Beranda / Thriller / Mimpi Terburuk / Bab 31 - Bab 40

Semua Bab Mimpi Terburuk : Bab 31 - Bab 40

75 Bab

Bayang bayang kelam Masa kecil

   Malam itu, hujan masih turun dengan derasnya, membuat udara malam itu semakin dingin, di rumahnya, Via terlihat sedang menerima telepon dari mamanya yang saat itu tengah memberikan kabar, bahwa dirinya sudah sampai dirumah budenya yang ada di Kalimantan."Syukur Alhamdulillah kalo mama udah sampe." Ujar Via dengan wajah senang, dia mendengar suara mamanya dari seberang telepon."Iya nak, Alhamdulillah diperjalanan lancar semuanya." Ujar mamanya."Ya udah, mama istirahat, kan masih capek habis perjalanan jauh naik Pesawat." Ujar Via."Iya Nak, mama istirahat dulu ya." Telepon dimatikan mamanya.Via meletakkan ponselnya di meja rias yang ada didalam kamarnya, saat dia hendak merebahkan tubuhnya, pandangannya tertuju pada kotak berisi handphone baru.Via diam sejenak, dia menghela nafasnya, hendak mengambil kotak handphone itu, namun dia ragu, mengurungkan niatnya, dia terdiam sejenak, beberapa saat kemudian, dia lalu mengambil kot
Baca selengkapnya

Ada Mayat di Komplek Perumahan

   Siang itu, di tempat kerjaannya Via sedang Istirahat, dia sedang berbicara di teleponnya."Iya bude, Nanti Via kabari kalo Via jadi main ke rumah bude. Terima kasih ya bude." Via menutup teleponnya, dia menarik nafas berat, masih ada kemurungan yang tersisa di raut wajahnya, Via lantas mengambil Nasi bungkus yang di belinya, lalu dia pun makan.Di Kantor Polisi Klaten, tampak Kapten Polisi sedang berbicara dengan Polisi 1."Menurut data informasi yang di dapat, saat berusia 10 Tahun dia pernah membunuh , sempat di masuk kan ke penjara anak untuk kemudian di masukkan ke panti rehabilitasi anak, agar mendapat perawatan khusus." Ujar Polisi 1."Artinya, dia punya riwayat sebagai pelaku pembunuhan saat kecil." Ujar Kapten Polisi."Begitu lah Kapten." Jawab Polisi 1."Jika begitu, dia tetap kita jadikan target, lakukan pencarian keberadaannya." Ujar Kapten Polisi."Saya yakin, dia pelaku pembunuhan yang sudah terjadi selama in
Baca selengkapnya

Rahasia kelam Masa Lalu

   Bude Intan menghela nafas dan menghempaskan pantatnya ke sofa, dia duduk dan menatap wajah Via yang tampak menyimpan kesedihan."Apa yang Via mau tau dari bude ?" Tanya bude Intan lemah lembut, Via menatap wajah budenya dengan mata sendu."Semua bude, tentang masa kecil papah, tentang kondisi sebenarnya diri papah." Ujar Via menatap wajah budenya."Via mau tau, bude pasti tau semua tentang papah Via kan ?" Ujar Via dengan mata berkaca kaca memandang wajah bude Intan yang merasa iba pada Via, Keponakan yang sangat disayangnya itu."Kenapa kamu tiba tiba mau tau tentang papahmu?" Tanya bude Intan."Via penasaran aja bude, ada rahasia yang udah diceritain mama ke Via tentang papah." Via menjelaskan."Tentang perceraian mama dan papah, tentang papah yang menyiksa mama, dan..." Via menangis, dia tak melanjutkan perkataannya, bude Intan menghela nafas, dia memeluk tubuh Via, memberinya ketenangan.Via melepaskan pelukan bude Inta
Baca selengkapnya

