Semuanya sudah berubah. Aku tidak tahu di mana gadis itu berada. Kenapa aku masih saja merasa bersalah? Aku sudah berusaha sekuat tenaga bukan? Tapi, tetap saja aku tidak bisa menemukannya. Seolah dia ditelan bumi. Kenapa dia bisa hadir di dalam mimpiku? “Kamu mikirin apa sih?”, Magisa memelukku sambil menyandarkan seluruh tubuhnya di punggungku. “Pasti pikiran kamu sudah sampai di Sydney, ya ‘kan?” Aku hanya tersenyum. “Aku kan udah bilang, kalau kamu mau balik nggak apa-apa. Toh rumah kita udah jadi. Kamu udah bantuin aku menyusun perabotan,” ujar dia. “Tapi, sekali aku pergi, susah untuk kembali ke sini. Sekali pun itu demi kamu...,” kataku sedikit sedih. Lalu menoleh. Perhatianku kemudian tertuju pada sesuatu yang berada di tengah-tengah ruangan kami. Maket gedung yang dibuat oleh Magisa untuk klien pertamanya. Sudah ha
Read more