Beranda / Urban / DOWN UNDER DOWN / Bab 131 - Bab 140

Semua Bab DOWN UNDER DOWN: Bab 131 - Bab 140

157 Bab

Selalu Menunggu

Sudah tiga hari Saira tidak datang. Aku dan Sunny selalu menunggu di halaman belakang. Mencapai hari ketiga ini, Sunny semakin murung dan tak kalah muram dengan hari-hari sebelumnya. Seandainya saja aku tahu Saira berada di mana, aku akan membawanya ke sana. Bodohnya aku tidak bertanya di mana dia tinggal. Aku juga tidak meminta nomor telepon; aku sendiri juga ragu Saira punya telepon genggam. Dia benar-benar kelihatan seperti orang yang tak punya apa-apa. Ya, sepertinya harta berharga satu-satunya bagi Saira adalah Sunny. Tapi, kenapa dia menghilang lagi setelah dia berjanji padaku akan kembali lagi? Paling tidak demi putranya. “Mama pasti sakit...,” kata Sunny. Suaranya yang pelan terdengar merengek. “Mama nggak bisa datang....” Sunny seolah mengatakan bahwa sakit adalah satu-satunya hal yang menghentikan Saira. Selain itu tak ada lagi yang bisa menghalanginya untuk datang menemui Sunny.
Baca selengkapnya

Tidak Datang

Saat bel pulang berbunyi lagi, tak ada yang berubah dari halaman belakang di mana aku dan Sunny menunggu Saira muncul. Anak itu kembali kecewa; kali ini padaku. Dia menangis tersedu-sedu; sebelumnya tidak pernah. Aku berusaha menenangkannya namun tidak sanggup lagi berjanji. Aku tidak bisa menjamin ibunya akan menemuinya; aku bahkan tidak berdaya. Didukung oleh cuaca mendung, kesedihan rasanya makin pekat saja. Pak Didi terlihat cemas melihat Sunny menangis sampai matanya bengkak. Aku tidak menjelaskan banyak karena ini rahasia kecil kami. Meski pun Pak Didi sepertinya bisa dipercaya karena dia jelas ikut sedih saat melihat Sunnya terisak-isak. “Dia kangen Mamanya,” aku menjelaskan ke Pak Didi. “Sunny selalu kangen Mamanya. Kalau saya tahu Non Saira ada di mana pasti saya antar dia ke sana...,” kata Pak Didi. “Walaupun saya bakal dimarahin Nyonya, tapi saya
Baca selengkapnya

Skeptis

Sunny kelihatan gembira saat dia tidak perlu harus naik mobil Pak Didi dan pulang ke rumah. Pak Didi pergi lebih dulu dan dia lega saat aku mengatakan bahwa aku akan membawa Sunny ke ibunya. Dia bilang padaku bahwa dia akan mengurus segala sesuatu di rumah sehingga Nyonya rumah tidak tahu bahwa cucunya belum pulang. Kemarin Saira memohon padaku agar dia mempertemukan aku dengan putranya. Aku tidak bisa menolaknya. Saat aku bilang bahwa aku sempat berbicara dengan Pak Didi dia memintaku untuk mengatakannya pada Pak Didi. Saira tahu bahwa pria itu tidak akan bilang tidak menyangkut dirinya. Saira tahu bahwa Pak Didi orang yang bisa dia andalkan. Saira menunggu di sudut jalan yang tidak jauh dari sekolah. Saat akhirnya mereka bertemu, aku ikut gembira. Saira memeluk putranya erat bahkan sampai meneteskan air mata. “Mama kangen sama Sunny,” dia berkata sambil m
Baca selengkapnya

Berselingkuh

Sudah lama aku tidak merasa selelah ini. Setelah jam-jam menyenangkan di mana aku terbawa eforia Saira dan Sunny, aku kembali muram dalam perjalanan pulang. Aku juga tidak tahu kenapa aku bisa melupakan Magisa sejenak. Tiba-tiba aku merasa khawatir bagaimana jika perasaan yang aneh ini tidak kunjung reda. Lelaki sejati harusnya setia pada cintanya. Tapi, setelah bertemu Saira lagi, aku jadi mempertanyakan siapa yang aku cintai sebenarnya?Aku sudah berselingkuh itu jelas. Meskipun itu dengan seorang perempuan –yang harus kuakui, adalah seseorang yang seharusnya memiliki semua cintaku, itu tetap kesalahan. Saira tidak menolakku ketika aku menciumnya dan malam seperti di Hyatt terjadi lagi, meski pun itu hanya di mobil dan dalam waktu yang singkat. Dan sialnya aku tidak merasa puas dengan itu; aku semakin menginginkannya dan kalau saja Magisa tidak sedang dalam keadaan mengkhawatirkan sekarang, entah. Aku akan membuat al
Baca selengkapnya

Sea World

Selama di Sea World, aku tak banyak berada di sekitar mereka. Aku membiarkan mereka menikmati pemandangan akuarium raksasa dengan berbagai macam ikan di dalamnya. Saat ada pertunjukan oleh penyelam memberi makan ikan, aku berdiri paling belakang.Pembawa acara mengundang anak-anak ke depan untuk menjawab pertanyaannya dan bagi yang bisa menjawab dengan benar akan mendapatkan hadiah. Saira terlihat mengacungkan tangan Sunny sehingga pembawa acara memilihnya lalu memberinya tantangan. Yaitu menyebutkan dengan benar kalimat seperti ‘Kelapa diparut, kepala diurut’.Tiga orang anak mendapatkan perhatian sang pembawa acara. Anak pertama menyebutkannya dengan terbalik ‘Kepala diparut, kelapa diurut’ dan penonton yang bejibun ikut tertawa. “Kepala kok diparut?”Sunny mendapat giliran terakhir. Dia tampak menyimak kalimat si pembawa
Baca selengkapnya

