Beranda / Thriller / Mimpi Terburuk / Bab 21 - Bab 30

Semua Bab Mimpi Terburuk : Bab 21 - Bab 30

75 Bab

Terungkapnya Rahasia Herry

   Randi yang melihat Sita berdiri diam dihadapannya lalu menunjukkan bungkusan yang dibawanya."Via ada? Aku mau kasih oleh oleh buatnya." Ujar Randi tersenyum."Siapa Sit ?" Tanya Jumirah, ibunya Sita dari dalam rumah mendekati Sita yang masih diam tertunduk.Jumirah yang melihat Randi berdiri didepan pintu rumah tersenyum ramah."Eh Randi, ayo masuk sini." Sapa Jumirah ramah pada Randi."Terima kasih bu, saya kesini cuma mau kasih oleh oleh buat Via." Ujar Randi."Via nya belum pulang kerja, lembur mungkin." Jawab Jumirah. Sita lalu bergegas pergi masuk kedalam rumahnya."Saya titip ini aja buat Via bu." Ujar Randi memberikan bungkusan bungkusan berisi oleh oleh makanan dan pakaian kepada Jumirah yang menerimanya lalu meletakkannya di sebuah sofa yang ada didekat pintu rumah."Saya pamit pulang bu." Ujar Randi."Loh, gak nunggu Via pulang, nanggung udah datang." Ujar Jumirah ."Lain kali aja bu. Mari
Baca selengkapnya

Pengakuan Herry

   Yana tampak terduduk dikursi cafenya, wajahnya menunjukkan kekecewaan, sekilas Yana menatap lagi kelembaran photo photo yang berserakan diatas meja, menarik nafasnya.Yana berdiri dari duduknya, lalu melangkah gontai mendekati karyawati cafe nya yang berada di tempat kasir."Apa ada wanita yang sering datang ke cafe ini menemui pak Herry ?"Tanya Yana kepada Kasir."Beberapa waktu lalu bu, keliatannya pak Herry dan wanita itu ribut omongan." Ujar Kasir."Terus?" Tanya Yana lagi."Pak Herry nyeret wanita itu keluar dari cafe, selanjutnya pak Herry ngobrol sama wanita itu diluar cafe, terus pergi." Jelas Kasir.Yana berfikir. Siapa Wanita itu, dan apa tujuannya datang ke cafe menemui Herry."Maaf bu, Saya gak lapor ke ibu, saya takut jadi masalah." Ujar Kasir pada Yana ."Gak apa. terima kasih info kamu." Jawab Yana lalu berbalik melangkah keluar dari cafenya. Yana melangkah menuju motornya yang terparkir di t
Baca selengkapnya

Misteri Kematian Herry

   Pihak kepolisian ada didalam ruangan rumah tempat ditemukannya mayat Herry. Polisi mengamankan TKP (Tempat kejadian perkara), beberapa petugas forensik tampak sedang memeriksa seluruh TKP, Paramedis juga ada disitu , tubuh Herry diturunkan dari rantai yang mengikat lehernya.Mayat Herry dibaringkan di lantai rumah kosong itu, mulutnya tampak luka sobek berdarah seperti digunting paksa, kuku kuku jari tangan nya terlepas semua, jari jarinya ada darah yang menghitam.Pihak forensik mengambil gambar mayat Herry.Lalu beberapa petugas Paramedis datang membawa tandu, mengangkat tubuh Herry dan membawanya keluar dari ruangan itu.Kapten Polisi mendekati tim kepolisian yang ada didalam ruangan."Sepertinya pembunuh berantai mulai lagi aksinya." Ujar Kapten Polisi."Iya Kapten, dari luka luka yang ditemui pada mayat, ditemui kesamaan dengan korban satu tahun lalu." Ujar Polisi 1."Iya, korban pertama bernama Riyadi, dan ada kesamaan
Baca selengkapnya

