Cao Cao berpikir cukup lama hingga jatuh pada spekulasi. "Ini hanya mimpi. Ya, pasti mimpi. Ketika aku bangun, semua akan kembali normal."
Quan Long terkekeh. Telapak tangan yang berdarah belum turun dari tadi, menanti jabat tangan.
Dia menjawab dengan serius. "Kamu benar, ini memang mimpi. Mimpi buatanku. Akan tetapi jika kamu mengikat kontrak denganku, ketika kamu terbangun dari mimpi, kamu akan menemukan jalan keluar mengalahkan Yuan Shao."
Cao Cao tidak ingin terburu-buru. "Kenapa aku? Kenapa kamu tidak menolong Yuan Shao?"
Quan Long terbahak. Tangannya turun. "Alasannya mudah, coba tebak, apa yang kamu miliki sementara Yuan Shao tidak?"
Cao Cao berpikir keras, melangkah sambil menebak-nebak memakai kalimat Xun You
Siang hari para punggawa Cao Cao berkumpul di tenda utama. Mereka menanti rencana selanjutnya Cao Cao. Mereka tak mengenal Quan Long yang mengaku sebagai Ziyuan. Pemuda itu berdiri di belakang Cao Cao dengan percaya diri. Cao Hong gatal menyimpan pertanyaan, pada akhirnya buka suara. "Sepupuku, siapa pria di belakangmu itu?" "Ziyuan." Cao Cao memperkenalkannya pada semua yang hadir. "Dia sahabatku yang bisa dipercaya. Mulai sekarang dia menjadi penjaga keduaku setelah Xu Chu. Baiklah, jika semua sudah berkumpul kita mulai rapat membahas rencana pertempuran." Sebelum rapat mulai Cheng Yu kembali dari perjalanan jauh. Dia terkekeh masuk ke tenda utama tanpa ijin, membuat para punggawa bersiap mencabut pedang. "Haiya, kalia
Berselimut malam gelap Cao Cao berhasil menyelinap keluar dari kam bersama lima ratus pasukan elit harimau. Xiahou Dun dan Xiahou Yuan, bersama Xu Chu juga Ziyuan menyertainya. Nyala obor dari kam Yuan Shao menjadi petunjuk jalan mereka untuk memutar.Target Cao Cao adalah Guan Du, tempat penyimpanan logistik pasukan musuh. Sengaja dia mendandani pasukan harimau dengan memakai pakaian perang milik pasukan Yuan Shao, untuk memberi kesan jika mereka hanya pasukan patroli biasa.“Aku tidak yakin dengan rencana ini, sepupuku,” ucap Xiahou Yuan. “Walau kita berdandan seperti mereka, tapi kita tidak tahu kode rahasia mereka, kan?”“Tidak masalah,” ucap Cao Cao. “Yang penting bisa masuk ke Guan Du, semua akan baik-baik saja.”Begitu percaya diri Cao Cao bahkan sengaja mendatangi pos pemeriksaan dekat kam yang dijaga pasukan infanteri Yuan Shao.Para pasukan infanteri itu tidak menyetop mereka hanya karena be
Zhang He maju sendiri. Jenderal berparas tampan dengan raut wajah cantik menandingi wanita mengacung pedang ke wajah Xiahou Dun, sambil berteriak, “Pasukan mana kalian?”Cao Cao paham benar temperamen sepupunya. Xiahou Dun pasti tersulut diperlakukan seperti itu. Dia pasti akan menyerang. Sebelum terlambat, dia memacu kuda maju untuk menjawab, “Kami pasukan Chu Nyuqiong. Jenderal telah wafat mempertahankan Kam Guan Du. Mohon maaf, tapi kami dalam misi mengejar Cao Cao—“Di luar dugaan Zhang He malah marah. “Hmmp! Sudah kubilang pada Yuan Shao, jangan menaruh logistik di satu tempat saja, tapi lihat, dia terlalu keras kepala untuk mendengar ucapanku!”Cao Cao mencium rasa ketidaksukaan Zhang He pada Yuan Shao, dia berpikir kelak bisa memanfaatkan hal ini.Terlebih dari itu, dia juga mengendus rasa kesatria murni dalam jiwa Zhang He, ketika pemuda itu memerintahkan, “Kalian pergi lah, kejar Perdana Menteri. Ya
Zhou terbangun di atas dipan luas tanpa busana dalam ruang megah. Di sebelahnya, entah Yu An atau Yu En, merangkul mesra masih terlelap.Kaisar tadi malam bercinta dengan hebat, membuat dua gadis kewalahan.Zhou bergegas memakai pakaian pergi keluar kamar. Banyak dayang memberi salam kepadanya. Mereka membawa nampan berisi makanan dana arak."Hei, kalian lihat Yu An?""Loh, Nona ada di kamar bersama Anda."Zhou mengangguk mengerti. "Kalau begitu di mana Yu En?""Sedang mandi di kolam belakang. Maaf Tuan muda, kami permisi, masih harus menyiapkan sarapan untuk Tuan dan Nona." Para dayang pergi dengan senyum yang terdengar aneh.
