Home / Pendekar / Pendekar Pedang Suci / Chapter 211 - Chapter 220

All Chapters of Pendekar Pedang Suci: Chapter 211 - Chapter 220

231 Chapters

Bab 211_ Kaisar Baru

Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba, warga Kota Yan Bian bersuka cita menyambut kaisar yang baru. Mereka semua berkumpul di dekat istana Tian Shang dan menunggu momen yang hanya terjadi sekali seumur hidup dimulai. Di luar gerbang ibukota, ada banyak warga yang mengantri masuk tetapi gerbang kota ditutup rapat karena tidak ada penjaga yang cukup untuk mengamankan gerbang kota. Sebagian besar prajurit yang ada mengamankan wilayah istana Tian Shang dan melindungi Xiang Shashuang. Menggunakan jubah kekaisaran dengan sulaman naga bercakar lima di punggungnya, rambutnya digulung dan terdapat hiasan rambut berbentuk naga, terlihat indah dan berkuasa, Xiang Shashuang berjalan menuju mimbar penobatan. "Yang Mulia!" Para rakyat yang hadir di tempat itu mengikuti sang pemberita dan menyambut Xiang Shashuang."Yang Mulia!""Semoga Yang Mulia Panjang Umur!""SEMOGA YANG MULIA PANJANG UMUR!"Gema seruan para rakyatnya membuat jantung Xiang Shashuang bergetar. Xiang Shashuang memandang para
last updateLast Updated : 2022-10-24
Read more

Bab 212_ Hukuman Keji?

Penjara istana dijaga ketat begitu hukuman untuk para petinggi Aliansi Gongliao diputuskan. Malam itu juga, Xiu Zhangjian masuk ke dalam penjara untuk menemui Huang Fu. Dengan giok identitas yang menggantung di ikat pinggangnya, Xiu Zhangjian memasuki penjara istana tanpa kesulitan sedikit pun.Kepala Penjara mengantar Xiu Zhangjian ke sel tempat Huang Fu ditahan. Selain Huang Fu, Xiao He dan Xun Qiu juga dimasukkan ke dalam sel di blok yang sama dengan Huang Fu. "Terima kasih," ucap Xiu Zhangjian pada Kepala Penjara. Karena tahu ada hal penting yang akan dibahas, Kepala Penjara segera pamit pada Xiu Zhangjian dan meninggalkannya bersama para tahanan. Sebelum pergi, kepala penjara juga memberikan kunci sel orang-orang itu pada Xiu Zhangjian. Ketika langkah kaki kepala penjara tak lagi terdengar yang menandakan pria tersebut tak lagi berada di tempat ini, Xiu Zhangjian berbalik dan menatap Huang Fu dengan senyum kemenangan. Kunci Sel pemberian kepala penjara, dia gunakan untuk meng
last updateLast Updated : 2022-10-24
Read more

Bab 213_ Rusuk yang Menyembul

Xiu Zhangjian bukanlah pemuda yang manja hingga menghabiskan hari-harinya untuk mabuk. Namun, entah apa yang membuat pemuda itu begitu gila hingga kepalanya tak bisa lagi tegak. Matanya merah dan terlihat tidak fokus. Ini adalah guci kesembilan yang telah Xiu Zhangjian habiskan. Walau Feng Xinyue telah berusaha untuk menghentikannya, tetapi Xiu Zhangjian tetap meminum arak yang datang. Saat Feng Xinyue meminta pelayan untuk berhenti mengambilkan arak, Xiu Zhangjian mengamuk dan menghancurkan guci arak yang telah kosong. Akhirnya Feng Xinyue pasrah dan membiarkan kekasihnya minum sampai tak sadar diri.Kepala Xiu Zhangjian menempel di atas meja, tangan kanannya masih memegang guci arak dengan begitu erat. "Kakak Jian."Xiu Zhangjian tak merespons ucapan Feng Xinyue, tetapi tangannya bergerak dan kembali mengucurkan isi guci ke dalam mulutnya."Benar-benar!"Saat melihat wajah mabuk Xiu Zhangjian, Feng Xinyue teringat akan satu hal. Gadis itu lantas berdiri dan berjalan ke belakang X
last updateLast Updated : 2022-10-25
Read more