Di Hantui Trauma Masa Lalu

   Randi melotot tajam pada Sita, kemudian menyeringai, wajahnya sangat menakutkan, Sita semakin panik dan ketakutan."Jangaaan...tolong...demi Via...demi anak kita...tolong hentikan...jangan bunuh aku Randi, jangan bunuh aku..!!"Ratap Sita memohon ampun, tiba tiba tubuhnya dilemparkan Randi dengan cepat kedalam lubang yang ada ditanah pekarangan halaman belakang rumahnya itu."Aaaagggghhh...!!" Sita terjatuh dari tempat tidurnya, lalu membuka matanya, melihat dirinya yang berada dilantai, saat mengetahui dirinya berada didalam kamar dia lega.Ternyata semua yang dialaminya baru saja itu mimpi buruk.Sita tampak terduduk ketakutan di lantai sisi tempat tidurnya, memeluk kedua kakinya, Jumirah masuk menerobos ke kamar Sita karena mendengarnya teriak ditengah malam itu."Kamu kenapa ?!!" Tanya Jumirah mendekati Sita yang terduduk dilantai , wajahnya ketakutan dan penuh kecemasan."Mimpi itu...aku mimpi itu lagi ma." Ujar Sita g
Baca selengkapnya

Pembantaian

   Sore itu, dirumahnya, Marwan sedang menemui Polisi yang datang kerumahnya.Marwan menjelaskan dan menjawab semua pertanyaan yang di ajukan pihak kepolisian padanya.Marwan menjelaskan pada Polisi bahwa benar dia sedang dirumah Randi dan bersamanya, saat malam menghilangnya dan matinya Riyadi, tetangga Randi yang di bunuh.Marwan juga memberi keterangan bahwa memang benar saat ia ada dirumah Randi sampai tengah malam, pihak keamanan erte bernama Bandi menegur mereka dengan cara kasar dan tidak sopan, namun menurut penjelasan Marwan pada pihak polisi, mereka tidak ribut mulut, Randi saat itu meminta maaf pada Bandi, keamanan erte dan Marwan setelah itu pulang.Semua keterangan yang diberikan Marwan di catat oleh pihak kepolisian sebagai bukti alibi dan kesaksian Marwan.Pihak kepolisian pun pamit pada Marwan setelah mereka merasa sudah cukup untuk menanyakan segala hal pada dirinya.Marwan mengantarkan kepergian pihak Polisi dari rumahn
Baca selengkapnya

Penyelidikan Polisi

   Malam itu, Roni habis menerima telepon, wajah nya tampak marah, tatapan matanya buas, dia mengamuk melemparkan ponsel ke lantai dan menendang meja tamu yang ada didepannya."Berani beraninya dia mempermainkan kita !!" Ujar Roni marah sekali. Dia Marah karena merasa gagal tidak bisa menculik Yana."Dia pikir dengan lari dan sembunyi, gak bisa ditemui ?!" Ujar Roni lagi. Sanur menyeringai tajam, mundar mandir melangkah diruangan itu."Kita pasti bisa menangkapnya, kita pasti bisa !" Ujar Sanur."Sepertinya dia tau bakal di datangi kerumah , makanya dia ngungsi." Ujar Rahman."Gak mungkin dia tau, itu cuma faktor beruntung aja !" Ujar Sandi ."Dia pasti ada di rumah Jogja, nginap." Ujar Randi dengan nada datar tertunduk duduk di sofa.Tiba tiba Roni menendang sofa."Aaagghhh...Siiiaaall !!" Ujarnya dengan kalap. Kesal dan marah, dia makin kalap mendengar Yana dirumah Jogja."Datang dan culik aja ke rumah Jogjanya
Baca selengkapnya

Kisah Masa Lalu Sita dan Randi

 Di dalam kamarnya, Sita sedang melipat pakaian pakaiannya dan memasukkan kedalam koper yang ada di atas ranjang, dia merapikan pakaian pakaian yang ada di dalam koper .Jumirah, ibunya Sita masuk ke dalam kamar, melangkah mendekati Sita yang sedang merapikan pakaian pakaiannya ."Sudah kamu ceritaian ke Via semuanya ?" Tanya Jumirah."Belum ma." Jawab Sita masih dengan sibuk mengambil pakaian pakaian dari dalam lemari pakaian lalu memasukkan pakaian pakaian itu ke dalam kopernya."Kok belum? Mau kapan kamu ceritain kalo kamu udah mau pergi?" Ujar Jumirah."Rencana hari ini ma, Via libur kerja, aku udah janji sama dia." Ujar Sita menutup kopernya lalu menguncinya. Jumirah lega mendengarnya."Syukurlah kalo kamu mau jujur ceritain ke Via." Ujar Jumirah."Kasihan Via, dia memang harus tau bagaimana papah nya. Mudah mudahan Via bisa menerima kenyataan nanti ." Ujar Jumirah, Sita mengangguk lemah menatap Jumirah yang tersenyum padanya.
Baca selengkapnya

