Beranda / Romansa / The Hero of My Life / 106. Terus Menghindar

Share

106. Terus Menghindar

Penulis: Ayunina Sharlyn
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-27 15:10:47
Jadwal David di rumah sakit hari itu tidak lama, hanya mengontrol beberapa pasien. Sore hari baru dia ke klinik. Siang waktunya cukup longgar, dia bisa punya waktu dengan Lintang.

Sebelum jam makan siang, David tuntas dengan semua urusan di rumah sakit. Dia mengirim pesan ke Lintang. Sama, juga tidak ada respon. Dibaca pun tidak.

"Gimana caranya meredakan istri cemburu ini? Aku kelabakan bener. Musti bikin apa coba?" David mengetuk-etuk HP-nya.

HP David berbunyi. Berharap Lintang. Ternyata Diana yang menelpon.

"Kenapa, Kak?" tanya David.

"Bisa mampir ke rumah ga? Tio agak demam. Uda kasih obat tapi panas lagi." Suara Diana terdengar sedikit cemas.

"Oke. Aku ke sana. Duapuluh menit sampai," kata David. Dia menutup telpon.

Cepat-cepat David membereskan barang-barangnya dan berangkat ke rumah Diana. Begitu sampai dia langsung masuk kamar Tio.

"Hai, ponakan Om kenapa ini?" David mendekat ke ranjang. Tio terlihat lesu. Padahal biasanya bocah tampan itu tidak bisa diam. Ada aja yang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • The Hero of My Life   107. Kenapa Masih Meragukan Aku?

    Lintang memandang Diana, mendengar ucapan lembutnya yang sarat pesan buatnya. Lintang senang bisa mendengar lagi nasihat wanita penyayang itu. "Jadi, harus tetap siap kapan saja itu terjadi. Menyikapinya harus dengan benar juga. Agar hubungan ke arah yang lebih baik. Masalah boleh datang, bagaimana kita menyelesaikannya berdua, itu jadi kuncinya. Apakah untuk kebaikan bersama atau hanya ego kita karena ga mau terluka." Diana memandang Lintang. "Kak Di, apa Kak Dave cerita soal kami?" Lintang balik melihat Diana, ragu ingin mengatakannya. "Dia datang karena aku minta dia periksa Tio. Lalu aku tanya kamu bagaimana. Dia cerita, deh, kalian lagi berselisih," jawab Diana. "Aku jadi ragu, Kak. Apa benar Kak Dave ga ada apa-apa sama mahasiswanya itu? Aku takut aku akhirnya diduakan, lalu ..." Mata Lintang menatap Diana. Kegelisahan jelas terlihat dari tatapan Lintang. "Teruskan ..." minta Diana. "Kak Dave pergi. Aku takut kalau aku bicara dia akan marah. Aku juga ga tau apa dia sungguh

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-28
  • The Hero of My Life   108. Sayang, Lama Menungguku?

    David berjalan cepat menuju ke tempat parkir, seusai mengajar. "Pak, boleh saya bicara sebentar?" Ratri mengejar David. "Hei, Ratri. Ada apa?" David menoleh. Berhenti melangkah dan melihat Ratri. "Ada hal yang sangat penting ingin saya sampaikan, Pak," kata Ratri, terdengar serius. "Oya? Soal apa?" tanya David. "Bisakah kita bicara di tempat lain? Bukan di kampus?" Sepertinya dia akan bicara urusan lain selain masalah kuliah. "Di luar kampus? Ini masalah pribadi?" tanya David lagi. Apa maunya gadis ini? "Pribadi, Pak. Saya minta waktunya." Ratri tampak sangat berharap. David berpikir. Iya atau tidak. Terima atau tidak. Sebenarnya dia longgar siang ini. Hanya ke klinik sore hari. Kalau dia tolak, Ratri akan terus mengejar. Kalau dia mau kasih kesempatan, jangan sampai menimbulkan hal yang tidak baik. Tapi, lebih baik diselesaikan secepatnya saja. Daripada berlarut-larut di kemudian hari. Ya, sepertinya itu lebih tepat dilakukan. "Baiklah, Ratri. Kamu tahu Kafe AEF? Kita ketemu

