Siang itu, di tempat kerjaannya Via sedang Istirahat, dia sedang berbicara di teleponnya.
"Iya bude, Nanti Via kabari kalo Via jadi main ke rumah bude. Terima kasih ya bude." Via menutup teleponnya, dia menarik nafas berat, masih ada kemurungan yang tersisa di raut wajahnya, Via lantas mengambil Nasi bungkus yang di belinya, lalu dia pun makan.
Di Kantor Polisi Klaten, tampak Kapten Polisi sedang berbicara dengan Polisi 1.
"Menurut data informasi yang di dapat, saat berusia 10 Tahun dia pernah membunuh , sempat di masuk kan ke penjara anak untuk kemudian di masukkan ke panti rehabilitasi anak, agar mendapat perawatan khusus." Ujar Polisi 1.
"Artinya, dia punya riwayat sebagai pelaku pembunuhan saat kecil." Ujar Kapten Polisi.
"Begitu lah Kapten." Jawab Polisi 1.
"Jika begitu, dia tetap kita jadikan target, lakukan pencarian keberadaannya." Ujar Kapten Polisi.
"Saya yakin, dia pelaku pembunuhan yang sudah terjadi selama in
Bude Intan menghela nafas dan menghempaskan pantatnya ke sofa, dia duduk dan menatap wajah Via yang tampak menyimpan kesedihan."Apa yang Via mau tau dari bude ?" Tanya bude Intan lemah lembut, Via menatap wajah budenya dengan mata sendu."Semua bude, tentang masa kecil papah, tentang kondisi sebenarnya diri papah." Ujar Via menatap wajah budenya."Via mau tau, bude pasti tau semua tentang papah Via kan ?" Ujar Via dengan mata berkaca kaca memandang wajah bude Intan yang merasa iba pada Via, Keponakan yang sangat disayangnya itu."Kenapa kamu tiba tiba mau tau tentang papahmu?" Tanya bude Intan."Via penasaran aja bude, ada rahasia yang udah diceritain mama ke Via tentang papah." Via menjelaskan."Tentang perceraian mama dan papah, tentang papah yang menyiksa mama, dan..." Via menangis, dia tak melanjutkan perkataannya, bude Intan menghela nafas, dia memeluk tubuh Via, memberinya ketenangan.Via melepaskan pelukan bude Inta
Kembali ke Masa Kini. Bude Intan menatap wajah Via yang tampak serius mendengarkan kisah tentang papahnya, air mata yang mengalir membasahi pipinya dihapus Via, dia menatap sendu wajah budenya."Lanjutin bude, Via gak apa." Ujarnya, bude Intan menghela nafas, menatap Via yang tampak wajahnya menahan kesedihan itu."Baiklah, bude akan lanjutin ceritanya." Ujarnya."Singkatnya, setelah kejadian di tepi jurang itu, gak ada lagi kejadian aneh yang diperbuat papahmu. Nenekmu terlihat senang melihat ada perubahan sedikit demi sedikit dari papahmu." Ujar Intan melanjutkan ceritanya."Papahmu tampak seperti menjadi orang yang baru, penuh semangat, dia mulai merintis karirnya secara perlahan.""Setelah lulus sekolah, papahmu lanjut kuliah kesenian, memilih bidang perfilman, disini lah karir papahmu dimulai. Papahmu punya jiwa seni yang tinggi, karirnya meningkat pesat, dia pun bekerja di film, dia mulai dari dasar, apa saja profesi di fi
Siang itu, Via melangkah masuk kedalam rumah dengan langkah gontai, wajahnya murung, tampak raut kesedihan tersimpan dalam dirinya, dia meletakkan rantang kosong yang dibawanya dari rumah budenya di meja ruang tamu, saat hendak masuk ke kamar, dia berpapasan dengan neneknya yang baru selesai mencuci pakaian."Udah pulang, kirain nenek ntar sore pulangnya." Ujar neneknya pada Via yang terlihat lesu, Via menatap wajah neneknya."Iya nek, Via kan gak betah kalo lama lama nginap di rumah orang." Jawabnya datar."Via Istirahat dulu ya nek, kepala Via sakit, pusing." Ujarnya lemah, Jumirah mengangguk, Via lalu melangkah masuk kedalam kamarnya, melihat wajah sedih Via, Jumirah tahu, bahwa Via sudah mendapat kejelasan tentang papahnya dari bude Intan. Jumirah menghela nafas, lalu melangkah keruang tamu, dia mengambil rantang kosong yang ada di atas meja, membawanya ke dapur.Via dengan langkah gontai merebahkan tubuhnya di kasur, tatapannya nanar, me
