Home / Romansa / Surakarta, Aku Cinta Dia / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Surakarta, Aku Cinta Dia: Chapter 1 - Chapter 10

17 Chapters

Prolog

"Ayo, ikut aku sekarang!""Kemana, Ra?" tanya Gienka pelan.Tangannya ditarik kekasihnya yang sekarang wajahnya merah padam karena amarah sedang menguasainya."Hotel. Kamu harus hamil. Aku nggak mau kehilangan kamu," ucap Nendra.Gienka memucat. "Kamu nggak serius kan, Ra?""Aku serius. Kamu harus mengandung anak aku." "Tapi, Ra.. Aku nggak mau." Keringat dingin mulai bercucuran.Gienka mencoba melepaskan tangannya tapi sayangnya Nendra terlalu kuat untuknya.Air matanya mulai terjatuh. Dia tak menyangka Nendra akan melakukan ini kepadanya "Hentikan! Ra, aku mohon jangan begini!" Gienka masih berusaha mencoba kabur.Dia ingin berteriak tapi tempat parkir di kampusnya sedang sepi saat ini.Gienka sangat takut sekarang. Dia tak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi.Nendra bahkan tak menggubris isakan kekasih yang sangat dicintainya itu."Janendra Ardian, aku mau ki
Read more

1. Kartu Rencana Studi

Februari 2009,Gienka berdiri di depan pintu ruang 16, kantor dosen Sastra Inggris. Di depan pintu berbahan kayu yang sudah terlihat tua itu tergantung sebuah papan kayu kecil bertuliskan:Speak English, please!Jadi memang tulisan itu adalah salah satu peraturan mutlak bagi semua mahasiswa Sasing (Sastra Inggris). Mereka harus menggunakan Bahasa Inggris untuk berkomunikasi saat masuk ke kantor dosen.Ada beberapa mahasiswa yang protes terhadap aturan ini, karena di dalam kelas pun mereka sudah full menggunakan Bahasa Inggris, lantas di kantor masih juga harus menggunakan Bahasa Internasional tersebut. Namun tentu saja protes itu tidak digubris. Toh peraturan itu dibuat demi mereka juga agar Bahasa Inggris mereka lebih fasih.Gienka menarik napasnya dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Dia mengangguk mantap dan kemudian mengetuk pintu yang terbuka itu.Tok..tok..tok.."Excuse me?"Tidak ada sahutan.Tok..tok..tok..
Read more

2. It's Always You

Gienka memegang ujung kaos panjangnya. Dia memilin baju itu sambil menahan kesal. Dia dipaksa oleh mamanya keluar kamar untuk menemani tamu Papanya."Gienka, itu kuenya, sayang."Amanda menyikut lengan Gienka."Apa sih Ma?" sahut Gienka ogah-ogahan, melirik kue itu sekilas."Itu Lapis Surabaya. Kesukaan kamu. Cepat dimakan! Udah repot-repot dibawain juga sama nak Sancaka."Amanda memberikan Gienka tatapan peringatan agar tak membuatnya malu.Sancaka yang melihat itu hanya mengulum senyumnya. Dia tau Gienka terlihat terpaksa duduk di ruang tamu ini.Lagian, siapa juga yang nyuruh bawa, gerutu Gienka dalam hati.Gienka kemudian mengambil sepotong kue yang sebenarnya sangat menggoda untuk dilahap itu. Dia hanya gengsi saja di hadapan Sancaka. Dia langsung menggigit kue itu dan wajahnya menampilkan ekspresi lucu yang sangat menggemaskan bagi Sancaka."Kuliahnya lancar kan, Dik?" tanya Sancaka memulai obrolan dengan Gienka.
Read more