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-28
  • The Hero of My Life   109. Percakapan di Toilet

    "Aku tahu. Tapi apa salah berharap mendapatkan lelaki seperti Dewangga," sahut Ratri. "Itulah makanya aku mengikuti kamu waktu kamu bilang akan bicara sama Pak David. Aku kuatir, kamu akan mengganggu rumah tangga orang. Kamu ini nekad juga." Dira terlihat kesal. "Aku ga bisa nunggu lebih lama. Aku rindu Dewangga. Aku melihat sosoknya pada Pak David. Cuma pria seperti itu yang aku perlu." Suara Ratri terdengar sendu. "Jangan mencari yang kamu bayangkan, minta petunjuk Tuhan kasih kamu orang yang tepat seperti apa," ujar Dira. "Kamu pikir aku tidak minta petunjuk?" Ratri menyahut lagi. "Menurut kamu Pak David yang Tuhan tunjukkan? Gila. Dia sudah beristri. Jelas itu ga bener," tegas Dira. "Kakakku sangat sayang kamu. Kamu saja ga mau buka hati." "Aku takut masuk lingkup keluarga Angkasajaya. Banyak kisah sedih soal keluarga besarmu itu. Aku memang kagum sama kakakmu, tapi hidup dengannya ... terlalu banyak aturan yang aku ga bisa terlibat di sana." Ratri bicara lebih keras. "Kelua

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-29
  • The Hero of My Life   110. Mencari Tahu Sejarah

    Lintang duduk kembali di meja belajar, membuka laptop lagi untuk menyelesaikan tugas. Tapi masih terpikir yang ayahnya katakan. Keluarga ibunya tidak mau tahu soal mereka dan mereka tidak dianggap. Kenapa dia harus pusing karenanya? Tanpa mereka, Tuhan sudah membuat hidupnya sangat baik.Sedang Farid yang sudah ada di dalam kamar, jadi termenung ingat pada peristiwa hari terakhir dia datang ke rumah keluarga Angkasajaya.*"Masih berani kamu muncul di hadapanku? Memangnya sudah punya apa kamu berani menunjukkan wajahmu itu?" sambut ayah Tyas. Tatapan tajam dan benci terpancar di sana."Saya ingin menyampaikan permohonan maaf karena menikah dengan Tyas tanpa restu. Ini ada sedikit oleh-oleh buat Bapak dan ibu." Farid memberanikan diri.

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-29
  • The Hero of My Life   111. Mulai Terungkap

    Suasana kelas cukup tenang. Semua mahasiswa fokus menjelaskan dosen tampan itu mengajar. Hingga beberapa menit kemudian selesai sudah apa yang perlu disampaikan. Tanya jawab di kelas juga cukup menarik. Sayang, waktu akhirnya membatasi, kelas harus berakhir."Baiklah, pertemuan kita tinggal satu kali lagi, lalu tinggal ujian akhir semester. Persiapkan diri baik-baik. Kurangi main game dan nonton anime atau drakor. Oke?" David memberi pesan sebelum mengakhiri kelas hari itu."Iya, Pak!" sahut beberapa mahasiswa."Silakan kumpulkan yang kalian buat hari ini, lalu boleh tinggalkan kelas," tutup David.Para mahasiswa segera berebut meletakkan tugas di depan, lalu meninggalkan kelas. David menunggu sampai semua terkumpul baru, dia rapikan dan simpan dalam map, kemudian dia be

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-30
  • The Hero of My Life   112. Kisah Dira

    Lintang baru selesai mandi saat Wulan memanggilnya. "Kak, ada tamu. Katanya uda janjian." Wulan masuk ke kamar Lintang. Lintang sedang di depan meja rias. "Ohh, sebentar Kakak turun. Kamu temani dulu. Ambilkan minum, Lan," kata Lintang, masih sibuk menyisir rambutnya. "Iya." Wulan balik ke ruang tamu. "Kak Alin sebentar lagi turun. Silakan minumannya, Kak." Wulan tersenyum. Dia menaruh jus jeruk dan dua toples kue di meja. "Kamu adiknya Mbak Lintang?" tanya tamu cantik di depan Wulan. "Iya. Aku Wulan. Kakak teman Kak Alin yang mana, ya? Baru lihat, hee ..." Wulan melebarkan bibirnya. "Aku Dira. Baru kenal juga, kok." Dira memper

