Dua gadis dalam sangkar menarik perhatian Bian yang menguasai tubuh Zhou.
Sebagai Kaisar dia ditakdirkan memiliki banyak cinta, seperti kaisar-kaisar sebelumnya.
Berbeda dengan pandangannya pada Lu Xun, gadis cerdas muda yang membuatnya gila, kedua gadis menarik hati Zhou dengan suara guzheng.
"Hei, kenapa bengong?" tegur Werou, menyenggol lengan Zhou. "Huu, dasar lelaki, lihat yang mulus saja, langsung ngiler."
Zhou menanggapi santai dengan tertawa kecil. Cara bicaranya begitu sopan. "Ayo, lekas cari kursi kosong, aku traktir minum arak."
"Wohoo! Arak gratis! Baik Tuan Muda, akan hamba carikan tempat!"
Zhou mengamati sekitar. Banyak pemuda kaya, pemuda tampan, k
Yu An duduk bersila bermain guzhen, sementara Yu En berdiri menahan gelembung yang mengelilingi mereka berdua, guzhengnya berdiri seperti tiang rumah. Jurus dua bidadari guzheng. Menggabungkan dua chi dan dua vokal, bicara berirama dan menyerang bersama, pertahanan mereka adalah rasa saling percaya. Dua gadis bicara bergantian, tetap menjaga intonasi indah. Yu An berbicara, "Tampan, jika mau menemui guru kamu harus melawan kami." "Kami test dulu," tambah Yu En. "Jika kami kalah kamu berhak menemui guru kami." "Hadiah." "Jika kamu kalah, kamu harus mengabdi pada kami." "Setuju?
Pakaian putih berbalut jubah kuning taois, berlambang ying-yang pada bagian punggung. Pria itu Nu An. Tongkat besar senjata, mengecil. Dia memakai benda kuning itu sebagai tusuk rambut. Aura pendekar membuat dua Yu sunkan juga waspada, menjaga kesopanan di depan senior. "Pendekar, kenapa menyerang kami?" tanya Yu An dengan ketus pada pendekar. "Aku hanya lewat. Melihat pertarungan tidak imbang, sungguh membuat jiwaku meronta. Bagaimana mungkin kalian menyerang seorang pemuda?" "Tuan tidak mengerti. Walau dia sendiri, dalam tubuhnya bersemayang celestia." "Tetap saja kalian pendekar sakti bersenjata guzheng pembunuh, sementara dia hanya memakai suling bambu normal." Yu En kes
Pertempuran utara semakin memanas. Dua kubu saling membunuh.Walau kubu Cao Cao berada di atas angin, dengan nama keluarga Yuan, Yuan Shao merekrut lebih banyak pasukan. Mati satu tumbuh sepuluh. Sebanyak apapun pasukan Cao Cao membabat musuh, keesokan hari mereka datang dengan jumlah yang lebih banyak.Selain itu, ada satu masalah kritis yang membuat kepala Cao Cao mau pecah.Logistik menipis.Cao Cao punya kebiasaan berjalan-jalan di dalam kam dengan memakai pakaian santai seperti prajurit biasa, tentu dia tidak sendiri. Xu Chu menjadi bayangannya yang siap siaga melindungi dari apapun.Dengus seperti kuda Cao Cao membuat Xu Chu gatal tak tahan diam.
Empat hari berlalu. Masalah logistik menyiksa Cao Cao.Dia duduk memandang kosong ke nyala api di tungku luar tenda. Semua cara dia lakukan, bahkan nyaris memicu mutuni pasukan.Dia membaca surat dari Xun You sekali lagi.(Maju, demi Han majulah. Mundur hanya membuatmu menjadi tikus dalam lubang, menanti kematian. Maju, jika gagal, bawa Yuan Shao bersamamu ke neraka.)Dia melempar surat rajutan bambu ke lantai. Yang dia butuhkan hanya saran dari Xun You untuk mundur, sehingga kelak jika sejarah menghujat karena dia mundur, dia punya kambing hitam sebagai tumbal.Tiba-tiba kepalanya sakit. Dia berbaring ke lantai. "Pengawal … pengawal! Mana obatku?"
