Berkali-kali Afnan mengelus dan mencium puncak kepalaku. Rambutnya sedikit basah, sepertinya dia sudah terbangun dan sudah ygmandi sedari tadi."Rin, maaf. Aku gak sadar. Aku minta maaf, Rin," lirihnya. Masih dalam posisi mendekapku.Aku mendorong tubuhnya. Merasa risih saat selimut yang menutup dada melorot ke bawah. Lalu menarik lagi selimut itu hingga ke leher.Afnan membingkai wajah ini dengan telapak dinginnya. Entah bagaimana rupaku kali ini, rasanya teramat letih dan mengantuk."Kamu nggak perlu takut, aku pasti tanggung jawab," kata Afnan, kulihat sorot ketulusan pada mata tajam itu.Entah harus menjawab apa. Antara masih mengantuk, dan bingung mencerna maksud kata-katanya.Kurapatkan selimut di badan, dingin. Udara kota ini memang terlalu dingin untuk pecinta kehangatan seperti diriku."Mandi, ya?" ujar Afnan.Aku menggeleng. Masih kurang siang untuk mandi, bisa-bisa nanti masuk angin. Apalagi, di dataran tinggi
Read more