3. English for Tourism and Guiding

"Aku nggak bisa yang itu. Terlalu tinggi, Gie. Yang itu saja ya?" tanya Daniel.Daniel menunjuk buah kersen yang warnanya merah."Ya udah yang itu aja deh. Ada banyak yang udah matang itu," jawab Gienka.Gienka menengadah melihat betapa ranumnya buah itu."Oke. Bentar!" ucap Daniel.Daniel memanjat pohon kersen itu.Pohon yang terletak di depan gedung fakultas teknik itu bisa dibilang cukup tinggi. Pohon itu memiliki daun yang lumayan lebat dan seakan-akan tak pernah berhenti berbuah.Di bawah pohon itu terdapat bangku-bangku yang bisa digunakan oleh mahasiswa untuk bersantai maupun mengerjakan tugas. Tempat itu adalah salah satu tempat favorit Gienka karena berdekatan dengan gedung fakultasnya.Fakultas sastra kebetulan terletak di samping fakultas teknik. Makannya tidak heran jika banyak diantara mereka yang bisa berteman atau bahkan ber
Read more

4. The God of War

Gienka sudah beberapa hari mengabaikan pesan dan telepon Nendra. Rasa kecewa sudah menguasai hatinya. Berulang kali Nendra mengingkari janjinya dan Gienka selalu memaafkannya. Namun kali ini dia tak bisa memaafkannya dengan mudah. Bukan soal uang yang Nendra pinjam, tapi ada hal lain yang membuat Gienka murka.Dua hari yang lalu disaat Gienka sedang menemani Feli guna membeli Brem untuk adiknya, Gienka tak sengaja melihat Nendra bersama teman-temannya. Dia sedang merokok di pinggir jalan. Padahal malam sebelumnya Nendra pamit pergi ke Surabaya lagi untuk mengikuti tes kerja kembali.Gienka merasa menjadi gadis paling bodoh selama ini karena terlalu mempercayai Nendra yang ternyata tukang kibul seperti yang mamanya katakan.Gienka tertunduk lesu di parkiran. Kampus masih sepi. Gienka sengaja datang pagi-pagi karena Nendra memaksa untuk bertemu.Nendra menghampiri Gienka dengan senyum terukir di wajah tampan
Read more

5. Solo atau Surakarta?

Gienka masih tak habis pikir dengan Nendra. Bagaimana mungkin laki-laki itu tak menyadari kesalahannya. Dia meminta Gienka untuk memikirkan kembali hubungan mereka.Gienka sudah lelah. Namun dia menuruti Nendra. Tapi untuk saat ini dia tak ingin bertatap muka dengan Nendra karena bertatap muka dengan Nendra yang maniputif membuat Gienka takut jika dia kembali luluh oleh bujuk rayunya.Gienka memilih untuk fokus terhadap kuliahnya. Tugas-tugasnya cukup berat di semester dua ini. Dia sudah memutuskan akan pergi ke Surakarta pada hari ini. Dia sudah menghubungi teman SMA-nya yang kebetulan berkuliah di kota tersebut. Dia memaksa temannya itu untuk menemaninya melihat-lihat objek wisata di sana.Gienka melihat arloji di tangan kanannya. Jarum pendek menunjukkan angka lima. Ya, sekarang masih jam lima pagi. Tapi Gienka sudah berada di terminal ditemani Papa tercintanya. Dia akan berangkat menuju Surakarta. Setelah bus besar tujuan Solo-Jogja itu berhenti di terminal,
Read more

6. Awal Bertemu

Gienka masih bersungut-sungut sekarang. Bagaimana mungkin Rega Setega itu kepadanya? Saking kesalnya dia sampai tak sadar bahwa sekarang ada seorang laki-laki muda seusia dirinya sedang duduk di atas motornya sambil mengamati dirinya.Namun akhirnya dia tersadar dan menoleh ke arah lelaki yang memakai Jas Almamater biru muda. Tatapan mereka bertemu."Sudah selesai kesalnya?" tanya laki-laki itu dan tersenyum."Eh-""Saya Arham, Rega nggak bisa jemput kamu karena tadi pacarnya datang ke kosnya dia," jelas Arham."Oh, terus?" tanya Gienka.Gienka masih bingung. Dia tak menyangka teman Rega itu sudah berada di depannya."Saya yang akan menemani kamu berkeliling ke tempat wisata di sini," ucap Arham."Hah? Beneran Mas?" tanya Gienka lagi.Arham tersenyum lagi. Kali ini Gienka terperangah. Senyum Arham sungguh meneduhkan hati."Jangan panggil Mas! Kita itu seumuran. Panggil saya Arham saja. Nama kamu?" tanya Arham.
Read more

