Di suatu tempat, Arifin, Purnomo dan Maman sedang berhadapan dengan sosok seorang pria yang untuk saat ini sengaja tidak di perlihatkan wajahnya, ini untuk membuat surprise nanti pada saat diungkapnya siapa sebenarnya sosok pria yang membantu dan menjadi kaki tangan Randi menjalankan semua aksinya selama ini .
Wajah Arifin, Purnomo dan Maman terlihat senang menerima uang , Arifin dan Purnomo masing masing mendapatkan upah 15 juta rupiah, sementara Maman mendapatkan upah 18 juta rupiah karena aksi sengajanya menabrakkan dirinya ke mobil Handoko sebagai bagian dari rencana yang sudah diatur untuk menahan Handoko menjemput Dewi di sekolah."Ingat, apapun yang terjadi, kalian jangan membocorkan rahasia ini pada siapapun, kalo pak Randi sampai tau diantara kalian ada yang membocorkan rahasia ini jika tertangkap, tau sendiri akibatnya." Ujar sosok pria tersebut.
"Tenang aja, kami gak bakalan buka mulut, dengan uang ini kami bakal menghilang sementara." Ujar Arifin, Purn
Paman Mulyono mendekap dan memeluk erat tubuh Yana yang semakin panik karena rasa takutnya pada keselamatan diri anaknya, paman Mulyono berusaha menenangkan Yana yang teriak histeris menangis meraung raung meratapi anaknya. Via terdiam menatap Yana."Sudah, sudah, kamu tenang, jangan begini terus, kamu harus tenang agar bisa berfikir jernih." Ujar paman Mulyono. Yana terus menangis teriak."Dengar paman, Yana, dengar ! Dewi tidak akan kembali dengan cara kamu meraung raung teriak menangis seperti ini !" Ujar paman Mulyono, Yana terisak, mulai menahan tangisnya, dia memeluk erat pamannya, menangis dalam pelukan sang paman."Bagaimana hasilnya, bisa di lacak nomor telepon yang menghubungi hape bu Yana ?" Tanya Gunawan pada Kuncoro."Nomor hape itu sudah gak aktif, kemungkinan besar Randi sengaja memakai nomor itu sekali pakai dan langsung membuangnya, sama seperti nomor nomor yang menelpon sebelumnya." Ujar Kuncoro menjelaskan pada Gunawan yang
Randi meluapkan amarahnya, dia tidak dapat menerima kenyataan bahwa Yana menjadikan anaknya sebagai sandera. Dengan wajah penuh amarah dia mengambil ponselnya, menghubungi Yana kembali, tatapan matanya menyimpan amarah yang besar.Saat terdengar suara Yana dari ponselnya, Randi langsung berkata pada Yana melalui telepon."Apa rencanamu dengan menjadikan anakku tawananmu ?" Tanya Randi geram.Di sebuah kamar, Yana tersenyum sinis menerima telepon dari Randi, wajahnya menunjukkan kepuasan karena berhasil menyerang balik Randi."Kamu kira, cuma kamu yang bisa berbuat sesukamu ? Kamu sudah memberiku contoh, kalo kamu bisa menculik anakku Dewi, aku pun bisa menculik anakmu !" Ujar Yana dengan nada sinis."Aku gak akan mengampunimu jika kamu melukai Via !" Teriak Randi ."Posisi kita sekarang imbang Randi, satu satu. Dan ingat ! Sekarang, aku yang memegang kendali, remote ada ditanganku sekarang, dan sewaktu waktu aku bisa menekan tombol remo
Marwan mengendarai motor maticnya dengan kecepatan tinggi, dia sengaja ngebut agar para polisi tidak bisa mengejarnya, di jalanan yang sekitar kiri kanannya pematang sawah motor Marwan melaju cepat, dia hampir saja menabrak pejalan kaki yang menyebrang dijalanan , Marwan dapat menghindari motornya dari pejalan kaki itu, meliuk liuk dan melanjutkan lagi pelariannya, di belokan sebuah jalan, hampir saja motor Marwan menabrak motor pengendara yang muncul berbelok ke arahnya, Marwan membanting stir motornya menghindar, lalu cepat pergi meninggalkan pengendara motor yang kaget hampir di tabrak motor Marwan, Marwan terus mengendari motornya, berusaha menghilang dari kejaran polisi.2 mobil polisi melaju dijalanan itu dengan kecepatan tinggi, bunyi sirene mobil polisi terdengar dari salah satu mobil polisi yang dikendarai Handoko bertindak sebagai supir beserta 2 personil polisi, sementara satu mobil yang dikendarai Kuncoro yang duduk di depan stir dan Gunawan berada paling d
