Home / Thriller / Mimpi Terburuk / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Mimpi Terburuk : Chapter 41 - Chapter 50

75 Chapters

Rasa bersalah pada diri Yana

   Yana selesai berbelanja kebutuhan sehari harinya di pusat perbelanjaan, dia melangkah keluar mall mendorong troli yang penuh dengan belanjaannya, Yana keluar dari dalam mall menuju halaman parkir pusat perbelanjaan, berjalan ke arah tempat parkiran mobilnya.Saat Yana tiba di dekat mobilnya, dia tak melihat Badrun di situ, Yana menoleh ke kanan dan ke kiri mencari cari, tapi tidak dilihatnya Badrun, Yana meninggalkan troli belanja di belakang mobil, dekat bagasi, dia melihat pintu depan mobil sedikit terbuka, dan satu kaki Badrun menjulur keluar, Yana tersenyum melihat itu."Kasihan mas Badrun, lama nungguin aku belanja sampe ketiduran gitu." Gumamnya. Yana lalu melangkah ke depan mobil mendekati Badrun, Yana membuka pintu depan mobil dan menegur Badrun."Bangun mas..." Ujar Yana sambil membuka pintu depan mobilnya, tiba tiba tubuh Badrun terkulai dan jatuh keluar dari dalam mobil dengan keadaan kepalanya yang patah. Yana melihat itu kage
Read more

Kedatangan Via kembali dalam hidup Yana

   Wajah Via menunjukkan kekecewaan yang sangat mendalam karena tidak bisa bertemu dengan papahnya atau pun bunda Yana, mantan istri papahnya. di dalam taksi, dia termenung duduk di jok belakang taksi, mobil melaju dijalanan, supir taksi melirik Via dari kaca spion depan mobilnya."Maaf mbak, sekarang mau saya antar kemana ?" Tanya supir taksi pada Via yang lantas menghela nafasnya."Antar saya ke Hotel Arjuna yang di jalan raya Solo-Jogja pak." Ujar Via datar sambil pandangan matanya nanar menatap keluar mobil."Baik mbak." Jawab supir taksi lalu menambah kecepatan mobilnya melaju dijalan raya.Via melihat ke arah jalanan dari balik jendela kaca mobil, tatapan matanya kosong menyimpan kesedihan.   Pagi itu, Jumirah sedang berbicara di telepon dengan Sita, mamanya Via."Kok Via gak kasih kabar kalo udah sampe ketempatmu ?" Tanya Jumirah pada Sita."Memang Via udah berangkat ma? Kapan ?" Tanya balik Sita dari ponseln
Read more

Gagalnya Rencana Randi

   Pria yang mengawasi Yana di cafe itu berdiri diam menunggu, dia melihat ke arah Yana yang duduk, seorang pelayan cafe mendekati Yana dengan membawa makanan yang dipesan Yana, pelayan cafe itu meletakkan makanan di meja."Silahkan di nikmati bu." Ujar pelayan cafe."Terima kasih mas." Jawab Yana tersenyum menerima makanan yang diberikan pelayan padanya. Pelayan lantas pergi meninggalkan Yana yang mengambil makanan ringan dimeja lalu memakannya, Pria yang mengawasi Yana ditempatnya, mengamati situasi, setelah di lihatnya aman, tidak ada lagi orang yang mendekati Yana, dia lalu dengan cepat melangkah mendekati Yana."Hell...lo Yanaa..." Ujar orang yang mengikuti Yana, dia berdiri di depan Yana yang kaget melihatnya. Orang itu menyeringai menatap tajam Yana."Aku Randi..." Ujar Randi membuka topi dan masker penutup wajahnya.  Melihat Randi yang berdiri di hadapannya, tubuh Yana bergetar hebat, seketika jantungnya berdegup keras, dia tercenun
Read more