Yana berjalan gontai masuk ke dalam rumahnya, dihempaskannya pantatnya di sofa ruang tamu, raut wajahnya menyiratkan kesedihan, dia masih teramat syock dengan kejadian yang menimpa cafenya. Badrun mendekati Yana yang tampak sedih itu, Yana menatap wajah Badrun."Apa salahku terlalu besar mas, hingga dia berbuat gila dengan menghancurkan tempat usahaku?" Ujar Yana pada Badrun yang menghela nafas."Kita gak bisa ambil kesimpulan sendiri, menuduh Randi otak dari pemboman cafe kamu." Ujar Badrun menjelaskan pada Yana."Kalau bukan dia siapa lagi ? Sejak dia muncul kembali setelah perceraian kami, banyak kejadian kejadian yang aku alami." Ujar Yana."Aku benar benar yakin kalo semua itu perbuatan Randi, dia sengaja ingin menghancurkan hidupku." Ujar Yana menahan geramnya."Kita tunggu hasil akhir dari kepolisian, pasti nanti akan ketahuan." Ujar Badrun menenangkan Yana yang diam menghela nafasnya. Saat itu, Televisi menya
Setelah pertemuan Randi dan Sugeng, mereka pun mulai membuat rencana untuk menjalani misi mereka, Randi menjelaskan pada Sugeng, apa saja yang harus di lakukannya dan bagaimana dia nanti akan beraksi.Sugeng mematuhi semua arahan Randi kepadanya. Sementara, Marwan tidak ikut dengan rencana mereka saat itu dikarenakan dia harus pergi ke kampungnya, kutoarjo, menjenguk bapaknya yang sedang sakit tua.Alasan Randi merekrut Sugeng, karena Marwan tak bisa membantunya untuk menjalani semua rencana yang sudah disusunnya, untuk itu, Randi yang teringat akan Sugeng mendatangi dan mengajaknya agar bergabung dengannya. Sugeng yang memang menaruh dendam pada mantan istrinya karena merasa di khianati tanpa berfikir panjang menyetujui semua ide Randi. Aksi pertama yang dilakukan Sugeng bersama Randi adalah membunuh mantan istri dan suami dari mantan istri Sugeng. Mayat Melati, mantan istri Sugeng beserta suaminya mati terbunuh dengan kondisi yang
Sugeng yang terpojok saat itu tidak punya pilihan lain selain harus bertarung dengan Badrun beserta teman temannya, Badrun menatap wajah Sugeng yang tampak bersiap siap untuk menyerang."Ternyata kamu yang selama ini ngikuti kami." Ujar Badrun pada Sugeng yang kaget mendengar itu, dia tak menyangka jika Badrun mengetahui kalau dirinya sudah memata matai mereka selama ini."Lebih baik kamu nyerah, gak ada gunanya melawan kami berlima ini." Ujar Badrun, Sugeng mengamati satu persatu teman teman Badrun yang berdiri di samping Badrun, tanpa fikir panjang, Sugeng pun menyerang Badrun, dengan gerak refleksnya Badrun menghindar serangan Sugeng.Perkelahian yang tak seimbang pun terjadi, Sugeng yang seorang diri di keroyok Badrun dan teman temannya, beberapa kali Sugeng terjajar karena terkena pukulan dari Badrun dan teman temannya, perlawanan Sugeng dengan menggunakan pisau sia sia, Samuel berhasil melepas pisau dari tangan Sugeng, memberinya pukulan keras ke