Begitulah awal mula bagaimana Marwan bagaimana dia menjadi kaki tangan Randi dan melakukan pembunuhan yang keji dan sadis bersama Randi, bagi Marwan, pembunuhan yang dilakukan pada Riyadi adalah yang pertama kalinya, tapi tidak dengan Randi, jauh sebelumnya, Randi sudah membunuh beberapa orang di masa lalunya, dan tidak diketahui banyak orang, secara sadar tidak sadar, Randi yang seorang psikopat dengan memiliki empat pribadi lain dalam dirinya, sudah membunuh orang orang yang menurutnya telah mengusik dan mengganggu ketenangan dirinya.Marwan sangat menikmati proses pembunuhan yang dilakukannya bersama Randi, dia sangat kagum pada Randi karena begitu sangat terencana sekali dalam menyusun siasat untuk membunuh, Marwan yang sebelumnya memang sudah menaruh hormat dan segan pada Randi karena telah menyelamatkan hidupnya dengan membantunya bangkit jalani usaha dulu saat dia bangkrut, semakin menghormati Randi, bagi Marwan, Randi adalah segalanya, dia akan siap berkorban apap
Yana mengambil ponsel miliknya dari kantong celana panjangnya, dia lalu menggunakan camera ponselnya untuk merekam semua yang dilakukan saat itu, Yana mengabadikan seluruh proses saat Via memakan makanan yang tergeletak dilantai, menjilat makanan tersebut seperti seekor anjing yang sedang makan, Via makan dengan cara seperti itu karena kedua tangannya terikat, dengan pasrah Via melakukan hal itu, Yana terlihat tersenyum puas melihat Via seperti itu, dia dengan semangatnya mengabadikan kejadian itu di ponselnya. Saat itu, Randi sedang duduk di kursi yang ada di taman rumah lama miliknya bersama Yana, asap rokok mengebul tebal dan banyak memenuhi ruangan itu, dia sedang berfikir, membuat sebuah rencana, bagaimana cara agar dia bisa cepat menghabisi Yana.Di atas meja taman terlihat lembar lembar photo miliknya bersama Yana di masa lalu, saat mereka menikah, photo photo saat kebersamaan dan kemesraan mereka berdua di tempat tempat wisata, Randi menyalakan
Mobil Handoko tiba di rumah paman Mulyono, Handoko turun dari dalam mobil dan membuka pintu pagar rumah, lalu dia masuk kembali ke dalam mobil, mobil berjalan memasuki pelataran halaman rumah menuju garasi rumah.Di dalam garasi rumah, Handoko mematikan mesin mobilnya, Yana membuka pintu mobil, berjalan gontai menuju ke dalam rumahnya, Handoko berjalan mengikutinya di belakang.Yana masuk kedalam rumah, berjalan gontai, Gunawan yang baru datang bersama Kuncoro juga masuk ke dalam ruang tamu rumah paman Mulyono, Yana menghempaskan pantatnya, duduk di sofa dengan wajah tegang, dia diam sediam diamnya."Apa yang terjadi ? Aku langsung ke sini begitu kamu kabari." Ujar Gunawan pada Handoko."Randi mulai neror lagi, di butik , dia sengaja meledakkan boneka, itu sebagai pesan ancaman kepada bu Yana." Ujar Handoko menjelaskan.Paman Mulyono datang dari arah lain dalam ruangan rumahnya, menemui mereka yang berkumpul di ruang tamu rumahnya."K
