Keadaan di dataran Han semakin mencemaskan. Para jendral saling membunuh demi tanah kekuasaan, rakyat menjadi korban.
Setelah Lu Bu diusir dari kota Puyang, dia bergabung dengan Liu Bei, lalu mengkhianati Liu Bei dan mengusirnya dari Xiao Pei.
Liu Bei bergabung dengan Cao Cao dan berhasil mengalahkan Lu Bu. Seluruh pengikut Lu Bu tewas, kecuali Zhang Liao yang direkrut oleh Cao Cao.
Dalam ekspedisi Cao Cao ke kota Wan sebuah insiden terjadi. Jia Xu menyerah mengadakan pesta. Cao Cao meniduri bibi Jia Xu, membuatnya marah dan menyergap Cao Cao beserta beberapa punggawa.
Dalam insiden, Cao Ang dan Dian Wei tewas demi menolong Cao Cao yang terjebak di kota. Setelah selamat, Cao Cao balas dendam membabat habis seluruh penduduk Wan juga memenggal seluruh keluarga Jia Xu.
Sekarang Cao Cao seorang perdana menteri, dalam keadaan formal dia tidak boleh duduk di bantal. Cao Cao duduk di kursi kayu berlengan dalam ruang di gedung gubernur Xuchang, sementara yang lain berdiri. Xun You berada di baris kanan paling depan, di belakangnya para pejabat administrasi menanti. Di sisi lain, Cao Hong berdiri paling besar, di belakangnya para Jenderal pengikut Cao Cao sabar menanti rapat krusial yang bakal terjadi. Seorang prajurit berpakaian perang masuk. Debu rontok dari pakaiannya ketika dia bertekuk satu lutut memberi laporan dengan lantang. "Yuan Shao menyerang dengan lima juta pasukan darat dan lima ratus ribu pasukan laut!" Mendengar laporan itu, seluruh peserta rapat berbisik-bisik saling berdiskusi.
Pasukan Cao Cao menantang pasukan Yuan Shao. Mereka berbaris di barat, menghadap timur di mana pasukan lawan berada. Sementara Cao Cao berada di antara dua kubu. Di bawah payung besar, dia duduk santai di kursi kayu tanpa kaki. Di hadapannya meja bundar menampung cawan arak dan mangkuk berisi camilan, serta kursi serupa miliknya berdiri kosong. Debu melayang di belakang kuda putih Xiahou Dun yang melesat dari arah barisan pasukan Yuan Shao. Dia berhenti di sebelah Cao Cao. "Dia bersedia bertemu," ucap Xiahou Dun. "Sepupu, apa kamu baik-baik saja sendiri di sini?" "Dia hanya Yuan Shao, buat apa takut? Kembali ke barisan. Beri tahu Cao Hong untuk menjalankan rencana selanjutnya." "Laksanakan!" Xiahou Dun memacu kencang kud
Gelak tawa memenuhi tenda utama di kam Cao Cao. Para punggawa pamer berapa banyak musuh yang mereka habisi.Cao Cao memejam, duduk di kursi kayu sambil bersangga pedang di depan."Sepupu Cao Cao, kenapa diam saja?" tanya Cao Hong. "Idemu sangat hebat mengulur waktu, juga memanfaatkan matahari. Kamu harus berbahagia!"Cao Cao mengangguk. "Hari pertama. Kemenangan besar, bagus. Naga masih utuh. Kita hanya melepas satu sisiknya saja. Jangan ada yang keluar kam, mengerti?"Sekejap semua yang hadir mengangguk kecil. Mereka kembali fokus pada rapat penutup hari.Tiba-tiba seorang prajurit masuk. Dari pakaian serba hitam, dia adalah pasukan penjaga perbatasan. "Lapor, Perdana Menteri, menurut pasukan pengintai, Sun