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-30
  • The Hero of My Life   113. Jangan Pernah Berurusan dengan Mereka

    Lintang langsung berdiri menghampiri David. Dia cepat-cepat mentralkan hatinya, agar tak terlihat sendu di depan David. "Kak Dave, sudah pulang? Gimana operasinya?" Lintang meraih tas David, sementara David melepas sepatunya. "Terima kasih doanya. Cukup menegangkan, tapi akhirnya terlewati dengan baik. Kondisi pasien memang masih perlu diawasi hingga besok untuk memastikan dia bisa melewati masa kritis." David mengecup puncak kepala David. "Dira, ini Kak Dave. Kak, Dira ..." Lintang mengenalkan. "Dira?" David melihat Dira. Tersenyum, tapi penuh pertanyaan. "Aku antar Kak Dave sebentar ya, Dira. Aku segera kembali," ucap Lintang. "Ya, silakan." Dira mengangguk.

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-31
  • The Hero of My Life   114. Kisah Dira Berlanjut

    Lintang mengangguk. Dia akui sampai niat mencari tahu Dira di sosmed. Tapi Lintang masih tidak berani melangkah lebih, untuk mencoba menghubungi Dira. Tidak disangka, Dira datang ke toko. "Kamu terus memikirkannya, ya?" David merapikan helaian rambut Lintang yang jatuh ke mukanya karena angin. "Ya, jadi sering kepikiran. Setelah semua yang aku lewati, aku mengerti betapa penting keluarga. Seburuk apapun, dari sana kita berasal. Sesulit apapun pertalian darah tak bisa terputus. Jadi, yang aku pikir, jika ada kesempatan kami bisa kenal dengan keluarga ibu, akan baik, bukan?" Lintang memandang wajah David yang tetap tampan, kapan saja Lintang menatapnya. "Sudah tambah dewasa istriku. Kayaknya uda siap nih, punya baby." David memainkan alisnya. "Sabar dikit lagi, Kak ...

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-31

Bab terbaru

  • The Hero of My Life   Home Sweet Home

    'Family is the best thing you could ever wish for. They are there for you, during the ups and downs and love you, no matter what' - Anynomous.Membaca kalimat singkat di atas, tentang sebuah keluarga, sangatlah tepat. Setiap kita berasal dari sebuah keluarga. Apapun dan bagaimanapun, mereka bagian hidup kita yang tidak akan pernah hilang. Banyak hal kita belajar pertama kali dari keluarga, dari orang tua kita dan saudara-saudara kita.Memang, tidak sedikit waktu kita kecewa, marah, dan tidak puas dengan mereka yang Tuhan ijinkan menjadi keluarga kita. Kita merasa yang terjadi sangat melukai dan tidak seharusnya. Namun, keluarga adalah keluarga. Mereka orang-orang yang berarti untuk kita bertumbuh, menjadi kuat dan tangguh, justru melalui banyak konflik yang kita hadapi bersama keluarga.'No family is perfect. We argue, we fight, we even stop talking to each other at times, but in the end, family is family' - Anonymous.Jika masih ada keluarga yang kita mi

