Yatri tiba di rumah sakit, dia dijemput ramah oleh Bu Wanda. Melihat Randy yang sudah siuman, Yatri begitu sumringah. Dia mendekat lalu mengusap jidat Randy dengan lembut.
"Pelindungku sudah berapa hari terbaring sakit, cepatlah sembuh," ujar Yatri.Mata Randy berbinar, dia begitu bahagia diperlakukan demikian. Bu Wanda melihat itu tersenyum miring, sebenarnya dia muak buka anaknya disentuh oleh perempuan yang ia anggap sangat rendahan itu."Kamu mimpi indah?" tanya Yatri.Randy mengedipkan matanya, dia tak melepas pandangan dari sosok wanita yang begtu memikat hatinya itu."Ada banyak yang ingin ku ceritakan sama kamu, cepat sembuh ya," lanjut Yatri lagi.Bu Wanda tersenyum miring, andai saja bukan harta Rexa yang Ia inginkan, tentu ia tidak merelakan putranya bersama Yatri."Oh, ya, Yatri. Tante boleh tidak ngomong sesuatu, tapi kita sambil makan siang, biarkanlah Randy istirahat saja dulu," pintaPak Budi kembali ke rumah lama Rexa, seperti biasa, bila lelah dia mencari istrinya untuk membuatkan kopi panas. Pak Budi mengelilingi dapur namun sosok istrinya tak ia temukan. Dia beranjak ke kamar paling belakang, Bu Yat juga tak ada di sana."Kemana Yati ya?" gumam Pak Budi kebingungan.Dari atas, ada Bu Anne turun dari tangga. Dia melihat Pak Budi sedang mengitari rumah. Bu Anne tahu pria paruh baya itu sedang mencari istrinya. Karena tak ingin membuatnya curiga, Bu Anne hanya diam saja tanpa menyapa Pak Budi."Bu Besar, istri saya dimana ya?" tanya Pak Budi pada Bu Anne."Dia katanya ke pasar belanja bahan dapur," sahut Bu Anne mengelabui.Pak Budi mengangguk. Dia merasa heran, karena baru kali ini istrinya ke pasar tanpa meminta diantar olehnya. Pak Budi mencoba menunggu di dapur saja. Dia meninggalkan Bu Anne yang bersantai duduk membaca majalah.'Kenapa Budi Felisha begitu ya, atau jangan dia puny
Gerald menyimpan semua rekaman itu, dia terdiam sembari menyandarkan kepala di jok mobilnya. Betapa terkejutnya dia sebagai seseorang yang mengenal Bu Anne, bagaimana bisa seorang mertua bisa melakukan itu pada seorang menantunya sendiri."Ada apa, Pak Gerald?" tanya kepala keamanan Rexa. Saat itu dia yang menggantikan Pak Budi menjadi supir untuk sementara waktu."Tidak ada. Oh ya, apapun yang kalian lihat dan dengar, tolong rahasiakan saja sampai kami bertindak," ucap Gerald. Dia ingin sekali memperbaiki keadaan tanpa menghilangkan keadilan didalamnya.Gerald saat itu sangat bingung, apakah akan memberitahu Rexa secepatnya atau tidak, dia tak ingin batin Rexa terguncang karena mengetahui kelakuan maminya."Baiklah, fokus untuk membebaskan Bos dulu, setelah itu kita mencari bukti lagi."Gerald kembali bertemu pengacara Rexa. Sidang kasus Rexa dan Randy akan diselenggarakan esok siang, membuat Rexa terbebas dari
Dua Minggu kemudian, rumah lama Rexa digerebek oleh polisi. Rupanya polisi sudah menemukan bukti tentang peledakan toko Yatri. Para anak buah Asdar pun telah ditangkap, namun Asdar berhasil melarikan diri pada saat itu. "Bu Anne Strovert, anda ditangkap sebagai tersangka utama dari peledakan toko Ini Yatri," kata letnan saat itu. Bu Anne berusaha berlari ke atas kamarnya, namun suara tembakan dilayangkan ke udara. Bu Anne menunduk menangis. Kedua polisi memborgolnya. "Kalian salah tangkap, yang menyuruh mereka itu Wanda, bukan saya," ucapnya membela diri. "Jelaskan saja di kantor polisi," kata polisi mengajak Bu Anne masuk kedalam mobil patroli. Bu Anne meronta ingin dilepaskan, didalam mobil dia tak henti mengumpat membanggakan kekayaannya. "Kalian tidak tahu, jika Rexa keluar nanti, dia akan menyewakan pengacara hebat untukku," kata Bu Anne. Polisi itu hanya tertawa mendengarnya. Bu Anne tak meliha