Xiahou Dun memacu kuda sambil mengayun golok biru menyerang Yan Liang. Keduanya seimbang.Yang Liang cukup lihai memakai tombak bermata dua, dia selalu mampu menghambat serangan golok tepat waktu, dan menusuk secara berantai setelah itu.Xiahou Dun dan Yan Liang menjaga jarak, keduanya tertawa lepas saling memberi hormat sembari mengatur napas. Keduanya kelelahan."Ternyata ada jendral hebat sepertimu di jajaran punggawa Yuan Shao," ucap Xiahou Dun dengan tulus.Yan Liang terkekeh, menjawab dengan tulus pula. "Terima kasih. Aku juga tidak menyangka bertemu musuh hebat sepertimu."Dua kesatria bersiap untuk melakukan pertarungan ronde kedua.Tiba-tiba kuda merah melesat
Pertarungan Xiahou Dun dan Guan Yu terhenti ketika Cao Cao menghampiri mereka."Kalian dipihak yang sama, bagaimana kalian menjelaskan pada Kaisar tentang hal ini?" tanya Cao Cao, bergantian memandang dingin kedua petarung.Ujung tajam golok Xiahou Dun mengarah ke Guan Yu. Suaranya terdengar kesal berintonasi tinggi."Dia membunuh lawanku dengan cara picik! Petarung macam apa dia?"Guan Yu mendengus, menjawab dengan suara bijaksana sambil mengelus jenggot panjangnya."Di dalam pertempuran tidak ada kalimat picik atau jujur, yang ada hanya menang atau kalah. Perdana Menteri Cao Cao yang menyuruhku mengalahkan Yan Liang, lagi pula aku menolongmu yang terdesak tadi.""Ter
"Apa kamu akan pergi ke kam Yuan Sgao dan bergabung dengan mereka?" tanya Cao Cao, dengan nada memelas. "Apa begitu cara kesatria?"Ucapannya menusuk jiwa pahlawan Guan Yu. Dua memejam mengelus jenggot panjang.Cao Cao kembali bicara, "Aku tahu, aku berjanji ketika merekrutmu, ketika menemukan Liu Bei kamu bebas pergi bergabung dengannya. Sekarang keadaan sedang genting, bagaimana kamu tega melakukan hal ini?""Maafkan aku Perdana Menteri."Xiahou Dun di atas kuda menghampiri mereka. "Hmmp! Dia memang tipe orang munafik!" goloknya lurus menantang wajah Guan Yu. "Lihat sendiri, setelah kamu memberinya kuda Lu Bu, harta, jabatan, dia tetap pergi!""Turunkan senjatamu," ucap Cao Cao pada Xiahou Dun, tanpa membuang muka dari Guan
Pantulan rembulan penuh dan bintang-bintang di air danau pecah oleh riak. Suara cipluk terdengar dalam kegelapan.Zhou merangkak keluar danau dengan tubuh basah kuyup, dia terlentang di rerumputan hijau membentang tangan, dada pun kembang kempis.Tadi ketika memakai jurus mata kucing dan tahan napas memerlukan chi yang sangat besar karena dipakai secara kontinu, tidak seperti biasa, Qiu Niu gagal menyalurkan chi pada. Zhou belajar dari kesalahannya dulu, ketika merasa ada yang aneh, dia bergerak cepat ke permukaan."Kenapa … tidak … bisa sampai … dasar?"Bian di dalam tubuh Zhou menjawab, "Aneh, Qiu, bukannya kamu bisa menyalurkan chi pada tubuh Zhou, kenapa sekarang tidak bisa?"Qiu ter
Zhou tak percaya dengan ucapan Werou, begitu juga Bian. Gadis entah berantah aneh, sok tahu akan hal yang mereka tidak ketahui, membuat perut mereka terkocok.Zhou terbahak kencang. "Ah, kamu pasti mengarang."Pipi Werou menggembung, sepertinya jengkel. "Heh, aku tidak bohong! Aku datang kemari dengan persiapan, banyak membaca juga mencari tahu kebenaran dari apa yang kubaca, mengerti?""Baik, info apa lagi yang kamu punya?" selidik Zhou."Banyak, tapi rahasia."Zhou sengaja memancing Werou menumpahkan banyak info. Dia bersila tangan membuang muka sambil nyinyir. "Modusmu bilang rahasia, padahal tidak tahu apa-apa." Bagian hijau giok matanya mengintip ke gadis itu."Dibilang
