Sore itu tepat seusai adzan Ashar, mobil sport warna biru milik Zain Abraham. Sudah bertengger di depan Klub, tempat Kinanti bekerja. Pemuda yang sudah tidak sabar untuk bertemu gadis pujaannya itu pun membunyikan klakson mobil berulang kali.
Kinanti yang baru selesai berdandan segera menghampirinya.
"Selamat sore, Tuan. Maaf sudah membuat Tuan Zain menunggu lama," ucap Kinanti tersenyum tanpa dosa.
"Cepat masuk!" seru Zain yang kemudian segera melajukan mobilnya menyusuri jalanan kota.
Sore itu cuaca tampak terlihat cerah, Zain fokus menatap jalanan lurus ke depan. Sembari sesekali di balik kaca mata hitam yang dikenakan ia melirik Kinanti yang sore itu terlihat sangat menggoda gaya berpakaiannya.
"Dia berpakaian seperti itu sengaja untuk menggodaku pastinya. Awas saja kau, sudah membangunkan singa tidur," gumam Zain tersenyum miring.
"Emmm...., Kalau boleh tahu Tuan mau mengajak saya kemana?" tanya Kinanti gugup.
"Ke suatu tem
Senja berganti malam, Zain mengajak Kinanti berjalan menuju dermaga dan menaiki sebuah kapal pesiar yang sudah disiapkan oleh Alex.Dengan lembut pria itu menuntun Kinanti memperlakukannya layaknya seorang ratu. Dengan seorang nahkoda yang menemani mereka berlayar menuju sebuah pulau."Wah...., indah sekali Tuan kapalnya," ujar Kinanti menatap takjub kapal pesiar tempat ia berpijak saat itu."Iya, Sayang. Aku ingin membawamu ke suatu tempat yang indah, dimana hanya ada kita berdua," ujar Zain kembali melingkarkan tangan ke pundak Kinanti."Bapak, Ibuuu....!" Teriak Kinanti lepas, merentangkan kedua tangan, berdiri di atas lantai kapal paling atas, diikuti Zain memeluknya dari belakang."Terima kasih, Sayang." Ujarnya kembali.Zain yang mendengar kata sayang keluar dari bibir Kinanti, terlihat senang sekali."Apa? Katakan sekali lagi honey!" pinta Zain."Tuan Zain Sayaaaang....," teriak nya kembali. Keduanya sama-sama tertawa le
"Halo, selamat pagi Tio," sapa Retno dari balik benda pipih. "Iya selamat pagi juga Nyonya, ada yang bisa saya bantu?" tanya Tio yang baru sampai di kantor. "Jam berapa Zain kemarin pulang dari kantor?" selidik Retno. "Tuan Zain kemarin pulang setelah meeting kedua, Nyonya," tukas Tio. Retno mengernyitkan kedua alisnya kembali berpikir kemana perginya putra semata wayangnya. "Oke terima kasih. Oh ya jika Zain datang tolong segera beri tahu kan kepada Chairman!" Setelah itu sambungan telepon berakhir. Retno segera menemui sang suami yang tengah bermain golf di halaman belakang. "Pa...., Papaaaa...." teriak Retno. Yazid yang tengah asyik bermain golf berhenti seketika, menghampiri sang istri yang mulai bersungut. "Ada apa sih Ma, pagi-pagi sudah teriak layaknya toa masjid saja." "Ini semua gara-gara Papa, selalu bilang santai. Sekarang Papa lihat putra kita tidak pulang ke rumah. Pasti sedang bersama
"Sayang, apa boleh aku tanya sesuatu padamu?" ujar Kinanti seusai menangis. "Tentu saja Honey, silahkan!" "Bagaimana kamu bisa tahu alamat rumahku dan soal hutang Bapak kepada Pak Gatot?" tanya nya. "Apa Honey lupa, siapa Zain Abraham ini, ha ha ha," kekeh Zain. "Setelah kamu mengatakan semuanya waktu itu, Alex segera mencari tahu informasi tentang dirimu," Imbuh Zain. ***** Flashback On.... Setelah Kinanti mengaku apa alasan ia terpaksa harus mencuri gaun serta sepatu milik Zain, pria itu segera menghubungi Alex. Pria tangan kanan Zain Abraham. "Lex, cari informasi tentang gadis ini!" Titah Zain menyodorkan ponselnya. "Baik, Tuan. Maaf, kalau Saya boleh tahu, siapa sebenarnya gadis ini?" Sela Alex. "Kamu tidak perlu tahu siapa dia, kamu bisa memperoleh informasi tentang alamat gadis itu melalui Alan," ujar Zain. "Maksud Anda, Tuan Alan pengelola Klub Malam yang sering Anda kunjungi itu kah?"
