Empat hari berlalu. Masalah logistik menyiksa Cao Cao.
Dia duduk memandang kosong ke nyala api di tungku luar tenda. Semua cara dia lakukan, bahkan nyaris memicu mutuni pasukan.
Dia membaca surat dari Xun You sekali lagi.
(Maju, demi Han majulah. Mundur hanya membuatmu menjadi tikus dalam lubang, menanti kematian. Maju, jika gagal, bawa Yuan Shao bersamamu ke neraka.)
Dia melempar surat rajutan bambu ke lantai. Yang dia butuhkan hanya saran dari Xun You untuk mundur, sehingga kelak jika sejarah menghujat karena dia mundur, dia punya kambing hitam sebagai tumbal.
Tiba-tiba kepalanya sakit. Dia berbaring ke lantai. "Pengawal … pengawal! Mana obatku?"
Cao Cao berpikir cukup lama hingga jatuh pada spekulasi. "Ini hanya mimpi. Ya, pasti mimpi. Ketika aku bangun, semua akan kembali normal."Quan Long terkekeh. Telapak tangan yang berdarah belum turun dari tadi, menanti jabat tangan.Dia menjawab dengan serius. "Kamu benar, ini memang mimpi. Mimpi buatanku. Akan tetapi jika kamu mengikat kontrak denganku, ketika kamu terbangun dari mimpi, kamu akan menemukan jalan keluar mengalahkan Yuan Shao."Cao Cao tidak ingin terburu-buru. "Kenapa aku? Kenapa kamu tidak menolong Yuan Shao?"Quan Long terbahak. Tangannya turun. "Alasannya mudah, coba tebak, apa yang kamu miliki sementara Yuan Shao tidak?"Cao Cao berpikir keras, melangkah sambil menebak-nebak memakai kalimat Xun You
Siang hari para punggawa Cao Cao berkumpul di tenda utama. Mereka menanti rencana selanjutnya Cao Cao. Mereka tak mengenal Quan Long yang mengaku sebagai Ziyuan. Pemuda itu berdiri di belakang Cao Cao dengan percaya diri. Cao Hong gatal menyimpan pertanyaan, pada akhirnya buka suara. "Sepupuku, siapa pria di belakangmu itu?" "Ziyuan." Cao Cao memperkenalkannya pada semua yang hadir. "Dia sahabatku yang bisa dipercaya. Mulai sekarang dia menjadi penjaga keduaku setelah Xu Chu. Baiklah, jika semua sudah berkumpul kita mulai rapat membahas rencana pertempuran." Sebelum rapat mulai Cheng Yu kembali dari perjalanan jauh. Dia terkekeh masuk ke tenda utama tanpa ijin, membuat para punggawa bersiap mencabut pedang. "Haiya, kalia
Berselimut malam gelap Cao Cao berhasil menyelinap keluar dari kam bersama lima ratus pasukan elit harimau. Xiahou Dun dan Xiahou Yuan, bersama Xu Chu juga Ziyuan menyertainya. Nyala obor dari kam Yuan Shao menjadi petunjuk jalan mereka untuk memutar.Target Cao Cao adalah Guan Du, tempat penyimpanan logistik pasukan musuh. Sengaja dia mendandani pasukan harimau dengan memakai pakaian perang milik pasukan Yuan Shao, untuk memberi kesan jika mereka hanya pasukan patroli biasa.“Aku tidak yakin dengan rencana ini, sepupuku,” ucap Xiahou Yuan. “Walau kita berdandan seperti mereka, tapi kita tidak tahu kode rahasia mereka, kan?”“Tidak masalah,” ucap Cao Cao. “Yang penting bisa masuk ke Guan Du, semua akan baik-baik saja.”Begitu percaya diri Cao Cao bahkan sengaja mendatangi pos pemeriksaan dekat kam yang dijaga pasukan infanteri Yuan Shao.Para pasukan infanteri itu tidak menyetop mereka hanya karena be
