Home / Romansa / The Hero of My Life / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of The Hero of My Life: Chapter 101 - Chapter 110

139 Chapters

100. Kepedihan yang Terkuak

Orang tua Listy tidak begitu setuju dengan keinginannya menjadi model, itu juga menjadi alasan Listy tak serius mengerjakannya. Apalagi setelah bertemu David. Dunia yang indah penuh senyum dokter tampan itu berikan pada Listy. Semua seperti sudah lengkap. Sempat kegembiraan itu oleng, dengan dua kali peristiwa duka. Dalam waktu satu tahun, mama dan papa Listy berpulang. Berat, tapi Listy dan Hesty terus melanjutkan hidup. Dengan David di sisinya, semua bisa terlewati tanpa perlu berlarut-larut. Hingga satu kali, iseng sebenarnya, Listy mengikuti lomba foto, dan dia menang. Lalu tawaran menjadi model dari beberapa manajemen datang. Peluang meraih cita-cita masa kecil terpampang di depan mata. Rasanya luar biasa. Listy melihat masa depan yang dia bayangkan makin dekat menghampirinya "Demi cita-cita itu, aku lepaskan David, yang siap menjadi suamiku. Pikirku saat itu, ada dunia yang lebih besar menunggu dari sekedar menjadi seorang istri dokter, menunggu suami pulang dari rumah sakit.
last updateLast Updated : 2021-10-24
Read more

101. Dosen dan Mahasiswa

"Makan malam sudah siap." Hesty bicara dengan keras sementara dia menuju ruang tamu. Dia sengaja agar Listy dan Mito menyadari kehadirannya. "Ah, sampai jam makan malam, tidak terasa. Aku terlalu banyak cerita," ujar Listy. "Ayo, mumpung masih hangat," ajak Hesty. Listy berdiri. Lalu berjalan menuju ruang makan diikuti Hesty dan Mito. Makan malam berjalan cepat saja. Karena Mito harus segera pulang dan menyediakan semua keperluan untuk pulang kampung besok. Sepulang Mito, Hesty memberanikan diri bicara dengan kakaknya. "Kak, kalian tadi bicara serius sekali," kata Hesty. Berharap Listy mau jujur padanya. Listy menoleh dan memandang Hesty. "Iya, akhirnya aku berani membuka diri pada Mito." "Apa yang Kakak rasa?" tanya Hesty. Dia duduk di sebelah kakaknya, di kamar Listy. "Entahlah.” Listy menggeleng. “Aku belum bisa yakin. Lega ... nyaman ... tapi sedikit takut." "Takut dia akan kecewa dan pergi?" Hesty mengira yang dipikirkan kakaknya. "Ya, itu yang aku kuatir. Jika dia kecew
last updateLast Updated : 2021-10-25
Read more

102. Senyum Indah di Galeri

"Alin, apapun yang kita hadapi nanti, kamu harus percaya sama aku. Aku cuma sayang kamu. Pingin kamu bahagia di sisiku." David serius mengatakan ini. "Iya, Kak, aku akan ingat ini." Lintang mengangguk. Makan selesai. Sebelum pulang mereka akan mampir belanja. Lintang menghubungi Bu Renny dan menanyakan keperluan untuk toko, Lintang sekalian akan belanjakan. Segera mobil meluncur ke supermarket tak jauh dari kampus itu. Mengambil beberapa keperluan, tepung, telur, mentega, coklat, dan yang lainnya. "Selamat siang, Pak." Ada yang memanggil David. David menoleh seketika. "Hei, selamat siang." Senyum David mengembang melihat dua gadis lumayan manis di depannya itu. "Belanja, Pak?" ujar yang berambut pendek. "Iya, Selly. Antar istri. Kenalkan, istri saya, Lintang." David mengenalkan Lintang pada kedua gadis itu yang adalah mahasiswinya. "Halo ..." sapa Lintang ramah menyalami keduanya. "Selly ..." "Nena ..." Mereka mengenalkan diri. "Belanja juga?" tanya Lintang. "Iya, Bu. Sekal
last updateLast Updated : 2021-10-25
Read more