Menjadi Tersangka

Kembali ke Masa Kini.   Bude Intan menatap wajah Via yang tampak serius mendengarkan kisah tentang papahnya, air mata yang mengalir membasahi pipinya dihapus Via, dia menatap sendu wajah budenya."Lanjutin bude, Via gak apa." Ujarnya, bude Intan menghela nafas, menatap Via yang tampak wajahnya menahan kesedihan itu."Baiklah, bude akan lanjutin ceritanya." Ujarnya."Singkatnya, setelah kejadian di tepi jurang itu, gak ada lagi kejadian aneh yang diperbuat papahmu. Nenekmu terlihat senang melihat ada perubahan sedikit demi sedikit dari papahmu." Ujar Intan melanjutkan ceritanya."Papahmu tampak seperti menjadi orang yang baru, penuh semangat, dia mulai merintis karirnya secara perlahan.""Setelah lulus sekolah, papahmu lanjut kuliah kesenian, memilih bidang perfilman, disini lah karir papahmu dimulai. Papahmu punya jiwa seni yang tinggi, karirnya meningkat pesat, dia pun bekerja di film, dia mulai dari dasar, apa saja profesi di fi
Baca selengkapnya

Awal Perburuan.

   Siang itu, Via melangkah masuk kedalam rumah dengan langkah gontai, wajahnya murung, tampak raut kesedihan tersimpan dalam dirinya, dia meletakkan rantang kosong yang dibawanya dari rumah budenya di meja ruang tamu, saat hendak masuk ke kamar, dia berpapasan dengan neneknya yang baru selesai mencuci pakaian."Udah pulang, kirain nenek ntar sore pulangnya." Ujar neneknya pada Via yang terlihat lesu, Via menatap wajah neneknya."Iya nek, Via kan gak betah kalo lama lama nginap di rumah orang." Jawabnya datar."Via Istirahat dulu ya nek, kepala Via sakit, pusing." Ujarnya lemah, Jumirah mengangguk, Via lalu melangkah masuk kedalam kamarnya, melihat wajah sedih Via, Jumirah tahu, bahwa Via sudah mendapat kejelasan tentang papahnya dari bude Intan. Jumirah menghela nafas, lalu melangkah keruang tamu, dia mengambil rantang kosong yang ada di atas meja, membawanya ke dapur.Via dengan langkah gontai merebahkan tubuhnya di kasur, tatapannya nanar, me
Baca selengkapnya

Kaki Tangan Randi

 Yana berjalan gontai masuk ke dalam rumahnya, dihempaskannya pantatnya di sofa ruang tamu, raut wajahnya menyiratkan kesedihan, dia masih teramat syock dengan kejadian yang menimpa cafenya. Badrun mendekati Yana yang tampak sedih itu, Yana menatap wajah Badrun."Apa salahku terlalu besar mas, hingga dia berbuat gila dengan menghancurkan tempat usahaku?" Ujar Yana pada Badrun yang menghela nafas."Kita gak bisa ambil kesimpulan sendiri, menuduh Randi otak dari pemboman cafe kamu." Ujar Badrun menjelaskan pada Yana."Kalau bukan dia siapa lagi ? Sejak dia muncul kembali setelah perceraian kami, banyak kejadian kejadian yang aku alami." Ujar Yana."Aku benar benar yakin kalo semua itu perbuatan Randi, dia sengaja ingin menghancurkan hidupku." Ujar Yana menahan geramnya. "Kita tunggu hasil akhir dari kepolisian, pasti nanti akan ketahuan." Ujar Badrun menenangkan Yana yang diam menghela nafasnya.   Saat itu, Televisi menya
Baca selengkapnya

Siasat Badrun

   Setelah pertemuan Randi dan Sugeng, mereka pun mulai membuat rencana untuk menjalani misi mereka, Randi menjelaskan pada Sugeng, apa saja yang harus di lakukannya dan bagaimana dia nanti akan beraksi.Sugeng mematuhi semua arahan Randi kepadanya.  Sementara, Marwan tidak ikut dengan rencana mereka saat itu dikarenakan dia harus pergi ke kampungnya, kutoarjo, menjenguk bapaknya yang sedang sakit tua.Alasan Randi merekrut Sugeng, karena Marwan tak bisa membantunya untuk menjalani semua rencana yang sudah disusunnya, untuk itu, Randi yang teringat akan Sugeng mendatangi dan mengajaknya agar bergabung dengannya. Sugeng yang memang menaruh dendam pada mantan istrinya karena merasa di khianati tanpa berfikir panjang menyetujui semua ide Randi.   Aksi pertama yang dilakukan Sugeng bersama Randi adalah membunuh mantan istri dan suami dari mantan istri Sugeng. Mayat Melati, mantan istri Sugeng beserta suaminya mati terbunuh dengan kondisi yang
Baca selengkapnya