Bab 214_ Derita Chen Yufei 

Di sebuah tanah lapang yang letaknya tak jauh dari istana Tian Shang, sebuah panggung didirikan. Terdapat puluhan orang prajurit yang sedang mengikat balok-balok kayu dan memasang pasak pada tiang penyangga. Di lain tempat, banyak pengrajin yang sedang sibuk mencetak selebaran yang akan disebarkan ke seluruh penjuru negeri. Selebaran ini berisi tentang putusan hukuman yang akan diterima oleh para petinggi Aliansi Gongliao khususnya sang ketua, Huang Fu. Dalam poster itu juga, terdapat lukisan Huang Fu yang diikat di sebuah tiang dalam kondisi terlentang. Ketika hari menjelang petang, di setiap sudut kota terpasang selebaran yang telah dicetak selama seharian penuh. Begitu kertas itu terpasang, beberapa orang mulai berkerumun. Dari beberapa orang, bertambah menjadi belasan orang lalu puluhan orang, tak berhenti hingga memenuhi sudut-sudut kota."Dia pantas mendapatkannya.""Aku rasa hukuman ini terlalu ringan. Seharusnya mereka dihukum tujuh turunan serta tubuhnya dipotong-potong d
last updateLast Updated : 2022-10-25
Read more

Bab 215_ Kursi Ketua

Di antara semua orang yang mengaku sibuk, tidak ada yang lebih sibuk dari Ji Feng dan Wang Tian Lin. Yang satu adalah tetua dari sekte Harimau Putih sementara yang lainnya adalah pemimpin dari Paviliun Langit yang baru bangkit.Keduanya saling membantu satu sama lain untuk menyelesaikan tugas yang sedang mereka pikul. Ji Feng mengunjungi banyak pos Paviliun Langit yang letaknya tak terlalu jauh dari kota Yan Bian sementara Wang Tian Lin mengunjungi banyak relasi yang dia miliki untuk membangkitkan Quzhou menjadi lebih baik. Karena terlalu sibuk, mereka berdua tidak sadar jika besok adalah momen yang telah mereka nantikan selama ini di mana mereka akan melihat kepala Huang Fu terpisah dari badannya. Begitu menyelesaikan beberapa tugas yang dinilai sangat penting, Wang Tian Lin dan Ji Feng kembali ke kota Yan Bian. Mereka segera menemui Xiu Zhangjian di kedai arak Tian di mana tempat itu merupakan sebuah kamuflase yang dibuat oleh Paviliun Langit.Wang Tian Lin mengajak kedua rekannya
last updateLast Updated : 2022-10-25
Read more

Bab 216_ Permintaan Terakhir

Ketika matahari terbit, di tanah lapang yang berada di dekat istana Tian Shang, sudah banyak orang yang berkumpul di tempat itu. Mereka adalah para warga yang menanti akhir hidup dari mantan penguasanya yang zalim, keji, dan tak memiliki nurani.Di dalam penjara Istana, menteri peradilan yang baru yaitu Lin Yi bersama beberapa orang lainnya yang merupakan petugas dari kementerian peradilan menemui Huang Fu. Xiu Zhangjian juga masuk dalam kelompok tersebut dan berdiri di bagian terdepan dengan tangan yang membawa nampan berisi berbagai macam makanan. Ada beberapa orang yang berniat membawakannya, tetapi Xiu Zhangjian menolak dan memilih untuk membawanya sendiri. Begitu pintu sel terbuka, Xiu Zhangjian menjadi orang pertama yang dipersilakan masuk. Selain karena pemuda itu merupakan yang terkuat, kedudukan istimewanya juga membuat orang lain merasa segan kepadanya.Xiu Zhangjian meletakkan nampan di tangannya di hadapan Huang Fu. "Makanlah, ini adalah kudapan terakhirmu sebelum hukuma
last updateLast Updated : 2022-10-26
Read more

Bab 217_ Harga untuk Kekuasaan 

Arak sudah habis, Xiu Zhangjian berdiri dan merapikan jubahnya yang sedikit berantakan. Saat pemuda itu mengedarkan pandangannya, ada beberapa orang yang menatapnya dengan iri. Mereka adalah para pejabat kelas dua yang sudah mengetahui betapa berharganya arak seribu kenangan. Xiu Zhangjian tersenyum tipis, dalam pikirannya muncul sebuah kalimat yang membuatnya semakin tersenyum.'Kalau kalian menginginkan arak ini, jadilah kriminal yang dihukum mati, maka aku akan mengabulkannya jika kalian memintanya sebagai permohonan terakhir.'Namun, kalimat tersebut hanya berputar di kepala pemuda itu, dia tidak memiliki niat sama sekali untuk mengatakannya pada para pejabat yang hadir, terutama yang begitu menginginkan arak seribu kenangan. Xiu Zhangjian tersenyum tipis pada mereka dan sedikit membungkuk sembari berkata, "Maaf telah membuat kalian menunggu lama."Beberapa orang hanya mengangguk, tidak berani memprotes kelakuan pemuda yang telah begitu berjasa pada negeri ini. Dua orang praju
last updateLast Updated : 2022-10-27
Read more