Cao Cao berpikir cukup lama hingga jatuh pada spekulasi. "Ini hanya mimpi. Ya, pasti mimpi. Ketika aku bangun, semua akan kembali normal."Quan Long terkekeh. Telapak tangan yang berdarah belum turun dari tadi, menanti jabat tangan.Dia menjawab dengan serius. "Kamu benar, ini memang mimpi. Mimpi buatanku. Akan tetapi jika kamu mengikat kontrak denganku, ketika kamu terbangun dari mimpi, kamu akan menemukan jalan keluar mengalahkan Yuan Shao."Cao Cao tidak ingin terburu-buru. "Kenapa aku? Kenapa kamu tidak menolong Yuan Shao?"Quan Long terbahak. Tangannya turun. "Alasannya mudah, coba tebak, apa yang kamu miliki sementara Yuan Shao tidak?"Cao Cao berpikir keras, melangkah sambil menebak-nebak memakai kalimat Xun You
Siang hari para punggawa Cao Cao berkumpul di tenda utama. Mereka menanti rencana selanjutnya Cao Cao. Mereka tak mengenal Quan Long yang mengaku sebagai Ziyuan. Pemuda itu berdiri di belakang Cao Cao dengan percaya diri. Cao Hong gatal menyimpan pertanyaan, pada akhirnya buka suara. "Sepupuku, siapa pria di belakangmu itu?" "Ziyuan." Cao Cao memperkenalkannya pada semua yang hadir. "Dia sahabatku yang bisa dipercaya. Mulai sekarang dia menjadi penjaga keduaku setelah Xu Chu. Baiklah, jika semua sudah berkumpul kita mulai rapat membahas rencana pertempuran." Sebelum rapat mulai Cheng Yu kembali dari perjalanan jauh. Dia terkekeh masuk ke tenda utama tanpa ijin, membuat para punggawa bersiap mencabut pedang. "Haiya, kalia
Berselimut malam gelap Cao Cao berhasil menyelinap keluar dari kam bersama lima ratus pasukan elit harimau. Xiahou Dun dan Xiahou Yuan, bersama Xu Chu juga Ziyuan menyertainya. Nyala obor dari kam Yuan Shao menjadi petunjuk jalan mereka untuk memutar.Target Cao Cao adalah Guan Du, tempat penyimpanan logistik pasukan musuh. Sengaja dia mendandani pasukan harimau dengan memakai pakaian perang milik pasukan Yuan Shao, untuk memberi kesan jika mereka hanya pasukan patroli biasa.“Aku tidak yakin dengan rencana ini, sepupuku,” ucap Xiahou Yuan. “Walau kita berdandan seperti mereka, tapi kita tidak tahu kode rahasia mereka, kan?”“Tidak masalah,” ucap Cao Cao. “Yang penting bisa masuk ke Guan Du, semua akan baik-baik saja.”Begitu percaya diri Cao Cao bahkan sengaja mendatangi pos pemeriksaan dekat kam yang dijaga pasukan infanteri Yuan Shao.Para pasukan infanteri itu tidak menyetop mereka hanya karena be
Zhang He maju sendiri. Jenderal berparas tampan dengan raut wajah cantik menandingi wanita mengacung pedang ke wajah Xiahou Dun, sambil berteriak, “Pasukan mana kalian?”Cao Cao paham benar temperamen sepupunya. Xiahou Dun pasti tersulut diperlakukan seperti itu. Dia pasti akan menyerang. Sebelum terlambat, dia memacu kuda maju untuk menjawab, “Kami pasukan Chu Nyuqiong. Jenderal telah wafat mempertahankan Kam Guan Du. Mohon maaf, tapi kami dalam misi mengejar Cao Cao—“Di luar dugaan Zhang He malah marah. “Hmmp! Sudah kubilang pada Yuan Shao, jangan menaruh logistik di satu tempat saja, tapi lihat, dia terlalu keras kepala untuk mendengar ucapanku!”Cao Cao mencium rasa ketidaksukaan Zhang He pada Yuan Shao, dia berpikir kelak bisa memanfaatkan hal ini.Terlebih dari itu, dia juga mengendus rasa kesatria murni dalam jiwa Zhang He, ketika pemuda itu memerintahkan, “Kalian pergi lah, kejar Perdana Menteri. Ya