Firasat Buruk

Keadaanku tidak terlalu baik dibandingkan hari-hari di minggu kemarin. Namun suasana kelas satu pagi ini terasa berbeda ketika aku masuk; Sunny absen. Aku kembali membuka kelas gambar seperti biasa; mengabaikan gangguan dari bangku Sunny di pojok belakang yang kosong. Aku teringat pada tawanya dan juga tangisnya.Joana kembali menggambar unicorn dan pelangi dengan versi berbeda; ditambah dengan makhluk kuning yang mirip seperti pisang. Oh, Minions rupanya. Dia mengulang perkataannya Minggu lalu; akan memberikan gambar itu ke Daddy-nya. Sangat manis.Di tengah pelajaran, Anna tiba-tiba datang. Wajahnya terlihat cemas. “Dar, kamu harus ke ruang kepala sekolah,” dia berkata.Aku tidak langsung bertanya kenapa. Melihat wajah Anna yang cemas, sesuatu pastilah terjadi dan itu mungkin buruk.Mr. Ulrich belum pernah memangg
Baca selengkapnya

Obat Tidur

Masih segar di benakku saat aku pulang ke rumah karena mendengar Magisa dalam masalah. Aku terbang dari Australia ke Indonesia, hanya karena takut dia menyakiti dirinya sendiri karena kegagalan maketnya. Tapi, kali ini walaupun jarak sekolah dan rumah tak sejauh itu, aku merasa lebih khawatir lagi.Istriku membenci Saira dengan sepenuh jiwanya. Kebodohan seorang wanita yang cemburu dan patah hati karenaku membuat dia harus mengetahui kenyataan yang paling dia benci. Semalam aku bermimpi bahwa istriku akan membunuhku; meski di dunia nyata itu tak mungkin; saat ini aku dilanda ketakutan yang luar biasa. Seperti seorang pengkianat negara yang tak akan diampuni saat tertangkap; seperti itulah aku saat ini. Seperti seorang lelaki penyelingkuh yang ketahuan dengan sangat telak.Hari ini telah begitu tidak adil padaku. Apakah di rumah nanti aku harus menghadapi pertengkaran yang lebih besar lagi? Ru
Baca selengkapnya

Baju Khusus

Magisa mulai mondar-mandir seperti seorang ratu yang jahat dengan obsesinya yang gila.“Aku nggak akan bisa mendapatkan kamu karena kamu nggak suka dengan gadis jelek seperti aku, dan aku juga nggak bisa bergabung dengan perkumpulan sialan mereka yang idenya itu berasal dariku!” Magisa mulai menggebu-gebu; menguak rahasia lain yang lebih mengejutkanku. “Kamu tahu betapa menyakitkannya itu? Tapi, harusnya dia tahu, kalau akhirnya kamu menikahi aku! Sayang, dia sudah masuk penjara lebih dulu....”“Jadi, kamu tau itu...?” hatiku seakan tercabik mendengarnya.“Ask... your... sister...,” dia berbisik di telingaku lalu terkekeh sambil kembali menatap Reggina.Aku menoleh ke belakang, di mana adikku tampak khawatir. “Sejak... kap
Baca selengkapnya

Terpinggirkan

Adikku, Beatriz-Margriet Adams meninggal dunia di usia 23 tahun karena asma. Dia tidak terselamatkan karena kami tidak memberinya obat segera. Aku tidak menyangka ini harus terjadi padanya. Dengan kesedihan mendalam, aku dan Reggina kembali ke Australia untuk menyiapkan acara pemakamannya.Sampai detik adikku dimakamkan di samping ayahku, aku masih tidak percaya bahwa Triz yang tidak banyak bicara dan manja itu telah pergi untuk selamanya. Kejadian itu begitu singkat. Aku begitu marah pada diriku karena semuanya adalah salahku.Seminggu setelah pemakaman, suasana rumah kami masih sunyi. Reggina masih sering menangis mengenang adik yang selama ini selalu bersamanya dan tidak pernah pergi ke kantor lagi.“I’m so sorry...,” aku mendekati satu-satunya adik perempuanku yang berusaha saling mengh
Baca selengkapnya

Apartemen Skyline

Pernikahan kedua ibuku bukan masalah bagi anak-anak dari suaminya. Tapi, ada sesuatu yang nggak kumengerti tentang kakak tiriku, Wanda. Dia menghabiskan lebih banyak waktu untuk membuat masalah dan  jauh dari rumah. Padahal dia punya semua yang dia butuhkan. Kehangatan keluarga dan hidup berkecukupan. Mama-ku sangat mencemaskan Wanda yang aku dengar berpacaran dengan gangster –jelas ayahnya nggak akan pernah setuju. Aku tahu ke mana rasa cemas ini bermuara –sesuatu yang berhubungan dengan kekerasan. Kurasa dia hanya nggak ingin Wanda mengalaminya juga, pun aku dan Ruby. Selama ini ibuku memang lebih dekat dengan anak tirinya. Jadi dia menelponku begitu tahu Wanda sedang berada di Jakarta –kota yang sama dengan tempat tinggalku, dan memberiku sebuah alamat agar menemuinya untuk memastikan kalau dia baik-baik saja sebelum dia pergi lagi entah ke mana. Ke
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status