Di dunia bawah sadar, Bian bicara serius dengan naga centil.Qiu menutup telunga, menggeleng. "Pokoknya tidak mau! Kalian kenapa ingin aku pergi? Aku salah apa?"Bian pindah dari belakang ke depan Qiu Niu. "Ini demi pedang itu, Qiu. Kamu dengar sendiri, kita tidak bisa masuk selama ada celestia."Qiu berbalik badan, menggeleng lagi. "Tidak tidak tidak!"Tingkahnya seperti bocah, padahal umur gadis naga lebih dari dua ratus tahun.Bian menghela napas panjang saking sebalnya. Untuk bisa mengusir Qiu, dia harus berpikir seperti Qiu.Dia mendengus, berbalik badan melipat tangan ke depan dada. "Baiklah, kamu bisa tinggal di sini, tapi aku tidak akan mau bicara padamu, selamanya."
Zhou bersikukuh melindungi Qiu Niu, karena dia sahabatnya. Selagi menahan dua kakek, dia memberi kode lirikan supaya naga itu kabur.Sepertinya serangan Kakek membuatnya tidak bisa bertransformasi menjadi naga. Ketika dia hendak melayang, senae mengikat kakinya."Mau kabur ke mana Nona Celestia, kamu tidak bisa lari," ucap Yu An."Mati, kamu!" Senar guzheng Yu En mencambuk Qiu Niu sampai pakaian di bagian punggung robek dan kulit berdarah."Ampun, ampun!" Qiu Niu merangkak mengais tanah, setiap hentakan senar tiba di kulit, dia mengerang kesakitan.Melihat hal ini hati Zhou tersakiti, konsentrasinya pecah. "Hentikan!"Dua Kakek menendang Zhou hingga dia terpental. Sekarang mereka
Melihat Qiu tersiksa, baik Bian dan Zhou memiliki pandangan sendiri, seperti melihat koin yang sama dari dua sudut.Bian dalam tubuh Zhou tidak percaya dengan bunga yang bisa tumbuh tanpa tanah, begitu pula dia tak percaya pada ucapan Qiu Niu. Bertahun-tahun mereka bersama, tapi ternyata naga hanya melakukan semua ini demi misi memata-matai. Terlalu banyak pengkhianatan di hidup Bian, terlalu sakit hatinya menerima pengkhianatan lagi. Untuk itu dia diam tanpa memberi anjuran apapun.Sementara Zhou sendiri percaya bunga bisa tumbuh tanpa tanah. Dia pernah melihat bunga tumbuh dalam batok kelapa, memanfaatkan serabut kelapa. Ayahnya yang melakukan itu dulu. Kehidupan Zhou penuh kisah kasih keluarga dan memaafkan adalah ajaran mendiang Ibu pada kehidupan. Maka dia percaya dengan Qiu Niu, naga itu menolong mereka … bahkan nyawa mereka bisa melayang tanpa Qiu
Bian menguasai tubuh Zhou. Dia mencari Qiu di setiap pelosok rumah, tapi gagal. Bahkan aroma tubuh khas-nya tak terendus.Dia menghampiri para pelayan, bertanya, "Apa kalian melihat naga?"Mereka menutup tawa kecil. Salah satu menjawab, "Naga apa Tuan muda?""Apa mungkin lukisan naga--"Zhou menyela dengan menggeleng." Bukan, tapi naga bernama Qiu Niu, dia gadis bertanduk--"Tingkah Zhou yang tangannya membentuk tanduk di kepala menbuat para pelayan tertawa. Tentu wajahnya memerah karena tak ada niat melawak.Dia berdehem mengibas tangan, "Baiklah, kalian boleh pergi."Para pelayan pergi, tapi suara tawa kecil mereka masih terden
