Home / Romansa / Kinanti Bukan Wanita Malam / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Kinanti Bukan Wanita Malam: Chapter 71 - Chapter 80

93 Chapters

Perhatian Hasnan

Haneeda Internasional... Pesawat yang ditumpangi Zain akhirnya mendarat dengan selamat di bandara Haneeda Tokyo Japan. Sebuah negara yang terkenal dengan julukan negeri sakura. Seorang pria dengan papan nama ditangan tengah berdiri di antara kerumunan para penjemput penumpang pesawat yang baru saja keluar dari ruang kedatangan. Zain berjalan dengan penuh wibawa menuju si empunya papan nama. Keduanya lalu berjabat tangan dan berkenalan, "Zain Abrahan!" "Raihan!" Ucap si penjemput perwakilan dari perusahaan yang bekerja sama dengan Zain Abraham. Zain mengikuti langkah Raihan menuju parkiran di mana seorang sopir telah siap membawa mereka menuju hotel. Tempat Zain akan tinggal di sana selama beberapa hari. "Ini kunci kamar Tuan Zain, silahkan beristirahat. Sampai jumpa nanti malam di jamuan makan malam bersama CEO kami," ucap Raihan menyerahkan sebuah kunci kamar hotel. "Terima kasih, senang bertemu dengan Anda," balas Zain membungkukkan
Read more

Pertemuan Hasnan Dan Zain Abraham

Jam acara makan malam antara Hasnan dengan kliennya pun tiba. Pria kelahiran Batak itu bersiap bersama Raihan untuk pergi ke sebuah restoran. Tempat di mana ia telah mengadakan janji temu di sana. Begitupun dengan Zain Abraham, malam itu ia juga tampak siap untuk pergi ke restoran yang telah disiapkan oleh Hasnan. Restoran yang terletak di hotel tempat ia menginap. Dengan gagahnya kedua pria yang sama-sama mencintai Kinanti itu bertemu dan bersalaman. "Selamat malam, Tuan Hasnan! Perkenalkan, saya Zain Abraham," Zain bersalaman memperkenalkan diri. "Hasnan Manik!" Keduanya duduk dalam satu meja, sementara menunggu sang pelayan datang mengantar pesanan kedua pria itu pun saling berbincang dan mengobrol masalah kerja sama yang akan mereka jalin sebentar lagi. "Tuan Hasnan adalah pengusaha muda yang sukses dan telah banyak menyabet banyak penghargaan. Bisa tolong Anda jelaskan kenapa Tuan memilih saya sebagai partner bisnis!" "Singkatnya
Read more

Paniknya Kinanti

Zain sudah tidak sabar lagi untuk bertemu apa yang baru saja dilihatnya. Pria itu mempercepat langkah mengekor di belakang Raihan, menuju kantor eksklusif. "Ting....!" Suara lift yang baru saja mereka lalui. "Ini adalah kantor eksklusif perusahaan kami Tuan. Silahkan Tuan lihat, barangkali apa yang Anda cari ada di dalam!" Tukas Raihan mempersilahkan. Saat memasuki ruangan yang sangat elegant dekorasinya, serta suasana yang sangat hening. Netra Zain kembali nyalang mencari ke sana kemari sosok yang dia lihat tadi. Satu per satu meja ia datangi, namun wajah mereka tidak membuatnya puas. Karena semua meja yang ada orangnya, ternyata bukanlah sosok yang dia cari. "Apa tadi hanya ilusi ku saja?" Batin Zain kecewa. Raihan yang berdiri di sudut ruangan menatap tingkah Zain, menyunggingkan sebuah senyuman. "Mau anda cari sampai kapan pun, Nona Kinanti tidak akan pernah anda temukan di sini," batin Raihan. *** Flash back On....
Read more