Via bangun dari tidurnya, dia duduk di tepi ranjang, masih sedikit merasakan sempoyongan dan pandangan matanya berkunang kunang, Via menarik nafasnya , menguatkan dirinya, perlahan dia berdiri, beranjak dari ranjangnya, dengan tubuh lemah dia berjalan dengan sempoyongan, melangkah mendekati meja rias yang ada di kamar, lalu mengambil tasnya yang tergantung di kursi meja rias. Via duduk di kursi, membuka tasnya, mengambil ponselnya, dia meletakkan tasnya di atas meja rias, melihat ponselnya, mengecek apakah ada pesan atau telepon yang masuk di ponselnya.Tidak ada pesan ataupun telepon yang masuk di ponselnya, Via menghela nafasnya, berfikir sejenak, dia ingin menghubungi papahnya, namun ada keraguan di hatinya, lantas dia berusaha untuk menenangkan dirinya, memencet sebuah nomor dari ponsel yang diberikan papahnya, mencoba menghubungi papahnya, Via menunggu , nada panggilan terdengar dari ponselnya, tidak ada jawaban, nada panggil berhenti, Via mengulangi lagi, men
Via check in di sebuah hotel yang berada di tengah tengah kota antara Klaten dan Jogjakarta, sebuah hotel yang sederhana di pilih Via untuk tempat peristirahatannya.Via membuka pintu kamar hotel, lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar dan menutup pintu kamar hotel kembali.Via meletakkan tasnya di dalam lemari pakaian yang ada di kamar hotel, lalu dia berjalan dan duduk di tepi ranjang, dia termenung. Via sedang memikirkan sesuatu hal, bagaimana cara agar dia segera bertemu papahnya dan menyelesaikan semua masalah yang terjadi karena perbuatan papahnya. Dia menarik nafasnya berat, lalu berdiri dan melangkah menuju kamar mandi yang ada di dalam kamar hotel tempatnya menginap itu. Saat hendak masuk ke dalam kamar mandi, ponselnya berbunyi, Via cepat berbalik dan berjalan mengambil ponselnya dari dalam tas, dia melihat ponsel pemberian papahnya, tidak ada panggilan masuk di ponsel itu, lalu Via memasukkan ponsel dari papahnya dan mengambil ponsel lainnya
Para petugas polisi segera bergerak untuk memburu Via yang membunuh Yana, salah seorang petugas polisi mendobrak paksa pintu rumah kontrakan Via, polisi berhasil mencium jejak persembunyian Via selama ini, untuk itu mereka mendatangi rumah Via agar bisa segera menangkap Via yang telah ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan Yana.Setelah pintu terbuka karena di dobrak paksa, Manto beserta lima petugas kepolisian segera masuk ke dalam rumah, mereka segera bergerak memencar menyusuri seluruh ruangan untuk mencari Via.Di dalam rumah itu tidak mereka temukan Via yang lebih dulu sudah pergi melarikan diri, Manto masuk ke dalam kamar, dia melihat ada bekas genangan darah yang mengering di atas tempat tidur, ada juga pisau tergeletak di lantai kamar, Manto tahu, di kamar itulah Via menjalankan aksinya membunuh Yana, dengan keadaan terikat dan terbaring di atas tempat tidur, wajah Manto terlihat kesal karena dia tidak menemukan Via di dalam rumahnya.Seorang petugas
Kembali ke beberapa jam sebelum terjadinya pembunuhan Yana yang dilakukan Via. Via membuka pintu kamar setengah, semburat cahaya masuk ke dalam kamar saat pintu terbuka, mengenai wajah Yana yang terikat di atas tempat tidur, Yana cepat menoleh kearah datangnya Via yang berjalan santai dan tenang mendekatinya."Via...Viaa tolong, lepasin bunda, lepasin bunda, biarkan bunda pergi dari sini ya, tolong Via..." Ujar Yana memelas pada Via yang menatapnya dengan tatapan sorot mata yang dingin, wajah Yana terlihat penuh dengan rasa kecemasan dan ketakutan melihat sikap dingin Via."Kamu harus di hukum atas semua perbuatanmu pada papahku." Ujar Via dengan suara datar menatap dingin wajah Yana yang ketakutan, dia merasakan ada hal yang aneh pada diri Via saat melihat wajahnya, perasaan Yana menjadi semakin cemas, dia merasakan akan terjadi sesuatu hal yang tidak pernah dibayangkannya sebelumnya.Via mendekati Yana yang terikat diatas tempat