Cemburu Buta

   Di Stasiun Kereta Api Bogor - Jakarta, tepatnya di Stasiun Citayem, tampak orang orang ramai berkerumun menunggu kedatangan Kereta dari arah Bogor menuju Jakarta,  stasiun itu tampak penuh dengan orang orang yang hendak beraktifitas dan bekerja.Di satu sudut, dekat peron masuk ke stasiun, tampak Randi sedang berdiri menunggu, dia mengamati seluruh orang orang yang datang dan masuk ke stasiun tersebut.Tak berapa lama, Randi melihat Sita turun dari motor ojek, lalu melangkah memasuki stasiun, melihat kedatangan Sita, Randi pun bersembunyi, agar istrinya itu tidak melihatnya, Sita bergegas ke loket, membeli tiket kereta lalu melangkah ke peron dan masuk ke dalam stasiun, berdiri menunggu kedatangan kereta, Randi pun cepat mengikutinya, dengan menjaga jarak dengan Sita agar tidak diketahui kalau dia mengikuti istrinya itu.Tak Lama kereta datang dari arah Bogor, berhenti di stasiun citayem itu, orang orang segera berebut naik dan masuk ke dalam ker
Baca selengkapnya

Sita Mengungkap Kepribadian Ganda Randi

Kembali Ke Masa Kini.   Sita menangis, dia menghapus air matanya, menangis tersedu sedu menceritakan kenangan pahitnya di masa lalu, Via, anaknya mendekati mamanya lalu memeluknya, wajah Via tampak sedih."Gak perlu mama terusin ceritanya kalo buat mama makin sedih." Ujar Via pada Sita sambil menghapus air mata mamanya yang membasahi pipinya, Sita menghela nafas, tersenyum menatap wajah anaknya."Mama gak apa. Biar mama terusin ceritanya, ada hal yang kamu harus tau dibalik semua ini." Ujarnya pada Via yang hanya diam, wajah nya menunjukkan raut muka yang sedih, prihatin mendengar apa yang dialami mamanya itu."Mama lanjutin ceritanya ya." Ujar Sita sambil menghapus air matanya, Via mengangguk lemah dan tersenyum pada mamanya, melepas pelukannya lalu duduk diam disamping mamanya di sofa.Sita menarik nafasnya dalam dalam, berdiam sejenak menenangkan dirinya, berusaha tenang agar ia bisa melanjutkan ceritanya.Bagi Sita, Sudah waktunya
Baca selengkapnya

Papah Rindu kamu Nak

   Setelah mengetahui tentang papahnya, sikap dan raut wajah Via berubah, dia lebih banyak diam sekarang, tidak seriang dan se ceria biasanya, raut wajahnya menunjukkan rasa kecewa yang mendalam, dia belum bisa menerima segala perbuatan papahnya atas apa yang baru diketahuinya.Via tampak sedih, tak menyangka begitu menyakitkan apa yang sudah dialami mamanya, dia tak habis fikir mengapa papahnya tega berbuat keji, padahal apa yang di lakukan mamanya hanya demi membantu ekonomi keluarga.Via juga tak dapat menerima kenyataan jika ia memiliki seorang bapak yang berpenyakit kejiwaan, seorang psikopat, yang bisa saja menjadi seorang pembunuh. Via tak dapat membayangkan semua keburukan keburukan yang bisa saja terjadi pada papahnya.   Setiap Via berangkat kerja, dia selalu menunjukkan wajah yang menyimpan duka mendalam, tubuhnya lesu, Sita yang melihat keadaan anaknya itu jadi merasa bersalah, namun, dia juga tak bisa berbuat apa apa. Karena mema
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status