Home / Fantasi / Pendekar Dua Jiwa / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Pendekar Dua Jiwa: Chapter 111 - Chapter 120

146 Chapters

110. Aspirasi Yuan Shao

Zhou lanjut melangkah di jalan setapak berbatu mendekati kota Ye. Semakin dekat semakin jelas tembok tinggi kota besar yang menandingi kota Luoyang. Selain itu, banyak warga duduk santai di atas bukit dekat kota memandang ke arah daerah tanah lapang yang seperti ditumbuhi banyak manusia. Suara genderang dan terompet perang menggelora dari sana.  Zhou menghampiri lelaki yang tengah berdiri mengagumi kerumunan di tanah lapang dari bukit rerumputan hijau bersama banyak rakyat. "Paman, ada apa? Kenapa ramai sekali?" "Sshh, diamlah. Sebentar lagi Tuan Yuan Shao akan berbicara." Dengan jurus mata kucing, Zhou bisa melihat lebih jauh hingga mampu melihat jelas sosok di atas panggung raksasa.
last updateLast Updated : 2021-09-09
Read more

111. Arak, bukan Wanita

Ratusan lampion menyinari ruang megah di mana suara tawa dan musik-musikan mendominasi. Bukan para gadis cantik yang mendominasi pikiran Zhou, atau rabaan nikmat di pahanya, tali arak.Dengan arak nikmat dia betah duduk di kursi kayu berjam-jam."Ayo Tuan Muda tampan, kasihanilah hamba." Gadis di sebelah Zhou membimbing tangan pemuda itu untuk meraba dadanya yang kenyal."Taruh dulu arakmu, tampan, ada yang basah selain arak di sini." Gadis di sisi lain Zhou menarik telapak tangannya guna meraba bagian nikmat di pangkal paha."Ah, apaan sih, kotor itu, aku tidak mau bermain itu. Aku mau arakku." Dia meringkus beberapa kendi di meja, lalu bangkit, menaruh lima tael perak ke meja, uang sangu dari Tao Jin.
last updateLast Updated : 2021-09-09
Read more

112. Bukit Gersang

Hari berganti, kali ini Bian mengambil alih tubuh Zhou. Sebelum langit menggelap, dia menanti dua sosok yang membuat janji akan bertemu di danau rembulan. Dia duduk di dahan pohon sambil berayun satu kaki, bermain suling sebagai hiburan.Lama dia bermain sampai langit menjadi gelap seperti kain lukis hitam bertabur keindahan bulan bintang. Tiba-tiba air danau beriak, membuat buyar pemandangan yang terpantul di danau, pertanda ada sesuatu yang mendarat."Suara merdu suling di malam hari, bukankah begitu indah Yang Yang Yi?""Yang Tae oh Yang Tae ramai, kamu membuat suara indah pergi. Sekarang bagaimana cara mengganti suara suling? Apa harus menjemput Zhuge Liang?"Di bawah sinar rembulan, dua orang berdiri di atas air da
last updateLast Updated : 2021-09-10
Read more

113. Pertempuran Antar Jendral

Keadaan di dataran Han semakin mencemaskan. Para jendral saling membunuh demi tanah kekuasaan, rakyat menjadi korban.Setelah Lu Bu diusir dari kota Puyang, dia bergabung dengan Liu Bei, lalu mengkhianati Liu Bei dan mengusirnya dari Xiao Pei.Liu Bei bergabung dengan Cao Cao dan berhasil mengalahkan Lu Bu. Seluruh pengikut Lu Bu tewas, kecuali Zhang Liao yang direkrut oleh Cao Cao.Dalam ekspedisi Cao Cao ke kota Wan sebuah insiden terjadi. Jia Xu menyerah mengadakan pesta. Cao Cao meniduri bibi Jia Xu, membuatnya marah dan menyergap Cao Cao beserta beberapa punggawa.Dalam insiden, Cao Ang dan Dian Wei tewas demi menolong Cao Cao yang terjebak di kota. Setelah selamat, Cao Cao balas dendam membabat habis seluruh penduduk Wan juga memenggal seluruh keluarga Jia Xu.
last updateLast Updated : 2021-09-11
Read more

114. Orasi Xun You

Sekarang Cao Cao seorang perdana menteri, dalam keadaan formal dia tidak boleh duduk di bantal. Cao Cao duduk di kursi kayu berlengan dalam ruang di gedung gubernur Xuchang, sementara yang lain berdiri. Xun You berada di baris kanan paling depan, di belakangnya para pejabat administrasi menanti. Di sisi lain, Cao Hong berdiri paling besar, di belakangnya para Jenderal pengikut Cao Cao sabar menanti rapat krusial yang bakal terjadi. Seorang prajurit berpakaian perang masuk. Debu rontok dari pakaiannya ketika dia bertekuk satu lutut memberi laporan dengan lantang. "Yuan Shao menyerang dengan lima juta pasukan darat dan lima ratus ribu pasukan laut!" Mendengar laporan itu, seluruh peserta rapat berbisik-bisik saling berdiskusi. 
last updateLast Updated : 2021-09-11
Read more