Cao Cao dan para punggawa berada di kota Ba. Mereka berkumpul guna menyelidiki surat-surat rahasia Yuan Shao yang ditujukan pada teman-temannya di daerah kekuasaan Cao Cao. Cukup banyak surat-surat sampai dua hari menyita perhatian Cao Cao, menetap di ruang baca. "Apa yang hendak sepupu lakukan dengan semua surat-surat?" tanya Cao Hong, memberanikan diri setelah menanti begitu lama, sampai kakinya pegal. Cao Cao menghela nafas panjang membaca satu surat, lalu dia terkekeh. "Yuan Shao, Dong Cheng, Liu Bei, Sun Ce, Ma Teng, Liu Zhang, Liu Biao, King Ring, Meng Tian, Meng Huo, Zhang Reng. Mereka bersumpah setia pada Kaisar untuk membunuhku." Dia terkekeh hingga terlentang di bantal. "Haiya, jadi surat ini yang membuat Yuan Shao berani menantangku, Perdana Menteri Han?"
Nu An dan pengikutnya malam ini sibuk dengan kegiatan merawat korban perang.Pelarian pasukan Yuan Shao banyak yang singgah di pertigaan Hubei, pertigaan antara kota Ye, Beihai, dan kota Ba.Bisa dibilang pertigaan Hubei menjadi tempat paling netral dari politik juga peperangan di seantero Han saat ini.Semua karena nama besar Nu An membuat pasukan Cao Cao sungkan hendak menyerang, terlebih bukan hanya pelarian pasukan Yuan Shao yang dia tolong, tapi juga beberapa pasukan Cao Cao yang terluka pun dirawat di sana.Ha Nif berlari dari arah hutan dengan raut wajah panik. "Guru, Guru Nuan!"Nu An sedang menjahit luka tebas di badan salah satu pasukan Yuan Shao, dia fokus pada pekerjaan tak mengindahkan muridnya itu.&n
Sementara itu di pelabuhan Yang Feng, pelabuhan dekat kota Ye, puluhan kapal besar berlabuh dikawal ratusan kapal kecil dan ribuan sampan. Cahaya obor mewarnai sungai kuning di malam hari, mempertontonkan bendera Cao Cao yang berkibar di masing-masing kapal. Semua warga berkumpul di depan rumah masing-masing, menunjuk-nunjuk ribuan prajurit yang berbaris menuju utara. Para warga mulai berbisik. "Wah, bukankah Cao Cao telah mengalahkan Yuan Shao, kenapa pasukan mereka masih siaga seperti ini?" "Haiya, Perdana Menteri mungkin ingin menghabisi seluruh penduduk utara karena mendukung Yuan Shao." Mereka berhenti bicara ketika Quan Long bersama beberapa jendral berkuda
Ini ucapan pertama Liu Bang setelah beberapa jam berdiam diri."Baik, selamatkan rakyat dari tirani adalah hal terpenting."Zhou lega, mengetahui Liu Bang orang baik. Namun, dia sadar, pasti sulit mengucapkan tirani pada sesuatu yang dia bangun sepenuh jiwa dulu. Sesuatu yang diyakini berbeda dari dinasti sebelumnya.Liu Bang berbalik menghadap Zhou. Lagi-lagi dia memberi raut wajah yang serius. "Aku merasakan dua tenaga dalam dirimu. Katakan, apa kalian melakukan transfer ruh?"Zhou mengangguk."Kenapa? Siapa yang kehilangan badan?"Zhou menceritakan apa yang terjadi pada Liu Bang karena percaya buyut Liu Bian tidak memiliki niat jahat kepadanya.
