Home / Romansa / WEDDING ON PAPER / Kabanata 71 - Kabanata 80

Lahat ng Kabanata ng WEDDING ON PAPER: Kabanata 71 - Kabanata 80

91 Kabanata

Kunjungan Yatri

Yatri kembali ke rumah Uwa Nawi. Trixa yang sudah tertidur pulas ia letakkan di ranjang bayi, tanpa bersuara, ia berlalu ke kamar menghempaskan badan ke atas ranjang. Lelah, penat, juga sesak mengahadapi peliknya permasalahan ini. Dari luar Uwa Nawi bersuara meminta izin masuk ke kamarnya. Tak menyahut sepatah kata pun, Yatri beranjak membuka pintu. "Sudah pulang, Nak? kenapa lama sekali? bagaimana kamu bisa membawa Trixa?"  "Ceritanya panjang, Uwa." Yatri menceritakan segala yang terjadi sesuai apa yang ia lihat. Uwa Nawi mengusap dada saking terkejutnya. Dia pun ikut shock mendengar cerita Yatri mengenai Rexa dan Randy. "Tapi, apakah mungkin Rexa bisa sejahat itu? padahal anak itu sopan loh, nak." "Dia mungkin saat itu emosi, W*. Tidak ada yang tahu 'kan kalau kita sedang emosi, apalagi saat itu mereka hanya berdua saja," jelas Yatri. "Kamu sih, kenapa harus berbohong, Rexa begitu karena cembu
Magbasa pa

Kewaspadaan

Ray dan Bu Wanda kembali ke ruang rawat Randy. Saat itu Yatri masih tetap setia menunggu di depan pintu. Bu Wanda tak henti menatap sinis pada perempuan yang ia anggap sebagai pembawa sial bagi anaknya."Maksud kamu menangis itu pura-pura atau memang merasa bersalah?" tanya Bu Wanda geram."Ibu, jangan ngomong gitu ah," kata Ray mengingatkan.Yatri hanya memendam uneg-uneg nya saja. Dia sudah kebal menghadapi ibu-ibu yang judes seperti Bu Wanda. Pengalaman menjadi menantu Bu Rena atau ibu Galang buat dia sudah terbiasa mendapatkan celaan demikian."Yatri, kita bicara sebentar," pinta Ray mengajak Yatri.Di gazebo, Ray duduk bersama Yatri. Pria itu ingin memberi doktrin pada Yatri agar membela Randy demi kemanusiaan."Apapun yang terjadi, jamu harus membela Randy, kamu tahu kakakku 'kan? dia orang yang paling tidak bisa menyakiti orang lain, dia lebih memilih tersakiti dari pada mengusik orang lain, jadi ka.u har
Magbasa pa

Pertemuan Hani dan Yatri

Bu Anne yang telah tiba di rumah kepulangan Rexa, Bu Yat saat itu masih mengunci mulutnya.    Sementara Hani sudah mengetahui itu namun dia tak ingin Rexa dan Gerald marah padanya. Saat itu Bu Anne mendapat telpon dari seseorang, Hani yang berada disampingnya mencuri pandang ke Bu Anne yang memasang wajah marah. "Apa?" tanya Bu Anne pada seseorang di telpon itu. "Bu Yat!" Bu Anne memangil  Yat dengan suara lantang. Istri Pak Budi itu keluar dari dapur dengan segera.  "Sejak kapan Rexa berada dalam penjara?" tanya Bu Anne dengan membentak. Saat itu Bu Yat lebih memilih jujur saja, dia sangat takut bila  Bu Anne mengamuk. "Sejak tiga hari yang lalu, Bu." Bu Anne terjatuh ke sofa, seketika dadanya nyeri mendengar jawaban Bu Yat.  "Bu, baik-baik saja 'kan?" tanya Hani menghampiri Bu Anne. "Ternyata anakku di penjara karena Yatri, perempuan itu, lagi-lagi bikin an
Magbasa pa