  • The Hero of My Life   137. You Are Really My Hero

    Lintang menidurkan Kendra di ranjangnya. Masih dia usap-usap lembut rambutnya, memastikan putranya memang telah terlelap. Lintang mengecup keningnya, lalu dia selimuti hingga di bagian dada. Lintang tersenyum, melihat anak lelakinya yang lucu, bertumbuh penuh semangat, dan tampan menggemaskan. "Tidur nyenyak, Sayang. Mama dan papa akan selalu menjagamu. Bertumbuhlah sehat, kuat, dan jadi laki-laki tangguh dan baik hati," bisik Lintang. Dia tinggalkan Kendra dan berpindah ke kamar sebelah. Kamar Kinanti. Gadis cantik itu berbaring sambil memejamkan mata. Saat Lintang mendekat, dia tahu Kinanti belum benar-benar tidur. Bola matanya masih bergerak-gerak. Lintang mengusap keningnya lembut. Kinanti justru membuka matanya. "Tidurlah, Sayang ..." ucap Lintang lirih. Dia duduk di sisi ranjang. "Cerita dulu, Ma." Dengan mata sayu karena mengantuk Kinanti berkata. "Hm? Mau dibacain? Cerita yang mana, Sayang?" tanya Lintang. "Queen Esther," jawab

  • The Hero of My Life   136. Teringat Lagi Dua Gadis Kecil Itu

    Acara ultah selesai. Senyum dan tawa ceria terdengar lagi dari anak-anak itu. Beberapa saat berikutnya, Kinanti dengan riang berlari kecil menghampiri mama dan papanya. Dia membawa bingkisan besar, bukan satu, tapi tiga. "Lihat, Ma, Pa!" Dia tunjukkan apa yang dia bawa. Dia letakkan di meja di depan Lintang dan David. "Wah, dapat tiga?" David tersenyum lebar. Dia pandangi putrinya yang terlihat begitu gembira. "Ini buat aku, ini buat adik Ken. Yang ini ..." Kinanti menunjukkan bungkusan dengan kertas kado biru yang cantik. "... aku dapat hadiah ini, karena gaun aku paling unik." Mata gadis itu tertuju pada Lintang. "Ma ... maaf, aku tadi marah-marah sama Mama. Ternyata gaun pilihan Mama paling oke." Lintang dan David tersenyum mendengar kata-kata putri mereka. Kinanti mendekat pada Lintang dan memeluk mamanya kuat. Rasa hangat menjalar di hatinya. Dia menyesal sebelum pergi harus ribut dulu dengan sang ibu. "Aku sayang Mama. Aku ga mau

  • The Hero of My Life   135. Buah Jatuh Dekat Pohonnya

    "Ga mau! Aku mau yang merah! Masa pakai biru lagi?!" Gadis kecil dengan mata bulat bening itu cemberut. Bibirnya manyun, sementara kepalanya menggeleng keras membuat rambut ekor kudanya bergerak bebas dan lucu."Sayang ... mana bisa pakai yang merah? Dress code-nya warna biru," ucap wanita cantik dengan rambut hitam tebal di depannya. Dia berusaha sabar menghadapi gadis kecil yang ngotot dengan gaun pilihannya."Tapi, birunya itu lagi. Bosan aku, Ma." Gadis kecil itu masih saja kesal pada mamanya. Dia cemberut dengan alis berkerut hampir menyatu.Mamanya sudah tidak sabar, karena tidak berapa lama mereka harus segera berangkat atau akan terlambat."Terserah, Kinan mau pakai atau Mama ga akan mengantar pergi." Hilang akal, ancaman pun muncul."Ah, jangan! Iya, aku mau pakai." Dengan wajah masih cemberut, akhirnya gadis kecil itu mengalah.Dari arah pintu muncul seorang pria tampan, memandang pada kedua makhluk cantik yang bersiteg

  • The Hero of My Life   134. Ternyata Bukan Cuma Lintang

    Mito tersenyum. "Masuk bulan keempat. Dikerjain beneran aku. Harus ekstra sabar.""Hee ... hee..." David terkekeh."Kenapa?" Mito mengerutkan keningnya. Kok David ngakak gitu?"Nasib kita sama. Ternyata bukan cuma Lintang yang aneh-aneh." David menggeleng-geleng."Lintang juga hamil?" Mito memastikan."Masuk bulan kedua. Manja banget. Suka ngambek," jawab David."Listy ngambek nggak, dikit-dikit nangis. Ga enak di hatinya dikit, nangis. Minta apa ga cepat dapat, nangis," kata Mito.Lintang yang sudah balik dari toko mendengar percakapan dua calon bapak muda itu. Dia senyum sendiri, tapi merasa kasihan juga pada mereka.