Kematian Sugeng

Sugeng yang terpojok saat itu tidak punya pilihan lain selain harus bertarung dengan Badrun beserta teman temannya,  Badrun menatap wajah Sugeng yang tampak bersiap siap untuk menyerang."Ternyata kamu yang selama ini ngikuti kami." Ujar Badrun pada Sugeng yang kaget mendengar itu, dia tak menyangka jika Badrun mengetahui kalau dirinya sudah memata matai mereka selama ini."Lebih baik kamu nyerah, gak ada gunanya melawan kami berlima ini." Ujar Badrun, Sugeng mengamati satu persatu teman teman Badrun yang berdiri di samping Badrun, tanpa fikir panjang, Sugeng pun menyerang Badrun, dengan gerak refleksnya Badrun menghindar serangan Sugeng. Perkelahian yang tak seimbang pun terjadi, Sugeng yang seorang diri di keroyok Badrun dan teman temannya, beberapa kali Sugeng terjajar karena terkena pukulan dari Badrun dan teman temannya, perlawanan Sugeng dengan menggunakan pisau sia sia, Samuel berhasil melepas pisau dari tangan Sugeng, memberinya pukulan keras ke
Baca selengkapnya

Kematian teman teman Badrun

  Badrun sedang menelpon Samuel, tapi ponsel Samuel tidak aktif, Badrun mencoba menghubungi ponsel Gilbert, ponsel tetap tidak bisa terhubung, Badrun lalu menelpon ke ponsel Bakri, tapi tetap saja ponselnya tidak dapat di hubungi, Badrun heran karena ketiga temannya yang membawa Sugeng ke kantor polisi tidak bisa di hubungi, wajahnya kesal."Kemana sih mereka, di hubungi semua gak aktif hapenya." Ujar Badrun kesal."Mungkin mereka sedang di kantor polisi mas, jadi hape sengaja dimatikan." Ujar Yana pada Badrun."Iya juga kali ya." Ujar Badrun lalu mengantongi ponsel ke dalam saku celananya.Badrun lalu menghempaskan pantatnya pada sebuah sofa yang ada di ruang tamu rumah Yana."Aku istirahat dulu mas, kepalaku pusing." Ujar Yana pada Badrun yang mengangguk.Yana lalu melangkah pergi masuk ke kamar meninggalkan Badrun sendirian.Tak lama kemudian ponsel Badrun berbunyi, dia lalu mengambil ponsel dari saku celananya. Dia melihat ke n
Baca selengkapnya

Akhir hidup Badrun

   Via membuka pesan yang terkirim di ponselnya, dia membaca isi pesan yang diterimanya , pesan itu di kirim papahnya."Ini alamat tempat tinggal papah selama di jogja ya nak." Bunyi isi pesan wa dari Randi , di pesan itu juga Randi melampirkan peta lokasi rumah. Via mengetik dan membalas pesan papahnya."Oke pah, makasih ya." Jawab Via membalas pesan Randi, lalu dia memasukkan ponsel kembali ke dalam kantong celana jeansnya.   Sementara itu, Randi yang masih bersembunyi di tempat persembunyiannya menelpon seseorang."Jalani misi berikutnya sesuai yang saya katakan." Ujar Randi bicara di ponselnya, lalu kemudian dia menutup teleponnya, meletakkan ponsel di atas meja, Randi mengambil sebatang rokok dan membakarnya, dia menikmati rokoknya.Malam itu, hujan turun dengan derasnya, suasana sekitar perumahan tempat tinggal Yana terlihat sepi, tidak ada warga yang keluar rumah dikarenakan saat itu hujan dan dingin, suara petir menggel
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status