Pertemuan Randi dan Via

  Saat itu, Via sedang makan bersama paman Mulyono di sebuah cafe, paman Mulyono sengaja mengajak Via makan bersamanya, agar dia semakin akrab dengan Via dan mengetahui apa tujuan Via datang ke Klaten. Paman Mulyono memperhatikan Via yang terlihat menikmati makanannya.Via selesai menyantap makanannya, dia lalu minum, paman Mulyono tersenyum menatapnya."Kok udah makannya ? gak nambah?" Tanya paman Mulyono ramah."Udah kek, Via biasa makan dikit." Ujarnya tersenyum."Bagaimana keadaan bunda Yana kek ?" Tanya Via."Udah mulai baikkan, kemungkinan besok atau lusa udah boleh pulang." Ujar paman Mulyono."Syukurlah." Jawab Via lega ."Kakek boleh tau tujuan kamu datang ke Klaten dan nemui bunda Yana ?" Tanya paman Mulyono pada Via yang lantas menghela nafasnya."Via datang ke kota ini, tujuannya untuk mencegah papah berbuat buruk pada bunda Yana." Ujarnya."Via tau apa yang udah dilakukan papah selama ini." Ujarnya lagi.
Read more

Tragedi saat peresmian butik

 Hari ini adalah hari yang bersejarah bagi Yana, pada hari ini dia akan meresmikan butik yang selama ini di impikannya, wajah Yana terlihat sumringah, bersiap siap hendak berangkat menuju lokasi tempat acara peresmian pembukaan butiknya di langsungkan, paman Mulyono dan Via mengantarkan kepergian Yana yang ditemani Gunawan beserta Santoso dan beberapa personil dari kepolisian yang ditugasi mengawal dan menjaganya, sesuai permintaan paman Mulyono sebagai lurah untuk keselamatan Yana, keponakannya dari incaran pembunuh berantai.Yana tersenyum menatap wajah paman Mulyono, lalu dia menatap wajah Via yang berdiri dihadapannya dengan senyum manisnya."Beneran kamu gak ikut bunda ?" Tanya Yana pada Via."Nggak bun, biar Via istirahat aja di sini, toh bunda kan udah banyak yang jaga." Ujar Via tersenyum."Ya udah kalo gitu, bunda berangkat dulu ya." Ujar Yana lalu cium pipi kiri kanan Via."Aku pergi dulu paman." Ujar Yana pamit pada pamannya.
Read more

Gagalnya rencana Randi

  Di jalan raya lainnya, terjadi kejar mengejar antara mobil pelaku penabrakan dan mobil ke empat personil polisi, mobil pelaku tabrakan melaju dengan kecepatan tinggi dijalanan, di susul mobil ke empat personil polisi yang jauh tertinggal dibelakangnya, mobil si pelaku penabrak berbelok memasuki jalan lainnya, mobil ke empat personil polisi terus mengikuti dan mengejarnya, saat berada di pertigaan jalanan yang sangat sepi dengan di kiri kanannya pematang sawah, supir yang membawa personil polisi menghentikan mobilnya, mereka kehilangan jejak si pelaku penabrakan, sudah tidak terlihat mobil pelaku penabrakan di sekitar jalanan tersebut, salah seorang personil polisi kesal karena buruannya lolos."Sial ! Dia berhasil lolos !" Ujar Kuncoro dengan wajah kesal."Kita balik ke tekape sekarang." Ujar Kuncoro memberi perintah pada supir, supir mengangguk lalu memutar balik mobil untuk kembali ke lokasi tempat terjadinya tabrakan.   Mobil ambulance sudah
Read more

Penculikan Dewi

   Mobil berhenti di halaman sekolah SMA yang cukup luas dan terlihat bagus itu, Dewi turun dari dalam mobil, melangkah berjalan memasuki pelataran koridor sekolah menuju ruang kelasnya.Mulai saat itu, Dewi selalu diantar dan di jaga oleh personil polisi setiap hari , berangkat dan pulang sekolah. Paman Mulyono tidak ingin melihat Yana, keponakannya setiap hari cemas akan keselamatan Dewi anaknya yang harus sekolah, untuk itu, paman Mulyono meminta bantuan kepolisian agar bersedia memberikan perlindungan pada Dewi.Setiap hari, berangkat sekolah dan pulang sekolah Dewi selalu di jemput personil polisi, Randi yang selama ini mengawasi Dewi di sekolah membaca dan mempelajari situasi itu, dia menandai setiap jam berapa Dewi tiba di sekolahnya dan jam berapa dia pulang sekolah serta di jemput oleh polisi yang menjaganya, Randi mengabadikan dengan camera dan mencatat dibuku semua tentang Dewi , mulai dari datang dan masuk ke sekolahnya sampai bubaran sekolah dan di
Read more

