Home / Thriller / Mimpi Terburuk / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Mimpi Terburuk : Chapter 51 - Chapter 60

75 Chapters

Proses terjadinya kematian Riyadi

  Marwan mengendarai motor maticnya dengan kecepatan tinggi, dia sengaja ngebut agar para polisi tidak bisa mengejarnya, di jalanan yang sekitar kiri kanannya pematang sawah motor Marwan melaju cepat, dia hampir saja menabrak pejalan kaki yang menyebrang dijalanan , Marwan dapat menghindari motornya dari pejalan kaki itu, meliuk liuk dan melanjutkan lagi pelariannya, di belokan sebuah jalan, hampir saja motor Marwan menabrak motor pengendara yang muncul berbelok ke arahnya, Marwan membanting stir motornya menghindar, lalu cepat pergi meninggalkan pengendara motor yang kaget hampir di tabrak motor Marwan, Marwan terus mengendari motornya, berusaha menghilang dari kejaran polisi.2 mobil polisi melaju dijalanan itu dengan kecepatan tinggi, bunyi sirene mobil polisi terdengar dari salah satu mobil polisi yang dikendarai Handoko bertindak sebagai supir beserta 2 personil polisi, sementara satu mobil yang dikendarai Kuncoro yang duduk di depan stir dan Gunawan berada paling d
Read more

Via diperlakukan bagai seekor Anjing

 Begitulah awal mula bagaimana Marwan bagaimana dia menjadi kaki tangan Randi dan melakukan pembunuhan yang keji dan sadis bersama Randi, bagi Marwan, pembunuhan yang dilakukan pada Riyadi adalah yang pertama kalinya, tapi tidak dengan Randi, jauh sebelumnya, Randi sudah membunuh beberapa orang di masa lalunya, dan tidak diketahui banyak orang, secara sadar tidak sadar, Randi yang seorang psikopat dengan memiliki empat pribadi lain dalam dirinya, sudah membunuh orang orang yang menurutnya telah mengusik dan mengganggu ketenangan dirinya.Marwan sangat menikmati proses pembunuhan yang dilakukannya bersama Randi, dia sangat kagum pada Randi karena begitu sangat terencana sekali dalam menyusun siasat untuk membunuh, Marwan yang sebelumnya memang sudah menaruh hormat dan segan pada Randi karena telah menyelamatkan hidupnya dengan membantunya bangkit jalani usaha dulu saat dia bangkrut, semakin menghormati Randi, bagi Marwan, Randi adalah segalanya, dia akan siap berkorban apap
Read more

Ancaman Randi pada Yana

 Yana mengambil ponsel miliknya dari kantong celana panjangnya, dia lalu menggunakan camera ponselnya untuk merekam semua yang dilakukan saat itu, Yana mengabadikan seluruh proses saat Via memakan makanan yang tergeletak dilantai, menjilat makanan tersebut seperti seekor anjing yang sedang makan, Via makan dengan cara seperti itu karena kedua tangannya terikat, dengan pasrah Via melakukan hal itu, Yana terlihat tersenyum puas melihat Via seperti itu, dia dengan semangatnya mengabadikan kejadian itu di ponselnya.   Saat itu, Randi sedang duduk di kursi yang ada di taman rumah lama miliknya bersama Yana, asap rokok mengebul tebal dan banyak memenuhi ruangan itu, dia sedang berfikir, membuat sebuah rencana, bagaimana cara agar dia bisa cepat menghabisi Yana.Di atas meja taman terlihat lembar lembar photo miliknya bersama Yana di masa lalu, saat mereka menikah, photo photo saat kebersamaan dan kemesraan mereka berdua di tempat tempat wisata, Randi menyalakan
Read more