Sidang

Sidang telah usai, agenda sudang selanjutnya dijatuhkan minggu depan, dan itu sudah harus menghadirkan saksi mata yang tak lain adalah Yatri. Bu Anne menghampiri anaknya yang sudah digotong lagi oleh dua polisi."Sayang, ini Mami, kamu jangan takutnya, Mami akan berjuang untuk membebaskan kamu," kata Bu Anne. Rexa yang sangat lelah saat itu hanya mengangguk pelan. Matanya sejenak mencari letak keberadaan Yatri, namun dia tak melihat ibu anaknya itu ada disekitarnya.'Sepertinya kamu memang sudah tidak peduli lagi padaku, Yatri ..' lirih Rexa dalam hati.Padahal saat itu Yatri diam-diam mengintip di balik tembok. Kedua matanya bengkak karena menangis selama berada di toilet. Ketika Rexa kain menjauh, barulah ia keluar dari persembunyiannya. "Rasanya aku ingin memeluk kamu, aku ingin bilang aku masih mencintai kamu, aku ingin bilang ah ...Yatri!" Dia menghentikan sendiri kalimatnya. Teringat dengan janjinya p
Magbasa pa

Trixa membesuk Ayahnya

Keesokan harinya, Gerald membesuk Rexa lagi, setelah semalaman mengadakan rapat dengan dewan direksi, kini Gerald hanya memiliki sisa Beberapa tenaga lagi.  "Ada apa?" tanya Rexa pada Gerald. Wajah pria itu tampak tidak bergairah. Rexa tahu asistennya itu sangat kelelahan mengurus perusahaan, ditambah lagi harus mengurus urusan hukum itu "Bos liat sendiri saja," sahut Gerald menyerahkan amplop itu pada Rexa."Ini hasil riwayat kesehatan Randy?" tanya Rexa yang tak sabaran membukanya.Menyimak satu per satu kalimat didalamnya, bukannya kesal, Rexa malah terenyuh, matanya malah berkaca-kaca. Gerald hanya menggelengkan kepala atas jawaban dari semua yang terjadi ini."Apa yang kita harus lakukan, Bos?" tanya Gerald yang pikirannya sudah buntu.Rexa tak menjawab, dia membisu memikirkan nasib Randy dan nasibnya saat ini. Takdir begitu apik merancang ujian mereka, menghubungkan satu per satu hingga uj
Magbasa pa

Perlawanan Yatri

Waktu tak terasa berlalu, kini jadwal besuk Yatri habis. Rexa akan dikembalikan masuk ke dalam selnya. "Sering-seringlah jenguk Papa ya, Trixa," harap Rexa. Mendengar itu Yatri ingin menangis sekencang-kencangnya. "Tri, jaga anak kita ya, jaga Difa dan Kesang, kan Randy lagi sakit, aku juga sudah ada disini, kalian pasti tidak ada yang jaga, hati-hati ya," ucap Rexa mewanti-wanti. Rexa memiliki firasat kuat bahwa Yatri akan jadi sasaran kejahatan dibalik kasusnya ini. Entah darimana itu akan berasal, Rexa yakin akan ada orang yang menyerang Yatri karena saat ini Yatri tanpa pelindung lagi."Iya, aku tahu itu. Aku akan menjaga mereka," sahut Yatri.Dia dan Trixa keluar dari ruangan besuk, sementara Rexa dikembalikan ke selnya. Saat keluar dari kantor polisi, Yatri terkejut dnegan kehadiran Bu Anne bersama Hani di parkiran. Wajah mantan mertuanya itu terlihat sangar, sepertinya dia ingin melahap habis Yatri dan Trixa.
Magbasa pa

Ledakan

Bu Anne sedari tadi mondar-mandir di hadapan Hani. Sembari memegang telpon genggamnya, Bu Anne menggaruk  kepalanya. Hani sudah curiga, telah terjadi sesuatu sehingga ibu angkatnya itu berlagak aneh."Kok dia belum menelpon," gumam Bu Anne menunggu telpon dari Asdar. Dia masih tidak tahu apa rencana Asdar setelah menabrak Difa. Bu Anne tak ingin bila Asdar sampai kelewatan batas sehingga berakibat mereka harus berhubungan dengan hukum."Ibu kenapa?" tanya Hani.Bu Anne menoleh sejenak ke arahnya, setelah itu mengalihkan lagi. Ibu Reza itu tak memiliki kesempatan untuk menjawab pertanyaan Hani yang ia rasa tak penting.'Pasti telah terjadi sesuatu yang besar,' ucap Hani dalam hati.Ponsel Bu Anne bergetar, segera ia menepi ke dalam kamar untuk menjawab telepon Asdar. "Sayang, kamu dimana sekarang?" tanyanya."Kami sudah ada di bandara, kirimkan sisa uang itu, kami akan sembunyi selama seta
Magbasa pa