Pertemuan Yang Gagal

"Tolong bawa aku pergi jauh dari kota ini!" Hiba Kinanti dengan tatapan pasrah kepada pria di sampingnya yang tengah mengendarai mobil."Kenapa mendadak kamu berkata seperti itu?" Sahut Hasnan sedikit melirik wanita di sebelahnya."Bisa kah kamu melakukan nya tanpa bertanya kenapa, mengapa?" Seketika Hasnan tak bergeming sepatah kata pun. Ia tahu apa yang sedang dialami oleh wanita di sampingnya tersebut, meski ibu satu anak itu enggan menceritakan apa yang sebenarnya telah terjadi."Baiklah!" Ujar Hasnan singkat.Setelah melewati jalanan membelah kemacetan, mobil Hasnan akhirnya tiba juga di apartemen Kinanti. Dan wanita itu segera turun dari mobil bergegas masuk ke dalam. Sementara pengasuh sang putra yang terlihat kaget karena majikannya tiba tiba datang dalam keadaan bersedih. Merasa kebingungan."Nyonya kenapa?" Tanya pengasuh Brizam."Dia hanya sedang kurang enak badan, Bu," jawab Hasnan yang baru masuk. Sementara Kinanti
Read more

Makan Malam Bersama

"Katakanlah!" Balas Kinanti, yang kini menatap lekat netra Hasnan."Apa kamu bisa berjanji untuk tidak marah terhadapku?" Imbuh Hasnan, dibalas anggukan oleh Kinanti."Apa kamu tahu siapa rekan bisnis yang pernah aku ceritakan waktu itu?" Kinanti kembali menggeleng."Dia!" Tukas Hasnan singkat."Maksud nya, dia?" Kini berganti membola kedua manik Kinanti."Iya, rekan bisnis ku adalah dia, ayah biologis Brizam, kekasih mu!"Bagai disambar petir kepala Kinanti saat itu, kala mendengar nama pria yang disebut oleh atasannya."Jadi, sekarang dia ada di kota ini?" Imbuhnya kembali panik."Iya benar, apa kamu tahu alasan mengapa Raihan menyuruhmu ke ruangan ku lewat tangga darurat di belakang?" Wanita yang tengah cemas di samping Hasnan itu, semakin menyimak cerita Hasnan. "Apa alasannya? Katakanlah!" Raut tidak sabar kian terpancar dari wajah ibu satu anak tersebut, rasa dag dig dug bercampur jadi satu menun
Read more

Serangan Jantung

Seusai makan malam, Kinanti, Raihan, dan Hasnan tengah duduk di ruang tamu. Di sana ketiganya kembali bercerita tentang kedatangan Zain Abraham beserta kepanikan dia tadi siang yang bagaikan orang gila. Kesana kemari mencari Kinanti. Bahkan bertanya pada hampir setiap karyawan yang ada di gedung EKsekutif, namun sayang tidak satu pun yang mengetahui bahwa yang dimaksud pria itu adalah Kinanti."Lantas, apa sekarang masih ingin pergi?" Tanya Hasnan memastikan keinginan wanita yang tadi siang meminta dirinya untuk membawa pergi jauh.Kinanti terdiam dengan pertanyaan dari Hasnan. Iya benar tadi siang saat dia syok mendapat pesan dari sang adik, ia ingin pergi sejauh mungkin untuk menghindar. Namun setelah mendengar penjelasan serta kebenaran dari sang atasan. Ibu satu anak itu tampaknya, isi otaknya kini telah berubah. Dan mengurungkan niatnya."Jika takdir berniat mempertemukan kita, suatu saat nanti, itu mungkin karena cinta tahu kemana tempatnya berpulang kemba
Read more

Kepulangan Zain Abraham Dari Jepang

Seusai mendapat kabar dari sang ayah tentang serangan jantung yang diderita ibundanya,  malam itu Zain Abraham tidak bisa tidur. Bingung antara harus menemukan cinta sejatinya atau memilih pulang melihat kondisi sang ibu yang tengah terbaring di rumah sakit. "Kenapa harus saja selalu seperti ini, Yaa Allah. Baru saja aku mendapat petunjuk tentang kekasihku, namun lagi lagi Engkau hadirkan masalah baru yang menjadi pengahalang untuk kami," gerutu Zain merutuki nasibnya. Pagi menjelang.... Setelah semalaman berpikir keras, akhirnya Zain mengambil sebuah keputusan yaitu kembali pulang dan pagi itu ia sengaja bersiap hendak menemui Hasnan kembali di perusahaan. "Selamat pagi, Tuan Hasnan. Maaf mengganggu waktu Anda sebentar. Bisakah saya berbicara sebentar?" Ucap Zain terlihat gugup. "Tentu saja, silahkan!" Sahut Hasnan pagi itu yang baru saja memasuki ruangan. Zain pun duduk di depan Hasnan lalu mulai bercerita tentang kabar sakitnya
Read more