Bebasnya Via dari sandera Yana

   Mobil Handoko tiba di rumah paman Mulyono, Handoko turun dari dalam mobil dan membuka pintu pagar rumah, lalu dia masuk kembali ke dalam mobil, mobil berjalan memasuki pelataran halaman rumah menuju garasi rumah.Di dalam garasi rumah, Handoko mematikan mesin mobilnya, Yana membuka pintu mobil, berjalan gontai menuju ke dalam rumahnya, Handoko berjalan mengikutinya di belakang.Yana masuk kedalam rumah, berjalan gontai, Gunawan yang baru datang bersama Kuncoro juga masuk ke dalam ruang tamu rumah paman Mulyono, Yana menghempaskan pantatnya, duduk di sofa dengan wajah tegang, dia diam sediam diamnya."Apa yang terjadi ? Aku langsung ke sini begitu kamu kabari." Ujar Gunawan pada Handoko."Randi mulai neror lagi, di butik , dia sengaja meledakkan boneka, itu sebagai pesan ancaman kepada bu Yana." Ujar Handoko menjelaskan.Paman Mulyono datang dari arah lain dalam ruangan rumahnya, menemui mereka yang berkumpul di ruang tamu rumahnya."K
Read more

Polisi memburu Randi

   Via bangun dari tidurnya, dia duduk di tepi ranjang, masih sedikit merasakan sempoyongan dan pandangan matanya berkunang kunang, Via menarik nafasnya , menguatkan dirinya, perlahan dia berdiri, beranjak dari ranjangnya, dengan tubuh lemah dia berjalan dengan sempoyongan, melangkah mendekati meja rias yang ada di kamar, lalu mengambil tasnya yang tergantung di kursi meja rias. Via duduk di kursi, membuka tasnya, mengambil ponselnya, dia meletakkan tasnya di atas meja rias, melihat ponselnya, mengecek apakah ada pesan atau telepon yang masuk di ponselnya.Tidak ada pesan ataupun telepon yang masuk di ponselnya, Via menghela nafasnya, berfikir sejenak, dia ingin menghubungi papahnya, namun ada keraguan di hatinya, lantas dia berusaha untuk menenangkan dirinya, memencet sebuah nomor dari ponsel yang diberikan papahnya, mencoba menghubungi papahnya, Via menunggu , nada panggilan terdengar dari ponselnya, tidak ada jawaban, nada panggil berhenti, Via mengulangi lagi, men
Read more

Kedatangan orang yang di tunggu Via

   Via check in di sebuah hotel yang berada di tengah tengah kota antara Klaten dan Jogjakarta, sebuah hotel yang sederhana di pilih Via untuk tempat peristirahatannya.Via membuka pintu kamar hotel, lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar dan menutup pintu kamar hotel kembali.Via meletakkan tasnya di dalam lemari pakaian yang ada di kamar hotel, lalu dia berjalan dan duduk di tepi ranjang, dia termenung. Via sedang memikirkan sesuatu hal, bagaimana cara agar dia segera bertemu papahnya dan menyelesaikan semua masalah yang terjadi karena perbuatan papahnya. Dia menarik nafasnya berat, lalu berdiri dan melangkah menuju kamar mandi yang ada di dalam kamar hotel tempatnya menginap itu. Saat hendak masuk ke dalam kamar mandi, ponselnya berbunyi, Via cepat berbalik dan berjalan mengambil ponselnya dari dalam tas, dia melihat ponsel pemberian papahnya, tidak ada panggilan masuk di ponsel itu, lalu Via memasukkan ponsel dari papahnya dan mengambil ponsel lainnya
Read more

Kematian Marwan

   Sore itu, Via bertemu dengan seseorang yang disebutnya sebagai "Om"nya.Di dalam cafe yang dekat dengan candi prambanan, Via duduk di sebuah kursi cafe dengan latar belakang candi prambanan yang terlihat di kejauhan , di atas meja ada 2 piring berisi makanan khas cafe itu beserta 2 gelas minuman.Di depan Via, duduk seseorang yang disebutnya sebagai "Om".Via dan Omnya terlihat sedang terlibat dengan suatu pembicaraan yang sangat serius sekali saat itu, Via dengan wajah serius menjelaskan semua yang ada di dalam fikirannya, sementara Omnya diam mendengarkan Via yang terlihat penuh dengan keyakinan membahas sesuatu hal. Omnya yang mendengar segala penjelasan Via mengangguk angguk dan tersenyum, dia tidak membantah sedikitpun dari penjelasan Via, hanya menatap wajah Via yang serius memberikan penjelasan.Di tempat lain, di pematang sawah, terlihat Randi dan Marwan sedang bertemu, mereka berdiri di depan sawung yang ada di tengah tengah pematang sawah
Read more