Badrun sedang menelpon Samuel, tapi ponsel Samuel tidak aktif, Badrun mencoba menghubungi ponsel Gilbert, ponsel tetap tidak bisa terhubung, Badrun lalu menelpon ke ponsel Bakri, tapi tetap saja ponselnya tidak dapat di hubungi, Badrun heran karena ketiga temannya yang membawa Sugeng ke kantor polisi tidak bisa di hubungi, wajahnya kesal."Kemana sih mereka, di hubungi semua gak aktif hapenya." Ujar Badrun kesal."Mungkin mereka sedang di kantor polisi mas, jadi hape sengaja dimatikan." Ujar Yana pada Badrun."Iya juga kali ya." Ujar Badrun lalu mengantongi ponsel ke dalam saku celananya.Badrun lalu menghempaskan pantatnya pada sebuah sofa yang ada di ruang tamu rumah Yana."Aku istirahat dulu mas, kepalaku pusing." Ujar Yana pada Badrun yang mengangguk.Yana lalu melangkah pergi masuk ke kamar meninggalkan Badrun sendirian.Tak lama kemudian ponsel Badrun berbunyi, dia lalu mengambil ponsel dari saku celananya. Dia melihat ke n
Via membuka pesan yang terkirim di ponselnya, dia membaca isi pesan yang diterimanya , pesan itu di kirim papahnya."Ini alamat tempat tinggal papah selama di jogja ya nak." Bunyi isi pesan wa dari Randi , di pesan itu juga Randi melampirkan peta lokasi rumah. Via mengetik dan membalas pesan papahnya."Oke pah, makasih ya." Jawab Via membalas pesan Randi, lalu dia memasukkan ponsel kembali ke dalam kantong celana jeansnya. Sementara itu, Randi yang masih bersembunyi di tempat persembunyiannya menelpon seseorang."Jalani misi berikutnya sesuai yang saya katakan." Ujar Randi bicara di ponselnya, lalu kemudian dia menutup teleponnya, meletakkan ponsel di atas meja, Randi mengambil sebatang rokok dan membakarnya, dia menikmati rokoknya.Malam itu, hujan turun dengan derasnya, suasana sekitar perumahan tempat tinggal Yana terlihat sepi, tidak ada warga yang keluar rumah dikarenakan saat itu hujan dan dingin, suara petir menggel
Para petugas polisi segera bergerak untuk memburu Via yang membunuh Yana, salah seorang petugas polisi mendobrak paksa pintu rumah kontrakan Via, polisi berhasil mencium jejak persembunyian Via selama ini, untuk itu mereka mendatangi rumah Via agar bisa segera menangkap Via yang telah ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan Yana.Setelah pintu terbuka karena di dobrak paksa, Manto beserta lima petugas kepolisian segera masuk ke dalam rumah, mereka segera bergerak memencar menyusuri seluruh ruangan untuk mencari Via.Di dalam rumah itu tidak mereka temukan Via yang lebih dulu sudah pergi melarikan diri, Manto masuk ke dalam kamar, dia melihat ada bekas genangan darah yang mengering di atas tempat tidur, ada juga pisau tergeletak di lantai kamar, Manto tahu, di kamar itulah Via menjalankan aksinya membunuh Yana, dengan keadaan terikat dan terbaring di atas tempat tidur, wajah Manto terlihat kesal karena dia tidak menemukan Via di dalam rumahnya.Seorang petugas
Kembali ke beberapa jam sebelum terjadinya pembunuhan Yana yang dilakukan Via. Via membuka pintu kamar setengah, semburat cahaya masuk ke dalam kamar saat pintu terbuka, mengenai wajah Yana yang terikat di atas tempat tidur, Yana cepat menoleh kearah datangnya Via yang berjalan santai dan tenang mendekatinya."Via...Viaa tolong, lepasin bunda, lepasin bunda, biarkan bunda pergi dari sini ya, tolong Via..." Ujar Yana memelas pada Via yang menatapnya dengan tatapan sorot mata yang dingin, wajah Yana terlihat penuh dengan rasa kecemasan dan ketakutan melihat sikap dingin Via."Kamu harus di hukum atas semua perbuatanmu pada papahku." Ujar Via dengan suara datar menatap dingin wajah Yana yang ketakutan, dia merasakan ada hal yang aneh pada diri Via saat melihat wajahnya, perasaan Yana menjadi semakin cemas, dia merasakan akan terjadi sesuatu hal yang tidak pernah dibayangkannya sebelumnya.Via mendekati Yana yang terikat diatas tempat
