Home / Lain / My Sexy Bodyguard / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of My Sexy Bodyguard: Chapter 41 - Chapter 50

74 Chapters

Part 41 - Painful truth

Part 41 - Painful truth Axel tercengang setelah membaca pesan tersebut. Dirinya kembali mencari pesan lain yang terdapat dari Damian, dan mendapatkan isi pesan mengejutkan lainnya tentang bagaimana Luna meminta bantuan Damian. To : Damian | 11.30 AM [Dam, aku ditolak. Bantu aku melakukan sesuatu agar dia menerimaku.] [Sudah kuduga, dia tak akan semudah itu. Apa lagi rencanamu, Luna?]   From : Damian | 21.00 PM [Bagaimana Luna? Apa kita berhasil mengelabuinya?] [Aku sudah diterima. Dengan begini aku bisa mencari informasi siapa yang berpotensi ingin menghancurkan Dante's corporated. Terima kasih sudah mendekatkanku padanya.]
Read more

Part 42 - Acknowledgement

Part 42 - Acknowledgement Luna tercengang melihat Axel terduduk di lantai pada ujung ranjangnya sambil bersandar menengadahkan kepalanya ke atas. Kondisinya saat ini tengah bertelanjang dada dengan handuk kecil tersampir pada lehernya. Pria itu tak menoleh sedikitpun saat Luna mendekat secara perlahan sambil memerhatikan kondisinya. Pandangan Axel hanya tertuju pada satu titik dengan tatapan kosong seakan jiwanya melayang entah kemana. Pikirannya berkecamuk antara ingin menunjukkan sesuatu yang baru ia ketahui, terungkap tanpa pengakuan dari orang yang ingin ia pastikan kebenarannya. “Ax, ada apa .... kenapa kau menyiksa dirimu?” tanya Luna begitu dirinya tiba di hadapan pria itu dan melihat luka menganga yang dibiarkan Axel begitu saja. Axel hanya tersenyum getir lalu menatap Luna begitu
Read more

Part 43 - Act of love

Part 43 - Act of love “Ax, kau bilang apa?”  tanya Luna memastikan pendengarannya. Seketika tatapan tajam tersorot dari netra abu milik Axel. Pria itu menenggak habis minumannya dan tanpa berniat menjawab, Axel malah mengikis jaraknya lalu menarik tengkuk Luna hingga wajah keduanya begitu dekat bahkan napas mereka menerpa kulit wajah satu sama lain. “Aku tak pernah mengulang pernyataan, jadi lebih baik kau menilai tindakanku,” desis Axel lalu mendaratkan pagutan dengan lumatan keras berbalut tuntutan sambil tangannya memegang pinggang Luna dan membawa wanita itu naik ke atas pangkuannya. Luna membalasnya tak kalah menuntut, ia merasa lega sekaligus bahagia saat semua beban yang sejak lama mengganjal dadanya kini telah lepas dan Axel menyambutnya dengan balasan rasa yang membuatnya ba
Read more

Part 44 - Predictions

Part 44 - Predictions Malam hari di tempat Roberto dan Angelica. Setelah konferensi pers berakhir, Roberto mengantarkan Angelica kembali ke hotel setelah melewati perjalanan yang hening, kini mereka tiba di lobbi Dante's hotel. Roberto menarik remnya dan menatap Angelica yang masih tampak cemas. “Kau masuklah ke kamar. Aku akan pulang untuk mengambil pakaianku. Agar besok pagi, aku tak perlu bolak balik,” ujar Roberto begitu mobilnya berhenti. “Aku tak mau. Aku akan ikut denganmu,” ujar Angelica kembali memakai seatbeltnya sambil menautkan tangannya di atas pangkuan. Roberto melihat kedua tangan itu tampak bergetar. Ia meraihnya dan mengusap punggung tangan Angelica agar lebih tenang. “Baiklah, kalau begitu kau menginap di tempatku saja. Jika
Read more

Part 45 - Disappear

Part 45 - Disappear Beberapa hari kemudian …. Layar ponsel milik Axel menyala dan menunjukkan nama seseorang yang dalam tiga hari ini menghubunginya tanpa sanggup ia jawab. Axel hanya menatapnya sambil menenggak minuman dan menghitung dering panggilan tersebut yang akan berakhir pada dering ke delapan. Bukan Axel sengaja tak ingin menjawabnya. Akan tetapi, pikirannya kalut saat tiga hari lalu dirinya tiba di kediaman ayah Angelica dan mendapatkan sebuah fakta baru yang membuatnya terkejut dan tak dapat memercayai semua itu. “Kau tak tahu apa yang terjadi pada masa lalu, Axel. Putra satu-satunya tuan Dante yang tak lain adalah mendiang ayahmu itu sangat terlindungi dan tak tersentuh.” Ucapan itu selalu terngiang dan menghantuinya sela
Read more