Pagi yang indah dengan kilau sinar keemasan sang mentari yang diiringi oleh sayup sepoi sang bayu dan suara deburan ombak, semakin menambah keindahan panorama pulau 'Kaledupa. "Honey, sekarang duduk lah di sini! Duduk yang manis, biar aku yang memasak spesial buat kamu," ucap Zain menuntun Kinanti duduk di kursi yang ada di dapur. "Sayang yakin bisa masak?" sahut Kinanti bertanya. "Wah rupanya kamu belum tahu siapa Zain Abraham sebenarnya. Oke, kalau begitu, lihat baik-baik ya!" celetuk Zain mulai beraksi mengenakan celemek. Seperti permintaan sang kekasih, Kinanti pun duduk dengan patuhnya melihat sang CEO pujaan, beraksi layaknya seorang master chef. Sambil sesekali mengabadikan gambar Zain yang sedang memasak, dengan ponselnya. Pria yang terkenal angkuh dan keras kepala itu ternyata pintar juga dalam hal memasak, terbukti tanpa bantuan Kinanti beberapa hidangan telah berhasil diolah. "Sayang, memangnya siapa yang mengurus Villa ini?
Malam kedua bagi pasangan yang sedang dilanda kasmaran di pulau 'Kaledupa. Kembali merajut kasih, tanpa melewatkan setiap momen. Setelah seharian berkeliling di pantai. Kini terlihat berduaan di atas sofa panjang menonton film. "Honey, lusa aku akan kembali bekerja. Aku tidak bisa meninggalkan perusahan berlama-lama, sebab Papa sama Mama pasti sudah tahu hari ini aku tidak pergi ke kantor," Ujar Zain. Gadis yang terbaring di pelukan Zain, menatap wajah sang kekasih, "Iya Sayang. Perusahaan kamu jauh lebih penting. Aku juga tidak ingin beliau sampai marah terhadapmu." "Terima kasih, Honey. Dalam satu Minggu ke depan, aku bakalan sibuk sekali. Jadi aku baru bisa menemuimu akhir pekan," tukas Zain sembari mengusap rambut Kinanti. "Honey, besok bisa kah aku menemui orang tua kamu?" Tanya Zain dengan sorot memohon. Gadis yang tengah memeluknya terdiam sejenak, dan kini saling bertatap, "Baik, besok aku akan mengantar kamu pulang. Apa ka
Sebuah mobil sport warna biru milik Zain Abraham, tengah berhenti di sekitar dermaga. Di dalamnya duduklah seorang pria tampan tangan kanan Zain Abraham yang tak lain adalah Alex.Setelah kapal berhenti dan menepi, Alex bergegas menghampiri sang majikan. Sementara dari dalam kapal, tampak Zain sedang menuntun Kinanti turun dari awal kapal."Selamat siang, Tuan, Nona. Selamat kembali," sapa pria tangan kanan Zain tersebut mengukir senyum menyapa pasangan sejoli yang baru saja turun dari awak kapal."Selamat siang, Lex," Jawab Zain singkat. Sementara gadis yang sedang berjalan di samping Zain pun mengulas senyum membalas sapaan Alex, "Selamat siang juga Tuan Alex."Ketiganya berjalan beriringan menuju mobil yang telah terparkir dipinggir dermaga."Ada berita apa hari ini?" Tanya Zain membenahi kaca mata hitam yang bertengger di hidungnya, sebelum memasuki mobil."Maaf jika saya telat menyampaikan berita ini Tuan. Saya hanya bermaksud tid