7. Wisata Hari Pertama

Taman Satwa Taru Jurug, itu nama tempat pertama yang dikunjungi Gienka dan Arham. Gienka sedang asik mengambil foto dengan menggunakan Digital Camera yang dia pinjam dari Papanya.Gienka berkeliling dengan Arham yang setia mengikuti di belakangnya. Gienka sesekali mengajak bermain hewan-hewan di sana. Arham pun tak henti memerhatikan gadis cantik itu. Senyumnya menggoyahkan hatinya. "Ham, penjaganya dimana ya?" tanya Gienka.Arham celingukan mencoba mencari ruang penjaga."Itu di sebelah sana sepertinya," tunjuk Arham menggunakan jari telunjuknya."Mau ngapain?" tanya Arham."Aku harus interview orangnya. Buat data aku. Soalnya nanti itu buat bukti kalau aku sudah datang ke tempat ini," jelas Gienka."Oh iya paham. Kalau begitu kita langsung temui aja penjaganya."Arham melepas Jas Almamaternya dan menyampirkan Jas itu di bahu kirinya."Permisi, Pak. Boleh minta waktunya sebentar?" tanya Arham sopan begitu sampai d
Read more

8. Masa Lalu Arham

Arham sedang tersenyum sambil melihat-lihat ponselnya."Woi, senyam-senyum sendirian di luar. Nggak sakit kan, Ham?" tanya Lidya mengagetkan Arham. Lidya, Tante Arham yang hanya berbeda sepuluh tahun dengan Arham itu heran melihat keponakannya yang terus menerus memandangi ponselnya itu dengan wajah berbinar.Arham tak menjawab, dia malah tersenyum memandang langit."Aduh, Ham! Jangan bikin Tante takut deh! Kamu nggak kerasukan setan kan, Ham?" Lidya memegang pipi Arham. "Ah, Tante apaan sih." Arham geli dipegang-pegang pipinya begitu. Dia menghindari Tantenya."Lha kamu aneh, Ham. Beneran, dari tadi sore bengong, senyam-senyum. Dikit-dikit lirik ponsel, serem tau nggak,"Arham menghela napasnya."Yah, keponakan Tante ini hanya lagi senang aja. Tadi pagi, Arham baru aja ketemu cewek." "Cewek baru? Lha si Varisa gimana?""Kenapa bawa-bawa Varisa sih?""Lha emang kamu udah putus sama Varisa?
Read more

9. Wisata Hari Kedua

Hari kedua dan terakhir bagi Gienka di kota Surakarta menjadi hari yang tidak akan dia lupakan. Gienka memilih Candi Cetho yang terletak di Kabupaten Karanganyar. Jaraknya berpuluh-puluh kilometer dari kota Solo. Perjalanan itu memakan waktu kurang lebih sekitar satu jam jika ditempuh menggunakan motor.Mereka tiba di sana saat masih pukul delapan pagi. Kabutnya masih lumayan tebal karena memang terletak di dataran tinggi. Udaranya masih terasa dingin bagi Gienka. Maka dari itu dia merapatkan jaketnya, memasukkan tangannya ke dalam saku jaketnya. Arham kali ini memakai sweater berwarna merah bata yang membuat kulitnya nampak bersih. Dia terlihat sangat menawan dengan jeans hitamnya. Gienka sempat terkagum begitu Arham turun dari motornya kala menjemputnya di kos tadi."Kamu tunggu di sini. Saya beli tiketnya dulu," ujar Arham.Gienka mengangguk sembari melihat pemandangan di Candi Cetho yang ternyata indah sekali. Dia bisa melihat sawah-sawah di sekitar Candi it
Read more
PREV
12
DMCA.com Protection Status