Rexa mengusap air matanya, dia tak menyangka jika Ray mampu bertindak demikian. Rexa bahkan berulangkali membaca email Ray, tetap saja keluhan air matanya menetes sedikit demi sedikit."Ada apa, Kak?" tanya Yatri mengangetkan dari belakang."Hm, ini email dari Ray," sahutnya seraya menghapus lelehan air matanya."Kenapa? dia berulah lagi?""Tidak sayang, justru sebaliknya, ini kamu baca," kata Rexa memperlihatkan isi email Ray pada Yatri.Membaca itu, Yatri menghela nafas berat. Dia menggenggam erat tangan Rexa. Yatri memberi isyarat kasih pada suaminya itu."Iya, aku paham maksud kamu. Aku akan bertemu mereka," ujar Rexa menyetujui semua yang diinginkan Yatri.Rexa segera ke rumah ditemani para bodyguardnya. Meskipun saya itu pikirannya berkecamuk karena kasus yang menimpa maminya, namun Rexa berbesar hati sebab kebaikan mulai menyeringai pihak Bu Wanda.Setiba di rumah sakit, Re
Yatri sudah membereskan semua kamar tidur anaknya, Difa dan Kesang sudah mulai menyambut malam dengan berleha-leha di atas kasur empuknya, sementara Trixa di jaga beberapa baby sitter yang di khususkan oleh Rexa.Dia menuju ke kamarnya, mengganti pakaian yang begitu banyak disediakan oleh para pelayan yang Rexa siapkan untuk istrinya itu."Kalian boleh keluar, aku mau istirahat dulu," pinta Yatri pada keempat pelayan itu.Pelayan itu keluar dengan kepala menunduk, mendapat penghormatan seperti itu, Yatri malah jadi risih. Dia tak habis pikir dengan cara Rexa memanjakannya, bagi Yatri ini sangat berlebihan. Ia sadar diri, dirinya bukan seorang putri raja yang setiap saat di awasi oleh para dayang istana. Tanpa terasa matanya ngantuk hingga buaian bantal membuat ia terlelap.Sejam ia tertidur, Yatri birahinya memuncak, tubuhnya tiba-tiba hangat dan bergairah, selangkangannya terkoyak oleh usapan lembut. Matanya begitu berat untuk ter
Bu Wanda datang menemui Ray di kantornya, dia menceritakan keinginannya menjodohkan Randy dengan Hani. Mendengar hal itu, Ray terkejut, bukan tidak setuju, tetapi takut bila Hani tidak mencintai kakaknya dengan setulus hati."Yang benar saja, Bu. Jangan bikin perkara baru deh, apalagi Hani itu adik angkat Kak Rexa," ujar Ray."Ibu juga sudah memikirkan itu, tapi apa salahnya, toh Hani juga suka sama kakak kamu, lagipula kita 'kan ingin mempererat tali kekeluargaan."Ray terdiam, menolak pin dia tak memiliki sepenuhnya hak. Menikahkan kakaknya dengan Hani cara yang ia anggap rumit. Bagaimana bisa perempuan cantik seperti Hani mau menikahi pria yang sedang berjuang melawan penyakitnya."Terserah Ibu lah, tapi jangan sampai ide Ibu hanya buat kak Randy jadi tambah sakit," kata Ray. Dia tak ingin kakaknya merasakan patah hati untuk kesekian kalinya lagi."Kalau begitu antar Ibu ke rumah Rexa, kita akan bi
Yatri belum bangun, tapi Rexa telah bersiap-siap untuk keluar rumah secepatnya. Dia tak ingin pertanyaan semalam membuat beban pikiran pada istrinya. Rexa akan berusaha menjaga agar istrinya tidak terlibat lagi sama urusan Bu Anne. Dia menganggap, maminya yang salah sepenuhnya pada orang-orang disekitar Yatri.Setiba di kantor polisi, Rexa menuggu Bu Anne di ruang kunjungan. Bu Anne di gotong oleh dua aparat kepolisian."Mami," gumam Rexa. Dia menahan air matanya agar tak menangis didepan maminya.Bu Anne memandang anaknya penuh amarah. Dia membenci Rexa karena membiarkannya mendekap didalam penjara."Mami sudah makan? Rexa bawakan makanan untuk Mami," ujar Rexa mencairkan suasana tegang diantara mereka.Bu Anne malah mendorong makanan itu hingga jatuh ke lantai."Saya tidak butuh makanan dari anak durhaka sepertimu!"Rexa mengusap wajah dengan kasar, memang hati perempuan yang melah
Bu Wanda dan Ray kembali ke rumahnya, Ray yang masih khawatir karena rencana pernikahan itu belum diketahui oleh Randy."Kok kamu dari tadi diam?" tanya Bu Wanda.Ray menghela nafas berat, "Bu, kita sudah melangkah sejauh ini tapi kak Randy belum Ibu beritahu, emang Ibu yakin kakak bakalan tidak menolak?"Bu Wanda hanya tertawa lalu berlalu ke kamar Randy. Baginya hari itu waktu yang tepat untuk mengatakan pada anak sulungnya itu. Saat itu Randy baru saja dari restauran miliknya, kedua perawat laki-laki bersama Randy sibuk memeriksa denyut nadinya."Ibu mau bicara sesuatu," kata Bu Wanda.Kedua perawat itu keluar dari kamar Randy, Bu Wanda mengambil ponselnya lalu memperlihatkan ke arah Randy."Bagi kamu dia cantik tidak?" tanya Bu Wanda memperlihatkan gambar Hani yang tadi siang."Itu 'kan Hani, Bu. Iya, dia cantik," sahut Randy bersikap biasa-biasa saja."Dia calon istri kamu, dan min