Randi menebar ancaman

Di suatu tempat, Arifin, Purnomo dan Maman sedang berhadapan dengan sosok seorang pria yang untuk saat ini sengaja tidak di perlihatkan wajahnya, ini untuk membuat surprise nanti pada saat diungkapnya siapa sebenarnya sosok pria yang membantu dan menjadi kaki tangan Randi menjalankan semua aksinya selama ini .Wajah Arifin, Purnomo dan Maman terlihat senang menerima uang , Arifin dan Purnomo masing masing mendapatkan upah 15 juta rupiah, sementara Maman mendapatkan upah 18 juta rupiah karena aksi sengajanya menabrakkan dirinya ke mobil Handoko sebagai bagian dari rencana yang sudah diatur untuk menahan Handoko menjemput Dewi di sekolah."Ingat, apapun yang terjadi, kalian jangan membocorkan rahasia ini pada siapapun, kalo pak Randi sampai tau diantara kalian ada yang membocorkan rahasia ini jika tertangkap, tau sendiri akibatnya." Ujar sosok pria tersebut."Tenang aja, kami gak bakalan buka mulut, dengan uang ini kami bakal menghilang sementara." Ujar Arifin, Purn
Read more

Misi yang gagal

   Paman Mulyono mendekap dan memeluk erat tubuh Yana yang semakin panik karena rasa takutnya pada keselamatan diri anaknya, paman Mulyono berusaha menenangkan Yana yang teriak histeris menangis meraung raung meratapi anaknya. Via terdiam menatap Yana."Sudah, sudah, kamu tenang, jangan begini terus, kamu harus tenang agar bisa berfikir jernih." Ujar paman Mulyono. Yana terus menangis teriak."Dengar paman, Yana, dengar ! Dewi tidak akan kembali dengan cara kamu meraung raung teriak menangis seperti ini !" Ujar paman Mulyono, Yana terisak, mulai menahan tangisnya, dia memeluk erat pamannya, menangis dalam pelukan sang paman."Bagaimana hasilnya, bisa di lacak nomor telepon yang menghubungi hape bu Yana ?" Tanya Gunawan pada Kuncoro."Nomor hape itu sudah gak aktif, kemungkinan besar Randi sengaja memakai nomor itu sekali pakai dan langsung membuangnya, sama seperti nomor nomor yang menelpon sebelumnya." Ujar Kuncoro menjelaskan pada Gunawan yang
Read more

Via tawanan Yana

  Randi meluapkan amarahnya, dia tidak dapat menerima kenyataan bahwa Yana menjadikan anaknya sebagai sandera. Dengan wajah penuh amarah dia mengambil ponselnya, menghubungi Yana kembali, tatapan matanya menyimpan amarah yang besar.Saat terdengar suara Yana dari ponselnya, Randi langsung berkata pada Yana melalui telepon."Apa rencanamu dengan menjadikan anakku tawananmu ?" Tanya Randi geram.Di sebuah kamar, Yana tersenyum sinis menerima telepon dari Randi, wajahnya menunjukkan kepuasan karena berhasil menyerang balik Randi."Kamu kira, cuma kamu yang bisa berbuat sesukamu ? Kamu sudah memberiku contoh, kalo kamu bisa menculik anakku Dewi, aku pun bisa menculik anakmu !" Ujar Yana dengan nada sinis."Aku gak akan mengampunimu jika kamu melukai Via !" Teriak Randi ."Posisi kita sekarang imbang Randi, satu satu. Dan ingat ! Sekarang, aku yang memegang kendali, remote ada ditanganku sekarang, dan sewaktu waktu aku bisa menekan tombol remo
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status