Part 46 - Refusing to know

Part 46 - Refusing to know “Valerio?” “Ya, ini aku. Kau terkejut?” tanyanya pada Damian sambil berjalan mendekat hingga berhenti tepat di hadapan Damian. “Sayangnya, tidak sama sekali. Untuk apa kau ke sini?!” tukas Damian sambil menatapnya tajam. “Heh, bukan urusanmu, Dam.” Tak sedikitpun tanda-tanda perdamaian akan ditunjukkannya pada pria berengsek seperti Valerio. Begitu juga dengan Valerio yang enggan mengalihkan tatapannya dari Damian. Keduanya tampak menyulutkan api peperangan ketika bertemu walau itu tanpa sengaja. Sementara itu, Luna meminta Grace untuk masuk ke kamarnya karena tak ingin bocah itu melihat perkelahian yang mungkin akan terjadi pada kedua pria di hadapannya, maka dari itu
Read more

Part 47 - Disturbing

Part 47 - Disturbing Ketukan di kamar Axel terdengar memanggilnya dengan nada khawatir. Semua itu disebabkan oleh sejak dua malam setibanya di Spanyol tepatnya setelah pulang dari tempat orang tua Angelica, Axel meminta waktu untuk sendiri dan sampai pagi ini dirinya baru meminta Roberto datang untuk melakukan pekerjaannya. “Masuklah, Rob,” ujar Axel. Setelah itu pintu terbuka. Axel meletakan tabletnya di meja sambil beranjak dari sofa dan mengambil minuman untuk menjernihkan pikirannya dari kabar yang beredar di seluruh laman berita buruk di Italia. “Kau sudah membaik?” tanya sekretaris itu langsung lengkap dengan raut wajah khawatir. Ia melihat layar tablet milik Axel yang menunjukkan kejadian yang hanya menambah beban pikiran Axel. “Tidak juga,” jawab Axel kembali duduk pada sofa singl
Read more

Part 48 - Endless jealousy

Part 48 - Endless jealousy Keesokan harinya. Roberto mengangkat ponsel Axel yang pecah telah dimasukan ke plastik seperti barang bukti kejahatan untuk diberikan pada tim forensik. Sayangnya, bukan seperti itu kejadiannya. Ponsel Axel justru adalah korban dari kekesalan Axel semalam yang berakhir mengenaskan seperti itu. Bahkan Roberto masih tak percaya Axel mampu menghancurkan ponsel hanya karena tak mendapat jawaban dari panggilannya kepada Luna. Belum lagi kabar luka di telapak tangannya itu diketahui karena pria di hadapannya itu meremas gelas hingga hancur karena sempat bertengkar dengan Luna. Roberto hanya bisa menggeleng dan terkekeh merasa lucu dengan tingkah Axel. “Apa yang kau tertawakan, Rob?” “Kau,” jawab Roberto singkat dan kembali tertawa saat wajah tuannya tampak kesal. “Aku
Read more

Part 49 - Ti amo

Part 49 - Ti amo “Please, Axel dengarkan penjelasanku!” seru Luna. Wanita itu terus mengikuti Axel hingga ke kamar, sejak mereka tiba di mansion dari pintu utama Luna sudah mengejar pria angkuh itu untuk menjelaskan tentang pertemuannya dengan Valerio di restoran tadi. Namun, hal itu tak cukup membuat Axel percaya terlebih pria itu mengatakan kejanggalan yang dikatakan banyak bicara dengan mantannya itu. “Apa lagi yang perlu kau jelaskan Luna! Kencanmu dengan mantan kekasihmu?!” tukas Axel di ambang pintu kamarnya. “Dari mana kau menyimpulkan aku banyak bicara juga kencan dengannya? Dia baru saja datang beberapa saat sebelum kau menegurku tadi,” jelas Luna.
Read more

Part 50 - Appetizer, Main course, Dessert

Part 50 - Appetizer, Main course, Dessert “Ti amo, Luna.” Axel mendekat secara perlahan. Sedikit tak percaya dirinya yang tak pernah mengatakan hal cinta kini menyatakannya dengan tegas dan yakin bahwa ia tak bisa kehilangan wanita yang dicintainya. Sepelik apa pun pikiran tentang dirinya yang kemungkinan adalah anak dari pembunuh orang tua wanita itu. Axel tetap tak bisa membiarkan Luna pergi dengan tatapan kecewa. “Bagaimanapun aku menepis bahkan barusan aku mencoba menyakitimu dengan dusta, aku tak sanggup menyangkalnya lagi  Luna.” Axel berhenti tepat di hadapan wanita itu dengan mata memerah dan suara tertahan dirinya kembali menyatakan, “Aku tak bisa menyangkal bahwa aku mencintaimu,” ulangnya menegaskan pernyataan cintanya sambil menatap iris emerald Luna begitu intens. Axel m
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status