Pasukan Cao Cao menantang pasukan Yuan Shao. Mereka berbaris di barat, menghadap timur di mana pasukan lawan berada. Sementara Cao Cao berada di antara dua kubu.
Di bawah payung besar, dia duduk santai di kursi kayu tanpa kaki. Di hadapannya meja bundar menampung cawan arak dan mangkuk berisi camilan, serta kursi serupa miliknya berdiri kosong.
Debu melayang di belakang kuda putih Xiahou Dun yang melesat dari arah barisan pasukan Yuan Shao. Dia berhenti di sebelah Cao Cao.
"Dia bersedia bertemu," ucap Xiahou Dun. "Sepupu, apa kamu baik-baik saja sendiri di sini?"
"Dia hanya Yuan Shao, buat apa takut? Kembali ke barisan. Beri tahu Cao Hong untuk menjalankan rencana selanjutnya."
"Laksanakan!" Xiahou Dun memacu kencang kud
Gelak tawa memenuhi tenda utama di kam Cao Cao. Para punggawa pamer berapa banyak musuh yang mereka habisi.Cao Cao memejam, duduk di kursi kayu sambil bersangga pedang di depan."Sepupu Cao Cao, kenapa diam saja?" tanya Cao Hong. "Idemu sangat hebat mengulur waktu, juga memanfaatkan matahari. Kamu harus berbahagia!"Cao Cao mengangguk. "Hari pertama. Kemenangan besar, bagus. Naga masih utuh. Kita hanya melepas satu sisiknya saja. Jangan ada yang keluar kam, mengerti?"Sekejap semua yang hadir mengangguk kecil. Mereka kembali fokus pada rapat penutup hari.Tiba-tiba seorang prajurit masuk. Dari pakaian serba hitam, dia adalah pasukan penjaga perbatasan. "Lapor, Perdana Menteri, menurut pasukan pengintai, Sun
Xiahou Dun memacu kuda sambil mengayun golok biru menyerang Yan Liang. Keduanya seimbang.Yang Liang cukup lihai memakai tombak bermata dua, dia selalu mampu menghambat serangan golok tepat waktu, dan menusuk secara berantai setelah itu.Xiahou Dun dan Yan Liang menjaga jarak, keduanya tertawa lepas saling memberi hormat sembari mengatur napas. Keduanya kelelahan."Ternyata ada jendral hebat sepertimu di jajaran punggawa Yuan Shao," ucap Xiahou Dun dengan tulus.Yan Liang terkekeh, menjawab dengan tulus pula. "Terima kasih. Aku juga tidak menyangka bertemu musuh hebat sepertimu."Dua kesatria bersiap untuk melakukan pertarungan ronde kedua.Tiba-tiba kuda merah melesat
Pertarungan Xiahou Dun dan Guan Yu terhenti ketika Cao Cao menghampiri mereka."Kalian dipihak yang sama, bagaimana kalian menjelaskan pada Kaisar tentang hal ini?" tanya Cao Cao, bergantian memandang dingin kedua petarung.Ujung tajam golok Xiahou Dun mengarah ke Guan Yu. Suaranya terdengar kesal berintonasi tinggi."Dia membunuh lawanku dengan cara picik! Petarung macam apa dia?"Guan Yu mendengus, menjawab dengan suara bijaksana sambil mengelus jenggot panjangnya."Di dalam pertempuran tidak ada kalimat picik atau jujur, yang ada hanya menang atau kalah. Perdana Menteri Cao Cao yang menyuruhku mengalahkan Yan Liang, lagi pula aku menolongmu yang terdesak tadi.""Ter