Via membaca pesan yang dikirimkan papahnya dengan ekspresi wajah datar dan tenang."Untuk putri papah. Terima kasih telah menjadi putri terbaik yang pernah aku miliki. Sebentar lagi papah akan pergi jauh darimu, Nak, Tetaplah menjadi putri papah yang baik, Waktu terbaik dalam hidupku adalah Ketika menjadi papahmu.papah mencintai Via melebihi cinta pada diriku sendiri.Nak, kamu adalah harta yang paling berharga milikku, Harapan terbesar papah adalah agar kamu selalu tahu bahwa papah sangat mencintai kamu. Selama ini papah sulit memahami seorang wanita, hanya satu wanita yang papah terus berusaha untuk memahami dirinya, ya, itu kamu anakku. Papah tahu, Via sosok perempuan hebat, kuat. Jangan pernah bersedih anakku. Jangan biarkan air matamu jatuh karena kepergian papah ini, tetaplah tersenyum, Berjuanglah dengan sungguh-sungguh, kelak kamu pasti mendapatkan apapun yang kamu inginkan.Papah pamit, jaga dirimu baik baik." Tulis Randi mengakhiri pesannya pada Via
Siang itu, di kantor kepolisian, Gunawan dan Manto sedang menemui seorang Dokter yang sengaja datang memberikan laporan kepada pihak kepolisian."Mengapa setelah berhari hari bapak baru datang melapor ?" Tanya Gunawan."Sebenarnya saya ragu dan takut, hanya saja, kok ya hati saya bergejolak terus, jadi saya niatkan diri untuk memberanikan diri melapor ke sini." Jelas sang Dokter."Bapak kenal dimana dengan Rizal?" Tanya Gunawan."Dia kawan baik adik saya pak, mereka satu profesi, kerja di kantor film yang sama sebagai editor, karena Rizal sering datang kerumah kalo pas liburan ke jogja, dia kenal saya." Ujar Dokter memberi penjelasan."Saat itu dia hubungi saya, minta tolong,abangnya katanya terluka di tusuk orang, saya suruh bawa kerumah sakit, dia bilang gak bisa, dia minta tolong terus ke saya, akhirnya saya datang menemuinya dan mengobati abangnya yang terluka." Ujar Dokter, Gunawan dan Manto mendengarkan penjelasannya."Saat saya
Dalam proses pemulihan dirinya, Randi mengisi hari harinya dengan tetap berada di dalam kamarnya yang sengaja gelap dan tidak diterangi lampu, diatas meja yang ada di kamar apartemen milik Rizal ada sepiring makanan dan buah buahan serta minuman di dalam gelas, ada juga obat obatan yang sengaja di beli Rizal untuk mengobati sakit lupa ingatan Randi. Hari itu, Randi terlihat berdiri di depan jendela kamar apartement yang terbuat dari kaca, dia menatap jauh keluar, dari dalam kamarnya yang berada di lantai 20 apartemen, terlihat bangunan bangunan gedung gedung perkantoran serta rumah rumah penduduk, awan bergerak beriringan, berkumpul menjadi satu dan membentuk gumpalan tebal di langit, cuaca mendung sore itu, matahari memasuki senja, berproses untuk tenggelam dan menghilangkan dirinya untuk digantikan bulan yang akan menentukan datangnya malam, tatapan mata Randi kosong, sekosong fikirannya saat itu, karena tak mampu mengingat apa yang sudah terjadi p
