“SIAPA sih yang bikin peraturan kalau cowok dilarang nangis?” Nayara memegang ujung matanya memastikan sudut itu tetap kering. “Maaf, Nayara. Aku nggak pernah bermaksud merendahkan kamu.” “Maaf, aku nggak tahu hidup kamu serumit itu.” Sejak awal Manggala berkisah, Nayara tekun memperhatikan mimiknya. Tapi Manggala tidak satu kali pun melihat ke arah Nayara. Dia melihat ke segala arah kecuali ke arah Nayara. Tubuhnya kurus, wajahnya tirus dengan lingkaran hitam di mata yang semakin jelas. Mungkin dia tetap terlihat rapi, tapi itu tidak bisa menutupi kekacauan hatinya. “Tadi kenapa kamu buang permen-permen itu?” “Aku nggak layak dapat hadiah apa pun lagi.” “Maksudnya?” “Yang pernah puji aku cuma Mama. Dan Papa nggak suka kalau Mama begitu, termasuk kasih hadiah. Katanya bikin aku manja, GR, gampang puas.” “Hadiah apa?” Wajah Manggala melembut dihiasi senyum tipis tapi tetap tidak bisa menyembunyikan gurat sedih da
Last Updated : 2021-10-16 Read more