Cao Cao dan para punggawa berada di kota Ba. Mereka berkumpul guna menyelidiki surat-surat rahasia Yuan Shao yang ditujukan pada teman-temannya di daerah kekuasaan Cao Cao. Cukup banyak surat-surat sampai dua hari menyita perhatian Cao Cao, menetap di ruang baca. "Apa yang hendak sepupu lakukan dengan semua surat-surat?" tanya Cao Hong, memberanikan diri setelah menanti begitu lama, sampai kakinya pegal. Cao Cao menghela nafas panjang membaca satu surat, lalu dia terkekeh. "Yuan Shao, Dong Cheng, Liu Bei, Sun Ce, Ma Teng, Liu Zhang, Liu Biao, King Ring, Meng Tian, Meng Huo, Zhang Reng. Mereka bersumpah setia pada Kaisar untuk membunuhku." Dia terkekeh hingga terlentang di bantal. "Haiya, jadi surat ini yang membuat Yuan Shao berani menantangku, Perdana Menteri Han?"
Nu An dan pengikutnya malam ini sibuk dengan kegiatan merawat korban perang.Pelarian pasukan Yuan Shao banyak yang singgah di pertigaan Hubei, pertigaan antara kota Ye, Beihai, dan kota Ba.Bisa dibilang pertigaan Hubei menjadi tempat paling netral dari politik juga peperangan di seantero Han saat ini.Semua karena nama besar Nu An membuat pasukan Cao Cao sungkan hendak menyerang, terlebih bukan hanya pelarian pasukan Yuan Shao yang dia tolong, tapi juga beberapa pasukan Cao Cao yang terluka pun dirawat di sana.Ha Nif berlari dari arah hutan dengan raut wajah panik. "Guru, Guru Nuan!"Nu An sedang menjahit luka tebas di badan salah satu pasukan Yuan Shao, dia fokus pada pekerjaan tak mengindahkan muridnya itu.&n
Sementara itu di pelabuhan Yang Feng, pelabuhan dekat kota Ye, puluhan kapal besar berlabuh dikawal ratusan kapal kecil dan ribuan sampan. Cahaya obor mewarnai sungai kuning di malam hari, mempertontonkan bendera Cao Cao yang berkibar di masing-masing kapal. Semua warga berkumpul di depan rumah masing-masing, menunjuk-nunjuk ribuan prajurit yang berbaris menuju utara. Para warga mulai berbisik. "Wah, bukankah Cao Cao telah mengalahkan Yuan Shao, kenapa pasukan mereka masih siaga seperti ini?" "Haiya, Perdana Menteri mungkin ingin menghabisi seluruh penduduk utara karena mendukung Yuan Shao." Mereka berhenti bicara ketika Quan Long bersama beberapa jendral berkuda
Ini ucapan pertama Liu Bang setelah beberapa jam berdiam diri."Baik, selamatkan rakyat dari tirani adalah hal terpenting."Zhou lega, mengetahui Liu Bang orang baik. Namun, dia sadar, pasti sulit mengucapkan tirani pada sesuatu yang dia bangun sepenuh jiwa dulu. Sesuatu yang diyakini berbeda dari dinasti sebelumnya.Liu Bang berbalik menghadap Zhou. Lagi-lagi dia memberi raut wajah yang serius. "Aku merasakan dua tenaga dalam dirimu. Katakan, apa kalian melakukan transfer ruh?"Zhou mengangguk."Kenapa? Siapa yang kehilangan badan?"Zhou menceritakan apa yang terjadi pada Liu Bang karena percaya buyut Liu Bian tidak memiliki niat jahat kepadanya.