Permintaan Via pada Randi

   Randi terbangun dari tidurnya, dia memegang kepalanya, rasa pusing masih ada sedikit di rasakannya, dia tersadar saat tahu dirinya saat ini berada disebuah sawung, ditengah pematang sawah, dia lalu bangun dan duduk di tepi sawung, memegang kepalanya kembali, menghilangkan rasa pusing yang dirasanya. Dia melirik sekitar, tidak terlihat Marwan, Randi lalu memegang tengkuk lehernya, memijat dengan tangannya, tubuhnya terasa pegal pegal.Apa yang telah terjadi pada Randi ?Untuk mengetahui kejadian yang sudah di alami Randi, kita akan mundur pada waktu beberapa jam sebelumnya.Cerita mundur pada saat beberapa Jam sebelum misi bunuh diri yang di lakukan Marwan.   Seseorang yang di sebut Via sebagai "Om" itu memasuki gang rumah Randi lama, dia sengaja datang ke rumah itu untuk mencari tahu keberadaan Randi, Orang tersebut memarkirkan motornya di ujung gang, di dekat sebuah rumah kosong yang di tiang teras rumahnya ada kertas bertuliskan "Rum
Read more

Kematian Dewi yang tragis

   Randi duduk terpaku di sofa, dia terdiam , terngiang kembali ucapan anaknya yang memintanya untuk segera membebaskan Dewi, jika Randi tidak menuruti permintaan anaknya, dia tidak akan bisa bertemu lagi dengan anaknya, Randi resah, dia tidak ingin hal itu terjadi, dia yang sangat menyayangi dan merindukan anaknya itu tak kan mampu menerima kenyataan jika benar benar anaknya menghindar dan tidak ingin bertemu dia lagi.Tiba tìba Randi meringis menahan sakit, dia memegang kepalanya, mengerang kesakitan, beberapa saat dia dalam keadaan melawan rasa sakit di kepalanya itu, lalu sesaat kemudian dia terdiam, matanya melotot dengan tatapan tajam, menyeringai buas, saat itu, bukan lagi diri Randi yang normal, tapi Roni, salah satu kepribadian yang ada di dalam diri Randi muncul."Aku gak kan biarkan Yana tersenyum karena melihat anaknya bebas !" Ujar Roni menatap tajam dan menyeringai."Kalo kamu sampe melepaskan anak Yana, kamu tolol !" Ujar Roni.
Read more

Duka hati Yana

 Paman Mulyono beserta keluarga dan sanak famili mengantarkan Dewi ke tempat peristirahatannya yang terakhir, di samping paman Mulyono terlihat Yana dengan wajah sedih dan mata bengkak karena menangis terus menerus meratapi kepergian anaknya yang meninggal dengan cara tragis.Suasana di lokasi pemakaman itu hening dan khidmat, Yana berjongkok di sisi makam Dewi, menaburkan bunga bunga, menyiramkan air dari botol, lalu mengelus lembut batu nisan yang bertuliskan nama Dewi. Yana menangis tersedu sedu.Paman Mulyono menenangkan Yana, dia mengangkat tubuh Yana, Yana berdiri menatap makam Dewi yang berada tepat di samping makam Sekar, anak pertama Yana yang sudah meninggal lebih dulu."Dewi udah gak merasakan sakit lagi sekarang, Dewi udah ketemu mbak Sekar, kalian bisa bersenang senang di syurga, tunggu mama ya, kita pasti akan berkumpul nanti." Ujar Yana menangis sedih, paman Mulyono menepuk lembut bahu Yana, memberinya ketenangan.Orang orang yang hadir mela
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status