Via menghempaskan pantatnya di sofa yang ada diruang tamu rumah kontrakannya, dia tercenung, dari raut wajahnya terlihat perubahan pada air mukanya, terlihat ada rasa kecemasan yang begitu besar didalam dirinya, ada rasa ketakutan yang mendalam pada jiwanya tatkala ia membayangkan hal buruk terjadi pada papahnya."Semoga papah baik baik saja, cepat sadar pah." Gumam Via pada dirinya sendiri, dia memikirkan tentang kondisi papahnya saat ini yang dalam kondisi kritis, seperti yang dikabarkan Rizal padanya.Dalam kecemasan dan ketakutannya akan papahnya yang tak sadarkan diri karena luka parah yang dideritanya, Via terlihat resah, dia tak bisa menerima kenyataan bahwa papahnya terluka parah oleh Yana, orang yang berusaha di lindunginya dari kejahatan papahnya, ada kekecewaan membekas di jiwa Via jika membayangkan semua hal yang sudah terjadi itu.Via tiba tiba meringis menahan sakit, dia memegang kepalanya, merasakan sakit dan pusing, dia merasakan saa
Paman Mulyono terlihat wajahnya sedih, dia cemas sekali, menunggu dan berharap kabar baik dari Gunawan tentang Yana, keponakan yang sangat disayanginya itu, anak dari adik kandungnya."Mudah mudahan kamu baik baik saja Yana." Ujar paman Mulyono."Tuhan, tolong lindungi dan selamatkan Yana, jangan biarkan Randi membunuhnya, aku mohon Tuhan." Ujar paman Mulyono berdoa dengan cara yang dianut agamanya, ya, paman Mulyono seorang khatolik, berbeda agama dengan Yana yang menjadi mualaf dan menjadi muslim. Namun itu tidak membuat hubungan keluarga mereka pecah, walaupun banyak yang berbeda agama dan keyakinan dalam keluarga, mereka tetap hidup rukun, harmonis dan saling menyayangi satu sama lainnya, tidak ada permusuhan diantara mereka, seperti paman Mulyono yang begitu menyayangi Yana dan melindungi dirinya.Sementara itu, di tempat lain, Gunawan mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, melintas melewati mobil mobil yang ada dijalan raya, suara
Dengan cepat sosok Roni yang muncul dalam diri Randi berjalan dengan langkah cepat mendekati Yana yang teriak memaki, lalu dia memukuli wajah Yana sekuat kuatnya, dia mengamuk, menghajar wajah Yana hingga babak belur bengkak berdarah, lalu dia menendang Yana yang duduk terikat di kursi, tendangan Roni membuat Yana yang dalam posisi terikat di kursi jatuh terjerembab kebelakang, Roni yang mengamuk hendak menginjak tubuh Yana, tiba tiba secara refleks, dia terbanting dan terjatuh ke lantai, sosok Randi yang muncul kembali dalam dirinya mendorong Roni agar tidak memukuli Yana."Sudah cukup ! Hentikan Roni, Hentikan !! Dia bisa mati nanti !!" Teriak Randi membentak Roni, Randi cepat mendekati Yana, membangunkan Yana yang terjatuh, Yana kembali di dudukkan di kursi masih dalam keadaan terikat."Aku gak bisa melakukan ini, aku gak bisa ! Udah cukup, hentikan !" Teriak Randi memegangi kepalanya, Yana terlihat ketakutan melihat Randi, seakan seperti terjadi keributan pa
Setelah Randi yang saat itu telah berubah menjadi sosok Roni yang ada dalam dirinya melucuti seluruh pakaian Sekar dan juga melepaskan pakaiannya, hal yang selama ini tidak pernah di inginkan dan di duga pun terjadi pada diri Sekar.Malam itu, kesucian Sekar pun direnggut oleh Randi, yang memiliki kepribadian ganda dalam dirinya, hingga tidak perduli dengan Sekar sebagai anak sambungnya.Dalam keadaan pingsan terbius Sekar tertidur dan tidak mengetahui jika saat ini dirinya sedang disetubuhi bapak angkat yang selama ini dianggapnya sebagai bapak kandungnya sendiri, Randi yang berubah menjadi sosok Roni dengan menyeringai mengerikan sangat menikmati dirinya menyetubuhi Sekar, dalam melakukan itu, terlintas kilatan kilatan sekelebat bayang wajah Yana bergant ganti dengan wajah Sekar, seakan dia membayangkan sedang menyetubuhi Yana.Sekar tak berdaya, dia jatuh ke dalam pelukan Randi, malam itu Sekar di perkosa Randi hingga berkali kali, ke empat sosok kepribadian