Siasat baru

Yatri duduk di bangku, dalam keheningan rumah sakit dia mengingat segala kenangan bersama Uwa Nawi. Secepat itukah Uwa Nawi meninggalkannya, dia tidak menyangka kemarin adalah hari terakhirnya bersama Uwa Nawi. Hari terakhir mendapat nasehat bijak Uwa Nawi. Kuburan Uwa Nawi masih basah, seperti  pipinya yang yang tiada henti mengalirkan air mata.Difa mulai membaik, tetapi dia masih butuh perawatan intensif untuk menyembuhkan luka di kepalanya. Saat itu Hani setia mendampinginya, dia sudah enggan kembali ke rumah Bu Anne. "Kak, makan dulu, sejak kemarin Kak Yatri tidak makan," kata Hani menyodorkan satu nasi kotak.Yatri hanya menggelengkan kepala, tak melirik sedikitpun ke makanan itu."Ayolah, Kak. Ini belum berakhir, ketiga anak Kak Yatri butuh kakak, Difa belum sembuh, Trixa juga masih dalam penanganan, kalau Kak Yatri sakit, siapa yang menguatkan mereka?""Apakah aku mampu melewati semuanya, Hani? sementara s
Magbasa pa

Ketakutan Bu Anne

Ting!Yatri mendapat pesan dari Ray. 'Kamu datang ke rumah sakit, Randy sudah siuman, tampaknya dia mencari kamu.' Isi pesan Ray buat Yatri terhenyak. Dia bahagia sekaligus bimbang mendapat pesan itu. Mungkinkah dia harus berada disisi Ray sementara dia harus mengumpulkan bukti demi mencari keadilan."Ada apa?" tanya Gerald. Mereka sedang berada diruang musyawarah di rumah Rexa. Saat itu ada beberapa orang anggota Rexa yang dipercayai untuk mengatasi segala keamanan rumah."Pesan dari Ray, katanya Randy sudah siuman dan dia mencari ku.""Wah, itu bagus. Kita tidak perlu lagi merasa tidak enak pada Randy, 'kan?" seru Gerald."Tapi bukan begitu juga, aku harus tetap bertanggungjawab pada dia."Yatri belum ingin mengunjungi Randy, dia harus mengumpulkan bukti sebelum bertemu Randy. Yatri kembali berfokus pada musyawarah mereka. "Saya memang jadi saksi mata saat itu, tapi bukankah ada mata
Magbasa pa

Lamaran paksaan

Yatri tiba di rumah sakit, dia dijemput ramah oleh Bu Wanda. Melihat Randy yang sudah siuman, Yatri begitu sumringah. Dia mendekat lalu mengusap jidat Randy dengan lembut. "Pelindungku sudah berapa hari terbaring sakit, cepatlah sembuh," ujar Yatri. Mata Randy berbinar, dia begitu bahagia diperlakukan demikian. Bu Wanda melihat itu tersenyum miring, sebenarnya dia muak buka anaknya disentuh oleh perempuan yang ia anggap sangat rendahan itu. "Kamu mimpi indah?" tanya Yatri. Randy mengedipkan matanya, dia tak melepas pandangan dari sosok wanita yang begtu memikat hatinya itu. "Ada banyak yang ingin ku ceritakan sama kamu, cepat sembuh ya," lanjut Yatri lagi. Bu Wanda tersenyum miring, andai saja bukan harta Rexa yang Ia inginkan, tentu ia tidak merelakan putranya bersama Yatri. "Oh, ya, Yatri. Tante boleh tidak ngomong sesuatu, tapi kita sambil makan siang, biarkanlah Randy istirahat saja dulu," pinta
Magbasa pa
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status