Liu Bang masih terpukul. Kedua telapak tangannya menekan dua sisi pelipis, memandang pantulan wajah di jernih air danau."Bian, bagaimana ini?" tanya Zhou dalam tubuh Bian. "Cepat selidiki, sebenarnya apa yang terjadi."Tanpa disuruh pun Bian ingin bertanya, hanya saja dia menanti saat yang tepat, melihat kondisi pemuda itu membuatnya sungkan untuk mendesak.Liu Bang tertawa histeris menggeleng cepat. "Dewa naga sialan, dia benar-benar berhasil membuat danau rembulan!"Dia berbalik mencengkram kedua lengan Zhou. "Kamu berhasil masuk, berarti kamu keturunanku. Katakan, keturunan ke berapa dan bagaimana keadaan di luar sana?""A-aku keturunan ke-13. Keadaan di luar kacau balau. Setelah nyaris empat ratus tahun Han berdiri
Pertukaran terjadi. Sekarang Bian memegang kendali tubuh Zhou.Dia berdiri membawa obor abadi, mengamati kemegahan dinding batu raksasa berlumut dengan seksama. Sesekali dia meraba-raba dinding berharap menemukan keajaiban seperti tempo hari, di mana dia tidak sengaja menekan tombol rahasia yang membuat pintu terbuka.Sambil memakan biji padi dia duduk bersila mengamati pintu raksasa berhias tanaman hijau memanjang bak tirai."Zhou, menurutmu bagaimana?" tanya Bian.Tidak ada jawaban dari sahabat di dalam alam bawah sadar."Hei, bantu berpikir.""Ah berisik, aku sedang menikmati arak!"Bian menghela napas panjang. Terkadang
Pertukaran kuasa atas tubuh terjadi seperti biasa. Keduanya silih berganti, menahan lapar juga haus. Zhou duduk bersila kaki menggaruk kepala seperti kera kutuan walau tidak gatal. Entah berapa lama dia menunggu sampai kuku memanjang, pipi cekung, bibir pecah-pecah. Rupa Zhou seperti mayat hidup. Hingga detik ini dia sabar menanti. Dengan nada panjang yang malas, dia bertanya, "Bian, bagaimana sekarang? Sudah ketemu belum jalan keluarnya?" Dalam alam bawah sadar Bian menjawab, "Ikuti sumber kehidupan menuju kehidupan. Haiya … apa maksudnya coba?" Zhou berdecak sebal, selalu pertanyaan yang sama, selalu kalimat yang sama. Dia tak pernah akur dengan puisi, bagaimana mungkin bisa mengerti?
Zhou menghindari serangan musuh tanpa melepas batu besi inti bumi yang meluncur menuju dasar danau. Keduanya tercengang ketika melihat sosok musuh. Mereka pernah bertemu sosok manusia ikan ketika pertama kali bertemu dengan Qiu Niu, dalam dunia bawah sadar. Namun, baru kali ini mereka berhadapan dengan para manusia ikan di dalam air. Gerakan mereka seperti ikan koi menyerang capung. Senjata tombak spatula bermata tiga begitu tajam juga bercahaya terang. Mereka memakai senjata dengan cara menyodok. Selama perjalanan Zhou hanya bisa menghindar. Gerak badannya lambat di dalam air, membuat menghindari serangan sangat susah. Zhou masuk ke dalam gelembung kasat m
Sementara itu di tepi danau rembulan, Zhou belum juga masuk ke dalam danau."Kakek, sekarang apa?" tanya Bian yang menguasai tubuh Zhou.Dua Kakek terkekeh. Kakek putih mengayun tangan, memberi kode para dayang untuk menaruh kendi raksasa ke tepi danau rembulan.Yu An dan Yu En datang membawa kayu pipih besar, juga cairan aneh dalam kendi berukuran sedang."Kakak tenang saja," jawab Yu An, senyumnya mampu membuat Zhou sedikit rileks.Jika gadis kalem menyuruhnya tenang, bukankah berarti semua baik-baik saja?Yu An menuang cairan itu ke dalam kendi berisi air, lalu Yu En dan Kakek mengaduk perlahan memakai kayu pipih.Aroma sabun