"Assalamualaikum, Bapak, Ibu!" Teriak Kinanti.Bu Asri yang tengah menjemur padi hasil panennya, kaget mendengar suara seseorang yang mengucap salam. Suara itu tak asing lagi di telinganya. Dan wanita paruh baya ini pun bergegas menghampiri."Waalaikumussalam, wah...., Kinanti! Pak.... anak gadis kita sudah pulang Pak," teriak Bu Asri terkejut bahagia."Ibu....!" Kinanti seketika menghambur memeluk tubuh wanita yang sangat dirindukannya selama dua bulan terakhir ini. Dan keduanya berpelukan melepas kerinduan."Kinanti.... Nak...., panggil pak Firman lirih dengan suara gemetar dari dalam kamar.Mendengar suara sang bapak, gadis itu pun berlari dan melepas pelukannya dari sang ibu."Bapak...." Teriak Kinanti sedih, saat melihat pria paruh baya tengah terbaring di atas kasur dengan tubuh lemahnya."Huuuuu...., Bapak. Maaf kan Kinanti Pak," Kinanti memeluk tubuh lemah pak Firman dan keduanya tenggelam dalam Isak tangis kesedihan.S
Waktu terus bergulir, setelah adegan haru biru terjadi. Kinanti menyodorkan sebuah amplop warna coklat kepada sang ibu."Bu, ini adalah uang untuk Irfan mendaftar kuliah. Sisanya bisa Ibu pakai untuk keperluan sehari-hari nanti. Kinanti harus kembali untuk bekerja. Jika ada waktu senggang lagi, nanti kami pulang," ujar Kinanti yang tengah duduk di samping Bu Asri."Tapi Nak. Ini uang hasil jerih payah kamu, bagaimana bisa Ibu memakainya.""Ibu terima saja. Kalian lebih membutuhkan biaya di sini," mohon Kinanti.Setelah beberapa detik saling memaksa dan menolak, akhirnya Bu Asri setuju dan menerima uang pemberian anak gadisnya. Meski sebenarnya Zain Abraham bisa saja memberi mereka uang yang lebih, Namun hal itu tidak dilakukan Zain, semata demi menghargai wanita yang dicintainya."Kinanti balik ya, Bu. Ibu dan Bapak jangan terlalu banyak berpikir lagi masalah uang. Setiap bulan nanti akan Aku transfer ke rekening Irfan," tandas Kinanti.
"Apa kah benar itu suara Honey ku?" Zain yang masih mengekor dari belakang, semakin penasaran akan sumber suara tersebut. Dan semakin mempercepat langkah mendekati, namun tiba-tiba lengannya ditarik oleh sebuah tangan. "Apa yang sedang kamu lakukan di sini kawan? Ayo kita kembali ke meja!" Cegah Andika. Saat sahabat nya mengejar ibu dan anak yang ternyata sudah dokter Andika ketahui siapa dia sebenarnya, maka ia segera menyusul mengejar Zain Abraham. Tak ingin terjadi keributan di sana, ditambah wanita itu tidak datang sendirian melainkan bersama kekasihnya. Dengan langkah gontai dan wajah prustasi, Zain Abraham pun kembali ke meja mengikuti saran sahabat nya. "Aku seperti tidak asing dengan suara wanita itu, dan lagi aku pernah berjumpa anak tampan itu. Makanya aku mengejar dia," Terang Zain Abraham saat berjalan beriringan menuju meja semula. "Zain tolong jaga sikap mu, kita di sini adalah tamu. Jangan buat keributan, lag
"Sayang, kenapa kamu tidak marah atau memaki aku barusan? Apa itu artinya aku benar-benar sudah diterima?" Tanya Hasnan saat memasuki ruangan kerjanya masih bergandengan dengan Kinanti."Entahlah, aku sendiri tidak mengerti akan perasaanku saat ini, bersediakah kamu memberiku waktu untuk itu?"Kinanti duduk di sofa berdampingan dengan Hasnan. Meski Kinanti telah memberi lampu hijau kepada dirinya, namun pria itu masih tetap menghormati dan tidak berbuat lebih. Hanya sebatas ciuman di pipi atau kening. Hasnan tidak ingin merusak wanita yang dicintainya hanya untuk napsu sesaat saja."Apa kamu menangis barusan karena mendengar kabar dari dia?" Hasnan menggenggam tangan Kinanti dan mengecupnya. Wanita itu pun mengangguk."Sejauh apa kamu bersembunyi jika Tuhan telah berkehendak mempertemukan kalian, tidak akan bisa kamu untuk menghindarinya. Karena Tuhan lebih tahu akan rencananya. Apa pun yang terjadi nanti, nikmati dan jalani saja apa kata hati mu. S