115. Pertempuran Hari Pertama

Pasukan Cao Cao menantang pasukan Yuan Shao. Mereka berbaris di barat, menghadap timur di mana pasukan lawan berada. Sementara Cao Cao berada di antara dua kubu. Di bawah payung besar, dia duduk santai di kursi kayu tanpa kaki. Di hadapannya meja bundar menampung cawan arak dan mangkuk berisi camilan, serta kursi serupa miliknya berdiri kosong. Debu melayang di belakang kuda putih Xiahou Dun yang melesat dari arah barisan pasukan Yuan Shao. Dia berhenti di sebelah Cao Cao. "Dia bersedia bertemu," ucap Xiahou Dun. "Sepupu, apa kamu baik-baik saja sendiri di sini?" "Dia hanya Yuan Shao, buat apa takut? Kembali ke barisan. Beri tahu Cao Hong untuk menjalankan rencana selanjutnya." "Laksanakan!" Xiahou Dun memacu kencang kud
last updateLast Updated : 2021-09-13
Read more

116. Kemelut Kam

Gelak tawa memenuhi tenda utama di kam Cao Cao. Para punggawa pamer berapa banyak musuh yang mereka habisi. Cao Cao memejam, duduk di kursi kayu sambil bersangga pedang di depan. "Sepupu Cao Cao, kenapa diam saja?" tanya Cao Hong. "Idemu sangat hebat mengulur waktu, juga memanfaatkan matahari. Kamu harus berbahagia!"Cao Cao mengangguk. "Hari pertama. Kemenangan besar, bagus. Naga masih utuh. Kita hanya melepas satu sisiknya saja. Jangan ada yang keluar kam, mengerti?"Sekejap semua yang hadir mengangguk kecil. Mereka kembali fokus pada rapat penutup hari. Tiba-tiba seorang prajurit masuk. Dari pakaian serba hitam, dia adalah pasukan penjaga perbatasan. "Lapor, Perdana Menteri, menurut pasukan pengintai, Sun
last updateLast Updated : 2021-09-15
Read more

117. Duel Dua Senjata Biru

Xiahou Dun memacu kuda sambil mengayun golok biru menyerang Yan Liang. Keduanya seimbang. Yang Liang cukup lihai memakai tombak bermata dua, dia selalu mampu menghambat serangan golok tepat waktu, dan menusuk secara berantai setelah itu.Xiahou Dun dan Yan Liang menjaga jarak, keduanya tertawa lepas saling memberi hormat sembari mengatur napas. Keduanya kelelahan."Ternyata ada jendral hebat sepertimu di jajaran punggawa Yuan Shao," ucap Xiahou Dun dengan tulus.Yan Liang terkekeh, menjawab dengan tulus pula. "Terima kasih. Aku juga tidak menyangka bertemu musuh hebat sepertimu."Dua kesatria bersiap untuk melakukan pertarungan ronde kedua. Tiba-tiba kuda merah melesat
last updateLast Updated : 2021-09-15
Read more

118. Pertemuan dengan Saudara

Pertarungan Xiahou Dun dan Guan Yu terhenti ketika Cao Cao menghampiri mereka."Kalian dipihak yang sama, bagaimana kalian menjelaskan pada Kaisar tentang hal ini?" tanya Cao Cao, bergantian memandang dingin kedua petarung.Ujung tajam golok Xiahou Dun mengarah ke Guan Yu. Suaranya terdengar kesal berintonasi tinggi. "Dia membunuh lawanku dengan cara picik! Petarung macam apa dia?"Guan Yu mendengus, menjawab dengan suara bijaksana sambil mengelus jenggot panjangnya. "Di dalam pertempuran tidak ada kalimat picik atau jujur, yang ada hanya menang atau kalah. Perdana Menteri Cao Cao yang menyuruhku mengalahkan Yan Liang, lagi pula aku menolongmu yang terdesak tadi.""Ter
last updateLast Updated : 2021-09-18
Read more

119. Cao Cao dan Guan Yu

"Apa kamu akan pergi ke kam Yuan Sgao dan bergabung dengan mereka?" tanya Cao Cao, dengan nada memelas. "Apa begitu cara kesatria?"Ucapannya menusuk jiwa pahlawan Guan Yu. Dua memejam mengelus jenggot panjang.Cao Cao kembali bicara, "Aku tahu, aku berjanji ketika merekrutmu, ketika menemukan Liu Bei kamu bebas pergi bergabung dengannya. Sekarang keadaan sedang genting, bagaimana kamu tega melakukan hal ini?""Maafkan aku Perdana Menteri."Xiahou Dun di atas kuda menghampiri mereka. "Hmmp! Dia memang tipe orang munafik!" goloknya lurus menantang wajah Guan Yu. "Lihat sendiri, setelah kamu memberinya kuda Lu Bu, harta, jabatan, dia tetap pergi!""Turunkan senjatamu," ucap Cao Cao pada Xiahou Dun, tanpa membuang muka dari Guan
last updateLast Updated : 2021-09-19
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status