  • The Hero of My Life   133. Bawaan Bayi Atau Mama yang Manja?

    Melihat ekspresi Lintang David ingin tertawa, tapi dia tahan. Takut saja kalau Lintang makin ngambek. "Jangan sensi, becanda ini." David mengambil sendok. "Mau suap? Doa dulu." Lintang menundukkan kepala, mengucapkan doa sebelum dia mulai makan. "Udah? Ayo, makan." Dan mulai David menyuap Lintang. Ternyata cuma telor ceplok dia lahap sekali. "Pintar ... dikit lagi abis." David tersenyum. "Tapi Kak Dave ga makan. Sini, aku yang suap." Lintang mengambil sendok di tangan David, menyuapi David gantian. "Hm, aku enak juga masak telor ini," ucap David dengan mulut penuh. "Abisin deh, aku minum aja. Udah makannya." Lintang minum seteng

  • The Hero of My Life   132. Strategi yang Tepat

    "Tidak.Tapi, kamu tenang saja, Lin. Posisi kamu sangat kuat. Bayu tak akan bisa melakukan apa-apa padamu," sahut Ridwan. "Ya, Pak. Aku paham," ucap Lintang, berusaha menenangkan dirinya. "Jika ada apa-apa, jangan sungkan hubungi aku, kapan saja," sambung Ridwan. "Tentu, Pak." kata Lintang. "Trimakasih, sudah mau saya repotkan." "It is okay." ujar Ridwan. Dan telpon selesai. Lintang menutup telpon. Dia menggigit bibirnya. Dia berharap Bayu akan mengurungkan niatnya datang. Atau dia begitu sibuk dan ga sempat mampir ke rumah ini. ***** "Terima kasih banyak, Mbak. Pesanannya kami antar besok langsung ke alamat ini." Senyum ramah Lintang mengembang. Dua pelanggan yang datang tersenyum pu

  • The Hero of My Life   131. Senyum Makin Lebar

    "Ayah ..." Lintang melongok di depan kantor ayahnya. "Kalian, masuklah." Farid meletakkan pena yang dipegangnya. Dia memandang anak dan menantunya yang berjalan masuk ke ruang kerjanya. "Ayah ..." Lintang memandang ayahnya. Farid sudah bisa menduga sebenarnya yang Lintang akan katakan. "Aku ... eh ... ayah akan jadi kakek." Lintang tersenyum. Farid pun melebarkan bibirnya. Dia tersenyum senang. "Ayah benar kan, Dave?" "Ya. Ayah benar." David tersenyum. "Ayah sudah tahu?" ujar Lintang, menatap ayahnya yang masih tersenyum senang. "Melihat kamu jadi aneh-aneh. Mirip ibumu saat mengandung kamu," kata Farid.

  • The Hero of My Life   130. Selamat, Sayangku

    David mengambil sepiring nasi goreng dan telur, lalu dia bawa ke depan. Lintang balik duduk di ruang tengah, di sofa yang sama. Lintang duduk bersandar pada punggung sofa. "Sayang, sarapan dulu," ujar David. Dia sodorkan piring di depan Lintang. "Ga mau. Eneg, Kak." Lagi-lagi jawaban ketus. "Alin, ini kamu sendiri yang masak," bujuk David. "Ga mau," sahut Lintang, dia bersedekap sambil mengerutkan kedua keningnya karena kesal. "Terus mau sarapan apa?" Agak gusar, David mencoba sabar. "Bubur sumsum," kata Lintang. Dia melirik pada David yang bingung dengan sikap Lintang. "Bubur sumsum?" David menjawab heran. "Iya, beliin." Lintang cemberut. "Jangan pakai ngambek, Alin. Aku ga enak sama ayah. Dipikir aku jahat sama kamu," sahut David. Lintang berdiri dan naik ke kamar. "Emang." David makin bingung. Dia bawa balik piring ke dapur. Ada Wulan juga sekarang di sana. "Dia ga mau?" tanya Farid. "Pingin bubur sumsum katanya," jawab David. Dia letakkan piring di tengah meja. "Sini

DMCA.com Protection Status