"Apa kamu akan pergi ke kam Yuan Sgao dan bergabung dengan mereka?" tanya Cao Cao, dengan nada memelas. "Apa begitu cara kesatria?"Ucapannya menusuk jiwa pahlawan Guan Yu. Dua memejam mengelus jenggot panjang.Cao Cao kembali bicara, "Aku tahu, aku berjanji ketika merekrutmu, ketika menemukan Liu Bei kamu bebas pergi bergabung dengannya. Sekarang keadaan sedang genting, bagaimana kamu tega melakukan hal ini?""Maafkan aku Perdana Menteri."Xiahou Dun di atas kuda menghampiri mereka. "Hmmp! Dia memang tipe orang munafik!" goloknya lurus menantang wajah Guan Yu. "Lihat sendiri, setelah kamu memberinya kuda Lu Bu, harta, jabatan, dia tetap pergi!""Turunkan senjatamu," ucap Cao Cao pada Xiahou Dun, tanpa membuang muka dari Guan
Pantulan rembulan penuh dan bintang-bintang di air danau pecah oleh riak. Suara cipluk terdengar dalam kegelapan.Zhou merangkak keluar danau dengan tubuh basah kuyup, dia terlentang di rerumputan hijau membentang tangan, dada pun kembang kempis.Tadi ketika memakai jurus mata kucing dan tahan napas memerlukan chi yang sangat besar karena dipakai secara kontinu, tidak seperti biasa, Qiu Niu gagal menyalurkan chi pada. Zhou belajar dari kesalahannya dulu, ketika merasa ada yang aneh, dia bergerak cepat ke permukaan."Kenapa … tidak … bisa sampai … dasar?"Bian di dalam tubuh Zhou menjawab, "Aneh, Qiu, bukannya kamu bisa menyalurkan chi pada tubuh Zhou, kenapa sekarang tidak bisa?"Qiu ter
Zhou tak percaya dengan ucapan Werou, begitu juga Bian. Gadis entah berantah aneh, sok tahu akan hal yang mereka tidak ketahui, membuat perut mereka terkocok.Zhou terbahak kencang. "Ah, kamu pasti mengarang."Pipi Werou menggembung, sepertinya jengkel. "Heh, aku tidak bohong! Aku datang kemari dengan persiapan, banyak membaca juga mencari tahu kebenaran dari apa yang kubaca, mengerti?""Baik, info apa lagi yang kamu punya?" selidik Zhou."Banyak, tapi rahasia."Zhou sengaja memancing Werou menumpahkan banyak info. Dia bersila tangan membuang muka sambil nyinyir. "Modusmu bilang rahasia, padahal tidak tahu apa-apa." Bagian hijau giok matanya mengintip ke gadis itu."Dibilang
Dua gadis dalam sangkar menarik perhatian Bian yang menguasai tubuh Zhou. Sebagai Kaisar dia ditakdirkan memiliki banyak cinta, seperti kaisar-kaisar sebelumnya. Berbeda dengan pandangannya pada Lu Xun, gadis cerdas muda yang membuatnya gila, kedua gadis menarik hati Zhou dengan suara guzheng. "Hei, kenapa bengong?" tegur Werou, menyenggol lengan Zhou. "Huu, dasar lelaki, lihat yang mulus saja, langsung ngiler." Zhou menanggapi santai dengan tertawa kecil. Cara bicaranya begitu sopan. "Ayo, lekas cari kursi kosong, aku traktir minum arak." "Wohoo! Arak gratis! Baik Tuan Muda, akan hamba carikan tempat!" Zhou mengamati sekitar. Banyak pemuda kaya, pemuda tampan, k
Yu An duduk bersila bermain guzhen, sementara Yu En berdiri menahan gelembung yang mengelilingi mereka berdua, guzhengnya berdiri seperti tiang rumah. Jurus dua bidadari guzheng. Menggabungkan dua chi dan dua vokal, bicara berirama dan menyerang bersama, pertahanan mereka adalah rasa saling percaya. Dua gadis bicara bergantian, tetap menjaga intonasi indah. Yu An berbicara, "Tampan, jika mau menemui guru kamu harus melawan kami." "Kami test dulu," tambah Yu En. "Jika kami kalah kamu berhak menemui guru kami." "Hadiah." "Jika kamu kalah, kamu harus mengabdi pada kami." "Setuju?