103. Selamat Datang, Selamat Jalan

Galeri sudah sepi. Tamu-tamu telah pergi. Para peserta dan juri juga tidak ada di sana lagi. Bahkan para pegawai sudah beranjak pulang. Hesty juga lebih dulu meninggalkan tempat itu, diantar Andrian. Tinggal Mito dan Listy berdua. "Listy, terima kasih banyak. Akhirnya apa yang aku bayangkan terjadi. Menyampaikan bahwa setiap orang pernah jatuh, luka, bahkan mungkin terpuruk. Tapi di sekitarnya ada hati yang bisa membuatnya bangkit lagi." Mito menarik tangan Listy. Dia memegang kedua tangan itu dengan hati penuh rasa terima kasih dan kelegaan. "Aku yang berterima kasih, Mito. Kamu yang jadi inspirasi buat aku bangkit lagi. Kamu ga lelah terus di sisiku. Aku juga sangat senang aku bisa lebih kuat sekarang." Listy tersenyum. Mito memandang wajah cantik Listy. Dia ingin sekali lagi meminta Listy mendampingi dirinya. Tapi dia masih belum yakin Listy akan bersedia. Dia harus lebih sabar. "Ayo, kuantar pulang," ajak Mito. Listy tidak bergerak. Dia masih berdiri dan menggandeng tangan Mit
last updateLast Updated : 2021-10-26
Read more

104. Belajar dari Senior

David memejamkan mata. Nyaman sekali berdua begini bersama Lintang. Seperti tidak ingin yang lain lagi. Hari beranjak makin gelap pun tidak dia pikirkan. Sebab ketika sudah sibuk, semua menarik David penuh untuk kesibukan itu. Sama, Lintang pun seperti itu. "Kak, Ayah bilang dia mau cari ruko buat toko baru. Melebarkan sayap. Soalnya pelanggan yang di rumah makin ramai. Menurut kakak terlalu cepat ga?" tanya Lintang. Tiba-tiba ingat dengan pembicaraannya dengan Farid. David membuka mata. Lintang bicara ini beralih pada sesuatu yang serius. "Ayah kan bisa mempertimbangkan semuanya. Jika memang itu bisa baik ke depannya, kenapa tidak? Asal semua ga buru-buru memulainya," jawab David meyakinkan Lintang. "Iya, sih, Kak. Ayah bilang juga pelan-pelan. Dia mau survei dulu. Katanya mau melihat tempat yang tepat, strategis, dan mau lihat prospek ke depan gimana di sana. Baru melangkah untuk buka toko di luar rumah." Lintang masih memainkan rambut David. "Ayah benar, Alin. Aku sangat bersyu
last updateLast Updated : 2021-10-26
Read more

105. Kejutan Hari Jadi

"Baiklah, sampai di sini kelas kita. Tugas bisa dikumpul paling lambat dua minggu ke depan. Silakan merapikan meja kalian dan kemudian bisa meninggalkan ruangan," kata David mengakhiri kelas hari itu. "Pak, bisa minta waktu sebentar?" Ratri menyela. "Ya, bagaimana?" David menoleh pada Ratri. Gadis itu maju sambil membawa goodie bag agar besar. "Teman-teman!" Ratri berdiri menghadap ke teman-temannya. Seluruh kelas pun mengarahkan pandangan pada Ratri. "Hari ini ulang tahun Pak David, dan aku membawa kue ini untuk kita merayakan hari jadinya." "Wah ... iya kah? Hee ... selamat, Pak! Asyikkk ... kue ..." Kelas mulai ramai. "Tenang, tenang semua!" David meredakan kelas yang mulai heboh. "Wah, ini kejutan, yaa ... Saya sengaja diam-diam, loo ... Cuma mau acara sama keluarga," ucap David. "Kalau gitu, Pak David make a wish. Lalu tiup lilin. Terus bagi kue buat kita, haa ... haa ...!" seru Anjar. "Saya akan langsung potong kuenya saja. Segera kalian bagi-bagi setelah itu." David me
last updateLast Updated : 2021-10-27
Read more

106. Terus Menghindar

Jadwal David di rumah sakit hari itu tidak lama, hanya mengontrol beberapa pasien. Sore hari baru dia ke klinik. Siang waktunya cukup longgar, dia bisa punya waktu dengan Lintang. Sebelum jam makan siang, David tuntas dengan semua urusan di rumah sakit. Dia mengirim pesan ke Lintang. Sama, juga tidak ada respon. Dibaca pun tidak. "Gimana caranya meredakan istri cemburu ini? Aku kelabakan bener. Musti bikin apa coba?" David mengetuk-etuk HP-nya. HP David berbunyi. Berharap Lintang. Ternyata Diana yang menelpon. "Kenapa, Kak?" tanya David. "Bisa mampir ke rumah ga? Tio agak demam. Uda kasih obat tapi panas lagi." Suara Diana terdengar sedikit cemas. "Oke. Aku ke sana. Duapuluh menit sampai," kata David. Dia menutup telpon. Cepat-cepat David membereskan barang-barangnya dan berangkat ke rumah Diana. Begitu sampai dia langsung masuk kamar Tio. "Hai, ponakan Om kenapa ini?" David mendekat ke ranjang. Tio terlihat lesu. Padahal biasanya bocah tampan itu tidak bisa diam. Ada aja yang
last updateLast Updated : 2021-10-27
Read more