Via membaca pesan yang dikirimkan papahnya dengan ekspresi wajah datar dan tenang."Untuk putri papah. Terima kasih telah menjadi putri terbaik yang pernah aku miliki. Sebentar lagi papah akan pergi jauh darimu, Nak, Tetaplah menjadi putri papah yang baik, Waktu terbaik dalam hidupku adalah Ketika menjadi papahmu.papah mencintai Via melebihi cinta pada diriku sendiri.Nak, kamu adalah harta yang paling berharga milikku, Harapan terbesar papah adalah agar kamu selalu tahu bahwa papah sangat mencintai kamu. Selama ini papah sulit memahami seorang wanita, hanya satu wanita yang papah terus berusaha untuk memahami dirinya, ya, itu kamu anakku. Papah tahu, Via sosok perempuan hebat, kuat. Jangan pernah bersedih anakku. Jangan biarkan air matamu jatuh karena kepergian papah ini, tetaplah tersenyum, Berjuanglah dengan sungguh-sungguh, kelak kamu pasti mendapatkan apapun yang kamu inginkan.Papah pamit, jaga dirimu baik baik." Tulis Randi mengakhiri pesannya pada Via
Siang itu, di kantor kepolisian, Gunawan dan Manto sedang menemui seorang Dokter yang sengaja datang memberikan laporan kepada pihak kepolisian."Mengapa setelah berhari hari bapak baru datang melapor ?" Tanya Gunawan."Sebenarnya saya ragu dan takut, hanya saja, kok ya hati saya bergejolak terus, jadi saya niatkan diri untuk memberanikan diri melapor ke sini." Jelas sang Dokter."Bapak kenal dimana dengan Rizal?" Tanya Gunawan."Dia kawan baik adik saya pak, mereka satu profesi, kerja di kantor film yang sama sebagai editor, karena Rizal sering datang kerumah kalo pas liburan ke jogja, dia kenal saya." Ujar Dokter memberi penjelasan."Saat itu dia hubungi saya, minta tolong,abangnya katanya terluka di tusuk orang, saya suruh bawa kerumah sakit, dia bilang gak bisa, dia minta tolong terus ke saya, akhirnya saya datang menemuinya dan mengobati abangnya yang terluka." Ujar Dokter, Gunawan dan Manto mendengarkan penjelasannya."Saat saya
Dalam proses pemulihan dirinya, Randi mengisi hari harinya dengan tetap berada di dalam kamarnya yang sengaja gelap dan tidak diterangi lampu, diatas meja yang ada di kamar apartemen milik Rizal ada sepiring makanan dan buah buahan serta minuman di dalam gelas, ada juga obat obatan yang sengaja di beli Rizal untuk mengobati sakit lupa ingatan Randi. Hari itu, Randi terlihat berdiri di depan jendela kamar apartement yang terbuat dari kaca, dia menatap jauh keluar, dari dalam kamarnya yang berada di lantai 20 apartemen, terlihat bangunan bangunan gedung gedung perkantoran serta rumah rumah penduduk, awan bergerak beriringan, berkumpul menjadi satu dan membentuk gumpalan tebal di langit, cuaca mendung sore itu, matahari memasuki senja, berproses untuk tenggelam dan menghilangkan dirinya untuk digantikan bulan yang akan menentukan datangnya malam, tatapan mata Randi kosong, sekosong fikirannya saat itu, karena tak mampu mengingat apa yang sudah terjadi p