"Siapa mereka?" Tanya Alex saat Lala duduk di sampingnya."Mereka adalah anak-anak yang memiliki nasib kurang beruntung. Aku hanya sesekali saja tiap ada rejeki lebih mengunjungi mereka," jawab Lala seraya memasang sabuk pengaman."Ternyata di balik penampilan mu yang sedikit galak menyebalkan dan bar bar, tersimpan sisi lain yang luar biasa," puji Alex.Mobil kembali melaju menyusuri jalanan ibu kota dan saat gadis itu meminta pria di sampingnya untuk mengantar ke sebuah apartemen yang ternyata juga satu kawasan dengan tempat tinggalnya, Alex terperanjat kaget saat mobil berhenti."Mau apa lagi kamu ke sini? Apa mau ke ruang teman?" Tanya Alex. Dibalas gelengan kepala serta senyum oleh Lala."Lantas, mau apa kamu ke sini?" Alex memperjelas rasa penasarannya.Lala tidak menjawab melainkan membuka sabuk pengaman dan keluar dari mobil, masih menyisakan pertanyaan dari Alex."Ini tempat tinggal baruku," jawab Lala membungkuk di tepi kaca
"Kamu!" Dua insan yang tiap bertemu tidak pernah akur, malam itu keduanya sama-sama dibuat kaget oleh keadaan.Rupanya klien yang Zain maksud adalah Lala, wanita yang pernah menyelamatkan dirinya dari godaan wanita malam saat dirinya tiap kali mabuk berat hampir tiap malam di Klub tempatnya bekerja bersama Kinanti."Kenapa kamu yang datang? Tuan Zain bilang aku harus menggantikan beliau meeting dengan klien di sini. Lalu kenapa kamu yang muncul?" Tanya Lala masih tidak percaya."Oh jadi kamu orangnya, yang Tuan Zain bilang seorang klien yang sudah dianggap seperti adiknya sendiri. Memang sejak kapan kamu jadi penjilat kepada tuan Zain?" Sindir Alex dengan ketus.Lala mulai naik pitam dituduh sebagai penjilat oleh Alex. Dan gadis yang tengah duduk itu segera berdiri, "Tolong anda dengar baik-baik! Meski saya seorang gadis miskin rendahan, tapi saya masih punya harga diri. Jika saya mau menjadi penjilat itu sudah saya lakukan jauh saat atasan an
"Bagaimana misal saat ini dia telah bersama pria lain dan melupakan mu?"Zain terhenyak seketika mendengar ucapan sahabatnya. Kedua matanya pun membola."Aku percaya Honey ku tidak akan melakukan hal itu. Dia tahu benar aku sangat mencintainya," tandas Zain Abraham."Ayolah kawan, kamu bukan lah orang dari jaman kuno yang berpikiran kolot. Ini tuh realita, real! Tidak ada yang tidak mungkin, secara kalian tidak bertemu lima tahun, apa lagi seperti yang kamu bilang tadi orang tua kamu turut andil di balik peristiwa yang menimpanya. Sangat besar kemungkinan dia dendam kepada kalian!"Dokter Andika berusaha menyadarkan sahabatnya untuk sadar dari mimpinya."Tidak! Aku yakin Honey ku masih orang yang sama. Sangat mencintaiku dan tidak akan mengkhianati ku. Aku di sini juga masih setia terhadap nya," sahut Zain Abraham tidak terima."Oke, semoga saja apa yang kamu pikirkan benar. Semoga keyakinan mu juga tidak salah!"Sebenarnya dokter And