Keributan Di ICU

"Bagaimana ini bisa terjadi, Pa? Alex bilang bahwa kemarin Mama datang ke perusahaan?"Ucap seorang pria yang baru saja memasuki ruang tunggu di depan kamar ICU."Masih saja bertanya bagaimana bisa terjadi. Ini semua penyebabnya ya kamu!"Suara chairman Yazid mulai tersulut dan meninggi."Zain?" Zain Abraham menunjuk dirinya sendiri dengan tatapan bingung terhadap ucapan sang ayah."Kalau bukan karena wanita itu Mama kamu tidak akan seperti ini!"Ucapan sang Chairman kian membuat Zain semakin yakin bahwa Kinanti ada hubungannya dengan sakitnya Retno."Pa! Kinanti sudah menghilang selama lima tahun. Dan sekarang kalian sebut-sebut dia lagi. Aku jadi semakin yakin bahwa kalian adalah dalang di balik hilangnya Kinanti.""Plak...!"Perdebatan sengit kembali terjadi antara ayah dan anak di depan ruang ICU. Karena kesal dengan tuduhan sang putra, tanpa sadar sebuah tamparan Yazid layangkan di wajah Zain Abraham. P
Read more

Tangis Ayah Dan Anak

Meski semalam telah terjadi keributan dengan sang Chairman, namun Bu Asri menasehati Zain agar kembali ke rumah sakit dan meminta maaf. Pesan Bu Asri kepada Zain pagi itu adalah agar selalu memaafkan siapa saja yang telah menyakiti kita. Tidak perlu membenci atau pun dendam. Dan Zain Abraham mengiyakan nya, ia pun segera berpamit pulang setelah Bu Asri menyiapkan sarapan pagi."Ibu, Zain pamit pulang dulu. Jaga diri ibu baik-baik!"Sebenarnya semalam Zain ingin bercerita kepada Bu Asri perihal wanita yang ia lihat di kantor Hasnan yang mirip dengan Kinanti. Namun waktu sepertinya tidak memungkinkan, selain ia sendiri belum yakin dengan benar bahwa itu Kinanti atau bukan. Tema pembicaraan mereka cenderung lebih membahas pertengkaran  Zain dengan keluarganya. Jadi Zain pun urung membahasnya."Kenapa Tuan tidak cerita mengenai apa yang Tuan lihat di Jepang? Barangkali beliau punya jawaban atas dugaan anda."Ucap Alex saat mobil yang ia kendarai meningga
Read more

Kekagetan Chairman

"Duduklah! Ada hal penting yang harus saya sampaikan kepada Tuan."Kedua kaki Zain terasa gemetar saat memasuki ruangan dokter, baru kali ini dia harus berhadapan dengan yang namanya dokter spesialis."Katakan, apa yang telah terjadi dengan Mama saya!"Pria yang mengenakan jas warna putih di depan Zain Abraham, tersenyum tipis."Maaf jika saya harus mengatakan ini!""Katakan yang sebenarnya, Dokter!"Zain semakin cemas saat dokter yang berbicara dengannya sedang menggantung ucapan."Saya selaku Dokter spesialis yang menangani Ibu anda, dengan ini menyatakan angkat tangan akan kondisi pasien. Selain jantungnya yang bermasalah, pasien juga mengalami gagal ginjal. "Mak jleb rasanya bagai disambar petir Zain pagi itu. Ia berusaha kuat dan mencerna ucapan pria berseragam putih di depannya. "Maksud Dokter Mama saya tidak bisa sembuh, begitu?""Iya maaf sekali Tuan. Hanya ada satu cara untuk memperpanjang usia bel
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status