Bab 218_ Altar Kematian

Dari penjara Istana, iring-iringan Huang Fu bergerak ke timur hingga sampai ke sudut kota dan menuju utara sebelum kembali ke wilayah istana Tian Shang, tepatnya di altar kematian para petinggi Aliansi Gongliao. Tubuh dan pakaian Huang Fu dipenuhi dengan kotoran hingga tercium aroma busuk yang sangat menyengat. Ketika kereta sampai di altar kematian, beberapa prajurit bahkan tidak sudi menyeret Huang Fu karena tubuhnya yang benar-benar kotor. Dengan gerakan menyedihkan, Huang Fu keluar dari kereta budak. Kedua tangannya meraih tangan Xiao He dan membantunya turun. Sementara Xun Qiu, beberapa prajurit segera menyeretnya dan membawanya ke atas panggung. Di belakang iring-iringan kereta budak, ribuan warga mengikuti dengan wajah antusias seperti mengantri pembagian cadangan makanan ketika musim dingin melanda. Mereka semua lantas memasuki lapangan dan saling berdesakan untuk mendapat tempat terdepan."Hei, anak muda, mundurlah! Kami tidak bisa melihat ke arah panggung jika tubuhmu yan
last updateLast Updated : 2022-10-27
Read more

Bab 219_ Makam yang Tak Pantas Dikunjungi 

Tidak ada yang bereaksi ketika kepala Huang Fu terjatuh dari lehernya hingga menggelinding ke bawah batu pemenggal. Semua orang terdiam, baik itu Xiu Zhangjian yang bergerak sebagai algojo, Kaisar Xiang sebagai pemberi perintah, maupun para rakyat yang hadir sebagai penonton. Mereka awalnya berpikir jika dengan melihat kematian Huang Fu hati mereka akan terasa senang. Namun, mereka salah. Tidak ada kesenangan yang hadir, justru penyesalan, kekosongan dan perasaan bersalah-lah yang muncul.Sebesar apa pun api dendam berkobar di hati mereka, tetapi melihat kematian Huang Fu, mereka baru sadar jika api dendam belum padam, hanya mengecil sebelum kembali membesar.Darah mulai mengalir dari potongan kepala Huang Fu bagaikan kelopak mawar yang ditaburkan. Dari bilah pedang langit, terlihat tetesan darah berwarna merah bercampur dengan beningnya arak yang masih tersisa. Beberapa peajurit memasuki altar kematian dan menggotong tubuh Huang Fu dan memungut kepala pria tersebut. Di belakang alt
last updateLast Updated : 2022-10-27
Read more

Bab 220_ Pamit

Mendengar kalimat terakhir Feng Yin, Xiu Zhangjian mengedarkan pandangannya dan baru menyadari dirinya sudah melewati makam kedua saudaranya. "Sepertinya kami begitu serius saat bercanda hingga melewatkannya."Feng Yin mendengkus pelan, tetapi pria tersebut tidak berkata apa-aoa dan meletakan tongkatnya di samping makam Li Yingying. Membuka persembahan yang dia bawa, Feng Yin menggelarnya dan mengambil sebuah tempayang yang berisi arang kemudian menyalakannya. Sebuah dupa kemudian dibakar dan ditancapkan ke sebuah wadah. Meraup uang roh, Feng Yin menaburkannya ke dalam arang yang mulai membara. "Nona Xiangyu ... Nona Li ... semoga ini cukup sebagai bekal kalian hingga akhirat."Ada banyak makanan yang Feng Yin bawa sebagai persembahan untuk Li Yingying dan Xiangyu. Feng Yin mengakhiri do'anya dengan menuangkan secangkir arak ke nisan dua gadis itu dan mengangkat guci araknya seolah sedang bersulang.Setelah selesai, Feng Yin menepi dan membiarkan putri dan calon menantunya untuk b
last updateLast Updated : 2022-10-27
Read more
PREV
1
...
192021222324
DMCA.com Protection Status