Via menghempaskan pantatnya di sofa yang ada diruang tamu rumah kontrakannya, dia tercenung, dari raut wajahnya terlihat perubahan pada air mukanya, terlihat ada rasa kecemasan yang begitu besar didalam dirinya, ada rasa ketakutan yang mendalam pada jiwanya tatkala ia membayangkan hal buruk terjadi pada papahnya."Semoga papah baik baik saja, cepat sadar pah." Gumam Via pada dirinya sendiri, dia memikirkan tentang kondisi papahnya saat ini yang dalam kondisi kritis, seperti yang dikabarkan Rizal padanya.Dalam kecemasan dan ketakutannya akan papahnya yang tak sadarkan diri karena luka parah yang dideritanya, Via terlihat resah, dia tak bisa menerima kenyataan bahwa papahnya terluka parah oleh Yana, orang yang berusaha di lindunginya dari kejahatan papahnya, ada kekecewaan membekas di jiwa Via jika membayangkan semua hal yang sudah terjadi itu.Via tiba tiba meringis menahan sakit, dia memegang kepalanya, merasakan sakit dan pusing, dia merasakan saa
Paman Mulyono terlihat wajahnya sedih, dia cemas sekali, menunggu dan berharap kabar baik dari Gunawan tentang Yana, keponakan yang sangat disayanginya itu, anak dari adik kandungnya."Mudah mudahan kamu baik baik saja Yana." Ujar paman Mulyono."Tuhan, tolong lindungi dan selamatkan Yana, jangan biarkan Randi membunuhnya, aku mohon Tuhan." Ujar paman Mulyono berdoa dengan cara yang dianut agamanya, ya, paman Mulyono seorang khatolik, berbeda agama dengan Yana yang menjadi mualaf dan menjadi muslim. Namun itu tidak membuat hubungan keluarga mereka pecah, walaupun banyak yang berbeda agama dan keyakinan dalam keluarga, mereka tetap hidup rukun, harmonis dan saling menyayangi satu sama lainnya, tidak ada permusuhan diantara mereka, seperti paman Mulyono yang begitu menyayangi Yana dan melindungi dirinya.Sementara itu, di tempat lain, Gunawan mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, melintas melewati mobil mobil yang ada dijalan raya, suara
Dengan cepat sosok Roni yang muncul dalam diri Randi berjalan dengan langkah cepat mendekati Yana yang teriak memaki, lalu dia memukuli wajah Yana sekuat kuatnya, dia mengamuk, menghajar wajah Yana hingga babak belur bengkak berdarah, lalu dia menendang Yana yang duduk terikat di kursi, tendangan Roni membuat Yana yang dalam posisi terikat di kursi jatuh terjerembab kebelakang, Roni yang mengamuk hendak menginjak tubuh Yana, tiba tiba secara refleks, dia terbanting dan terjatuh ke lantai, sosok Randi yang muncul kembali dalam dirinya mendorong Roni agar tidak memukuli Yana."Sudah cukup ! Hentikan Roni, Hentikan !! Dia bisa mati nanti !!" Teriak Randi membentak Roni, Randi cepat mendekati Yana, membangunkan Yana yang terjatuh, Yana kembali di dudukkan di kursi masih dalam keadaan terikat."Aku gak bisa melakukan ini, aku gak bisa ! Udah cukup, hentikan !" Teriak Randi memegangi kepalanya, Yana terlihat ketakutan melihat Randi, seakan seperti terjadi keributan pa
Setelah Randi yang saat itu telah berubah menjadi sosok Roni yang ada dalam dirinya melucuti seluruh pakaian Sekar dan juga melepaskan pakaiannya, hal yang selama ini tidak pernah di inginkan dan di duga pun terjadi pada diri Sekar.Malam itu, kesucian Sekar pun direnggut oleh Randi, yang memiliki kepribadian ganda dalam dirinya, hingga tidak perduli dengan Sekar sebagai anak sambungnya.Dalam keadaan pingsan terbius Sekar tertidur dan tidak mengetahui jika saat ini dirinya sedang disetubuhi bapak angkat yang selama ini dianggapnya sebagai bapak kandungnya sendiri, Randi yang berubah menjadi sosok Roni dengan menyeringai mengerikan sangat menikmati dirinya menyetubuhi Sekar, dalam melakukan itu, terlintas kilatan kilatan sekelebat bayang wajah Yana bergant ganti dengan wajah Sekar, seakan dia membayangkan sedang menyetubuhi Yana.Sekar tak berdaya, dia jatuh ke dalam pelukan Randi, malam itu Sekar di perkosa Randi hingga berkali kali, ke empat sosok kepribadian