"Menangis? Apa yang sedang ia pikirkan? Pasti dia benar-benar dalam tekanan," batin Hasnan.Hasnan kemudian duduk di tepi ranjang Kinanti bersama Brizam. Menunggui Kinanti sambil mengusap keringat yang mulai bercucuran setelah demamnya turun. Pengasuh Brizam berpamit ke dapur untuk memasak.Benar seperti yang telah dituturkan oleh pengasuh Brizam. Dalam tidurnya Kinanti mengeluarkan air mata. Hal itu semakin membuat Hasnan khawatir untuk beranjak pulang, sebelum wanita itu kembali membaik."Uncle, Mommy kenapa?" Tanya Brizam mendongakkan wajahnya pada Hasnan yang sedang memangku bocah tersebut."Mommy sedang sakit sayang. Coba sekarang Brizam cium Mommy supaya Mom cepat sembuh!"Dengan patuhnya bocah kecil yang sedang dipangku Hasnan, mendekati Kinanti dan mencium kening wanita tersebut. Hampir setengah jam keduanya menunggui dan setelah demam benar-benar turun barulah Kinanti bangun."Sudah lama kah kamu di sini?" Tanya Kinanti beranj
"Yaa Allah kepalaku kenapa berat sekali!" Keluh Kinanti memijat pelipisnya.Wanita yang datang ke kantor terlambat itu sepertinya sedang kurang enak badan karena semalaman begadang dan terlalu lama berpikir. Setelah Kinanti masuk ruang kerjanya, Hasnan menyusul untuk melihat keadaan wanita tersebut."Kamu demam?"Hasnan menempelkan telapak tangannya di kening Kinanti. Wanita yang tampak lesu itu tidak menjawab, hanya menidurkan kepalanya di meja. Sedang matanya telah terpejam."Benar-benar memang dia. Keras kepala! Sudah tahu sedang tidak enak badan masih saja memaksa kerja!" Gumam Hasnan menggerutu menyelimutkan jas yang ia kenakan di tubuh Kinanti.Cemas takut terjadi sesuatu, maka Hasnan menelepon dokter pribadinya."Selamat pagi dokter, tolong datang ke kantor sekarang juga. Sekertaris saya sepertinya sedang demam," ucap Hasnan saat berbincang dengan dokter pribadinya di telepon. Tak lama berselang dokter pun datang dan masuk ke ruan
Selepas mengakui semua kepada Zain Abraham di taman rumah sakit, Alex mengantar Chairman Yazid pulang ke mansion. Gantian Zain yang menjaga mamanya. Untuk menghilangkan rasa suntuk sang CEO, selepas mengantar Chairman pulang, Alex sengaja menjemput Irfan di kantor agar ikut menginap di rumah sakit. Beberapa makanan ringan serta minuman pengahangat pun dibeli oleh Alex."Selamat malam, Kak!"Sapa Irfan menyalami Zain saat baru saja tiba di ruang tunggu. Sebuah ruangan yang disediakan oleh pihak rumah sakit untuk keluarga pasien kelas VVIP."Eh kamu, Fan. Malam juga!" Balas Zain."Kalian yakin mau menginap di sini?"Tanya Zain saat melihat kedua pria yang baru datang membawa dua kresek berisi makanan, sedang Irfan membawa sebuah kasur lipat beserta bantal."Iya Kak, kita mau menginap di sini. Nih Kak Zain lihat saja Tuan Alex membeli camilan untuk teman begadang kita, iya kan Tuan?"Jawab Irfan tersenyum ke arah Alex.Tawa kecil pu
"Halo, Assalamualaikum, Nak!"Sapa seorang wanita paruh baya dari balik benda pipih. Rupanya sedang menelepon putri sulungnya yang baru saja menidurkan putranya, Abrizam."Waalaikumussalam, iya, Bu. Ada apa?" Sahut Kinanti."Begini, Nak. Sebelumnya Ibu minta maaf ya, sudah ingkar akan janji ibu sama kamu," tutur Bu Asri sedikit ketakutan."Kenapa harus minta maaf, Bu. Janji apa yang Ibu maksud?" Timpal Kinanti.Bu Asri mulai bercerita kejadian tadi siang saat Zain Abraham beserta Irfan dan Alex kembali mengunjungi kediamannya. Kedatangan mereka dikarenakan telepon Irfan yang tanpa sengaja didengar oleh Zain.Kinanti tidak bisa menyalahkan siapa pun atas kejadian itu. Mungkin memang Tuhan sudah menghendaki dia untuk bertemu dengan Zain Abraham. Entah kapan itu yang jelas, jika Allah sudah berkehendak tidak ada yang tidak mungkin bagi kita."Oh masalah itu Bu. Ya sudah nggak papa, Bu. In Shaa Allah Kinanti sudah siap menghadapi ma