Zhang He maju sendiri. Jenderal berparas tampan dengan raut wajah cantik menandingi wanita mengacung pedang ke wajah Xiahou Dun, sambil berteriak, “Pasukan mana kalian?”Cao Cao paham benar temperamen sepupunya. Xiahou Dun pasti tersulut diperlakukan seperti itu. Dia pasti akan menyerang. Sebelum terlambat, dia memacu kuda maju untuk menjawab, “Kami pasukan Chu Nyuqiong. Jenderal telah wafat mempertahankan Kam Guan Du. Mohon maaf, tapi kami dalam misi mengejar Cao Cao—“Di luar dugaan Zhang He malah marah. “Hmmp! Sudah kubilang pada Yuan Shao, jangan menaruh logistik di satu tempat saja, tapi lihat, dia terlalu keras kepala untuk mendengar ucapanku!”Cao Cao mencium rasa ketidaksukaan Zhang He pada Yuan Shao, dia berpikir kelak bisa memanfaatkan hal ini.Terlebih dari itu, dia juga mengendus rasa kesatria murni dalam jiwa Zhang He, ketika pemuda itu memerintahkan, “Kalian pergi lah, kejar Perdana Menteri. Ya
Zhou terbangun di atas dipan luas tanpa busana dalam ruang megah. Di sebelahnya, entah Yu An atau Yu En, merangkul mesra masih terlelap.Kaisar tadi malam bercinta dengan hebat, membuat dua gadis kewalahan.Zhou bergegas memakai pakaian pergi keluar kamar. Banyak dayang memberi salam kepadanya. Mereka membawa nampan berisi makanan dana arak."Hei, kalian lihat Yu An?""Loh, Nona ada di kamar bersama Anda."Zhou mengangguk mengerti. "Kalau begitu di mana Yu En?""Sedang mandi di kolam belakang. Maaf Tuan muda, kami permisi, masih harus menyiapkan sarapan untuk Tuan dan Nona." Para dayang pergi dengan senyum yang terdengar aneh.
Di dunia bawah sadar, Bian bicara serius dengan naga centil.Qiu menutup telunga, menggeleng. "Pokoknya tidak mau! Kalian kenapa ingin aku pergi? Aku salah apa?"Bian pindah dari belakang ke depan Qiu Niu. "Ini demi pedang itu, Qiu. Kamu dengar sendiri, kita tidak bisa masuk selama ada celestia."Qiu berbalik badan, menggeleng lagi. "Tidak tidak tidak!"Tingkahnya seperti bocah, padahal umur gadis naga lebih dari dua ratus tahun.Bian menghela napas panjang saking sebalnya. Untuk bisa mengusir Qiu, dia harus berpikir seperti Qiu.Dia mendengus, berbalik badan melipat tangan ke depan dada. "Baiklah, kamu bisa tinggal di sini, tapi aku tidak akan mau bicara padamu, selamanya."
Zhou bersikukuh melindungi Qiu Niu, karena dia sahabatnya. Selagi menahan dua kakek, dia memberi kode lirikan supaya naga itu kabur.Sepertinya serangan Kakek membuatnya tidak bisa bertransformasi menjadi naga. Ketika dia hendak melayang, senae mengikat kakinya."Mau kabur ke mana Nona Celestia, kamu tidak bisa lari," ucap Yu An."Mati, kamu!" Senar guzheng Yu En mencambuk Qiu Niu sampai pakaian di bagian punggung robek dan kulit berdarah."Ampun, ampun!" Qiu Niu merangkak mengais tanah, setiap hentakan senar tiba di kulit, dia mengerang kesakitan.Melihat hal ini hati Zhou tersakiti, konsentrasinya pecah. "Hentikan!"Dua Kakek menendang Zhou hingga dia terpental. Sekarang mereka
Melihat Qiu tersiksa, baik Bian dan Zhou memiliki pandangan sendiri, seperti melihat koin yang sama dari dua sudut.Bian dalam tubuh Zhou tidak percaya dengan bunga yang bisa tumbuh tanpa tanah, begitu pula dia tak percaya pada ucapan Qiu Niu. Bertahun-tahun mereka bersama, tapi ternyata naga hanya melakukan semua ini demi misi memata-matai. Terlalu banyak pengkhianatan di hidup Bian, terlalu sakit hatinya menerima pengkhianatan lagi. Untuk itu dia diam tanpa memberi anjuran apapun.Sementara Zhou sendiri percaya bunga bisa tumbuh tanpa tanah. Dia pernah melihat bunga tumbuh dalam batok kelapa, memanfaatkan serabut kelapa. Ayahnya yang melakukan itu dulu. Kehidupan Zhou penuh kisah kasih keluarga dan memaafkan adalah ajaran mendiang Ibu pada kehidupan. Maka dia percaya dengan Qiu Niu, naga itu menolong mereka … bahkan nyawa mereka bisa melayang tanpa Qiu