergi meninggalkan kediaman Zain Abraham. Menyeberang jalan untuk menunggu taksi pesanannya datang. "Ceklek," Zain membuka pintu yang tidak dikunci. Sepasang suami istri yang sedang duduk berdua di ruang tengah menyapa sang putra tunggal dengan sambutan mencibir. "Oh jadi setelah menolak Avica, selera kamu berubah drastis. Lebih menyukai wanita jalang murahan itu. Sampai-sampai mengorbankan diri demi dia," cibir Retno sang mama. M
Read more

Menelepon Ibu

Pada meeting berikutnya, Zain terlihat tidak fokus sama sekali. Ia pun mengirim pesan kepada Alex, "Tolong belikan ponsel untuk Kinanti, dan antarkan langsung padanya.""Siap, Tuan," bunyi balasan pesan singkat dari Alex.Setelah Alex mengirim balasan, Zain terlihat sedikit lega. Setidaknya Alex siap siaga melindungi wanita pujaan hatinya.****Siang itu Alex segera meluncur ke tempat kerja Kinanti, dengan membawa ponsel keluaran terbaru beserta nomor pilihan Zain Abraham.Klub masih terlihat sepi dan tertutup saat Alex tiba. Dan tangan kanan Zain Abraham ini menghubungi Alan, selaku pengelola Klub."Selamat siang, Tuan Alan. Apa saya bisa bertemu dengan Nona Kinanti? Ini perintah dari Tuan Zain," sapa Alex bertanya."Baiklah, Tuan Alex. Temui Kinanti lewat pintu belakang," jawab Alan. Dan panggilan terputus.Alan segera menemui Kinanti di kamarnya, dan menyuruh gadis itu segera menemui Alex di taman belakang.Kinanti ya
Read more

Senja Yang Indah

Sore itu tepat seusai adzan Ashar, mobil sport warna biru milik Zain Abraham. Sudah bertengger di depan Klub, tempat Kinanti bekerja. Pemuda yang sudah tidak sabar untuk bertemu gadis pujaannya itu pun membunyikan klakson mobil berulang kali.Kinanti yang baru selesai berdandan segera menghampirinya."Selamat sore, Tuan. Maaf sudah membuat Tuan Zain menunggu lama," ucap Kinanti tersenyum tanpa dosa."Cepat masuk!" seru Zain yang kemudian segera melajukan mobilnya menyusuri jalanan kota.Sore itu cuaca tampak terlihat cerah, Zain fokus menatap jalanan lurus ke depan. Sembari sesekali di balik kaca mata hitam yang dikenakan ia melirik Kinanti yang sore itu terlihat sangat menggoda gaya berpakaiannya."Dia berpakaian seperti itu sengaja  untuk menggodaku pastinya. Awas saja kau, sudah membangunkan singa tidur," gumam Zain tersenyum miring."Emmm...., Kalau boleh tahu Tuan mau mengajak saya kemana?" tanya Kinanti gugup."Ke suatu tem
Read more

Malam Romantis

Senja berganti malam, Zain mengajak Kinanti berjalan menuju dermaga dan menaiki sebuah kapal pesiar yang sudah disiapkan oleh Alex.Dengan lembut pria itu menuntun Kinanti memperlakukannya layaknya seorang ratu. Dengan seorang nahkoda yang menemani mereka berlayar menuju sebuah pulau."Wah...., indah sekali Tuan kapalnya," ujar Kinanti menatap takjub kapal pesiar tempat ia berpijak saat itu."Iya, Sayang. Aku ingin membawamu ke suatu tempat yang indah, dimana hanya ada kita berdua," ujar Zain kembali melingkarkan tangan ke pundak Kinanti."Bapak, Ibuuu....!" Teriak Kinanti lepas, merentangkan kedua tangan, berdiri di atas lantai kapal paling atas, diikuti Zain memeluknya dari belakang."Terima kasih, Sayang." Ujarnya kembali.Zain yang mendengar kata sayang keluar dari bibir Kinanti, terlihat senang sekali."Apa? Katakan sekali lagi honey!" pinta Zain."Tuan Zain Sayaaaang....," teriak nya kembali. Keduanya sama-sama tertawa le
Read more

Kemarahan Retno

"Halo, selamat pagi Tio," sapa Retno dari balik benda pipih. "Iya selamat pagi juga Nyonya, ada yang bisa saya bantu?" tanya Tio yang baru sampai di kantor. "Jam berapa Zain kemarin pulang dari kantor?" selidik Retno. "Tuan Zain kemarin pulang setelah meeting kedua, Nyonya," tukas Tio. Retno mengernyitkan kedua alisnya kembali berpikir kemana perginya putra semata wayangnya. "Oke terima kasih. Oh ya jika Zain datang tolong segera beri tahu kan kepada Chairman!" Setelah itu sambungan telepon berakhir. Retno segera menemui sang suami yang tengah bermain golf di halaman belakang. "Pa...., Papaaaa...." teriak Retno. Yazid yang tengah asyik bermain golf berhenti seketika, menghampiri sang istri yang mulai bersungut.  "Ada apa sih Ma, pagi-pagi sudah teriak layaknya toa masjid saja." "Ini semua gara-gara Papa, selalu bilang santai. Sekarang Papa lihat putra kita tidak pulang ke rumah. Pasti sedang bersama
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status