107. Kenapa Masih Meragukan Aku?

Lintang memandang Diana, mendengar ucapan lembutnya yang sarat pesan buatnya. Lintang senang bisa mendengar lagi nasihat wanita penyayang itu. "Jadi, harus tetap siap kapan saja itu terjadi. Menyikapinya harus dengan benar juga. Agar hubungan ke arah yang lebih baik. Masalah boleh datang, bagaimana kita menyelesaikannya berdua, itu jadi kuncinya. Apakah untuk kebaikan bersama atau hanya ego kita karena ga mau terluka." Diana memandang Lintang. "Kak Di, apa Kak Dave cerita soal kami?" Lintang balik melihat Diana, ragu ingin mengatakannya. "Dia datang karena aku minta dia periksa Tio. Lalu aku tanya kamu bagaimana. Dia cerita, deh, kalian lagi berselisih," jawab Diana. "Aku jadi ragu, Kak. Apa benar Kak Dave ga ada apa-apa sama mahasiswanya itu? Aku takut aku akhirnya diduakan, lalu ..." Mata Lintang menatap Diana. Kegelisahan jelas terlihat dari tatapan Lintang. "Teruskan ..." minta Diana. "Kak Dave pergi. Aku takut kalau aku bicara dia akan marah. Aku juga ga tau apa dia sungguh
last updateLast Updated : 2021-10-28
Read more

108. Sayang, Lama Menungguku?

David berjalan cepat menuju ke tempat parkir, seusai mengajar. "Pak, boleh saya bicara sebentar?" Ratri mengejar David. "Hei, Ratri. Ada apa?" David menoleh. Berhenti melangkah dan melihat Ratri. "Ada hal yang sangat penting ingin saya sampaikan, Pak," kata Ratri, terdengar serius. "Oya? Soal apa?" tanya David. "Bisakah kita bicara di tempat lain? Bukan di kampus?" Sepertinya dia akan bicara urusan lain selain masalah kuliah. "Di luar kampus? Ini masalah pribadi?" tanya David lagi. Apa maunya gadis ini? "Pribadi, Pak. Saya minta waktunya." Ratri tampak sangat berharap. David berpikir. Iya atau tidak. Terima atau tidak. Sebenarnya dia longgar siang ini. Hanya ke klinik sore hari. Kalau dia tolak, Ratri akan terus mengejar. Kalau dia mau kasih kesempatan, jangan sampai menimbulkan hal yang tidak baik. Tapi, lebih baik diselesaikan secepatnya saja. Daripada berlarut-larut di kemudian hari. Ya, sepertinya itu lebih tepat dilakukan. "Baiklah, Ratri. Kamu tahu Kafe AEF? Kita ketemu
last updateLast Updated : 2021-10-28
Read more

109. Percakapan di Toilet

"Aku tahu. Tapi apa salah berharap mendapatkan lelaki seperti Dewangga," sahut Ratri. "Itulah makanya aku mengikuti kamu waktu kamu bilang akan bicara sama Pak David. Aku kuatir, kamu akan mengganggu rumah tangga orang. Kamu ini nekad juga." Dira terlihat kesal. "Aku ga bisa nunggu lebih lama. Aku rindu Dewangga. Aku melihat sosoknya pada Pak David. Cuma pria seperti itu yang aku perlu." Suara Ratri terdengar sendu. "Jangan mencari yang kamu bayangkan, minta petunjuk Tuhan kasih kamu orang yang tepat seperti apa," ujar Dira. "Kamu pikir aku tidak minta petunjuk?" Ratri menyahut lagi. "Menurut kamu Pak David yang Tuhan tunjukkan? Gila. Dia sudah beristri. Jelas itu ga bener," tegas Dira. "Kakakku sangat sayang kamu. Kamu saja ga mau buka hati." "Aku takut masuk lingkup keluarga Angkasajaya. Banyak kisah sedih soal keluarga besarmu itu. Aku memang kagum sama kakakmu, tapi hidup dengannya ... terlalu banyak aturan yang aku ga bisa terlibat di sana." Ratri bicara lebih keras. "Kelua
last updateLast Updated : 2021-10-29
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status