Liu Bang masih terpukul. Kedua telapak tangannya menekan dua sisi pelipis, memandang pantulan wajah di jernih air danau."Bian, bagaimana ini?" tanya Zhou dalam tubuh Bian. "Cepat selidiki, sebenarnya apa yang terjadi."Tanpa disuruh pun Bian ingin bertanya, hanya saja dia menanti saat yang tepat, melihat kondisi pemuda itu membuatnya sungkan untuk mendesak.Liu Bang tertawa histeris menggeleng cepat. "Dewa naga sialan, dia benar-benar berhasil membuat danau rembulan!"Dia berbalik mencengkram kedua lengan Zhou. "Kamu berhasil masuk, berarti kamu keturunanku. Katakan, keturunan ke berapa dan bagaimana keadaan di luar sana?""A-aku keturunan ke-13. Keadaan di luar kacau balau. Setelah nyaris empat ratus tahun Han berdiri
Pertukaran terjadi. Sekarang Bian memegang kendali tubuh Zhou.Dia berdiri membawa obor abadi, mengamati kemegahan dinding batu raksasa berlumut dengan seksama. Sesekali dia meraba-raba dinding berharap menemukan keajaiban seperti tempo hari, di mana dia tidak sengaja menekan tombol rahasia yang membuat pintu terbuka.Sambil memakan biji padi dia duduk bersila mengamati pintu raksasa berhias tanaman hijau memanjang bak tirai."Zhou, menurutmu bagaimana?" tanya Bian.Tidak ada jawaban dari sahabat di dalam alam bawah sadar."Hei, bantu berpikir.""Ah berisik, aku sedang menikmati arak!"Bian menghela napas panjang. Terkadang
Pertukaran kuasa atas tubuh terjadi seperti biasa. Keduanya silih berganti, menahan lapar juga haus. Zhou duduk bersila kaki menggaruk kepala seperti kera kutuan walau tidak gatal. Entah berapa lama dia menunggu sampai kuku memanjang, pipi cekung, bibir pecah-pecah. Rupa Zhou seperti mayat hidup. Hingga detik ini dia sabar menanti. Dengan nada panjang yang malas, dia bertanya, "Bian, bagaimana sekarang? Sudah ketemu belum jalan keluarnya?" Dalam alam bawah sadar Bian menjawab, "Ikuti sumber kehidupan menuju kehidupan. Haiya … apa maksudnya coba?" Zhou berdecak sebal, selalu pertanyaan yang sama, selalu kalimat yang sama. Dia tak pernah akur dengan puisi, bagaimana mungkin bisa mengerti?
Zhou menghindari serangan musuh tanpa melepas batu besi inti bumi yang meluncur menuju dasar danau. Keduanya tercengang ketika melihat sosok musuh. Mereka pernah bertemu sosok manusia ikan ketika pertama kali bertemu dengan Qiu Niu, dalam dunia bawah sadar. Namun, baru kali ini mereka berhadapan dengan para manusia ikan di dalam air. Gerakan mereka seperti ikan koi menyerang capung. Senjata tombak spatula bermata tiga begitu tajam juga bercahaya terang. Mereka memakai senjata dengan cara menyodok. Selama perjalanan Zhou hanya bisa menghindar. Gerak badannya lambat di dalam air, membuat menghindari serangan sangat susah. Zhou masuk ke dalam gelembung kasat m
Sementara itu di tepi danau rembulan, Zhou belum juga masuk ke dalam danau."Kakek, sekarang apa?" tanya Bian yang menguasai tubuh Zhou.Dua Kakek terkekeh. Kakek putih mengayun tangan, memberi kode para dayang untuk menaruh kendi raksasa ke tepi danau rembulan.Yu An dan Yu En datang membawa kayu pipih besar, juga cairan aneh dalam kendi berukuran sedang."Kakak tenang saja," jawab Yu An, senyumnya mampu membuat Zhou sedikit rileks.Jika gadis kalem menyuruhnya tenang, bukankah berarti semua baik-baik saja?Yu An menuang cairan itu ke dalam kendi berisi air, lalu Yu En dan Kakek mengaduk perlahan memakai kayu pipih.Aroma sabun