Share

Masih Sayang Dia

29. Masih Sayang Dia

Dingin udara pagi berhasil membangunkan tidur nyenyakku. Mendongak ke arah jam dinding, waktu subuh hampir tiba. Tadi malam, sengaja meneguk secangkir besar teh hitam kental dengan tambahan susu kental manis yang cukup banyak. Sependek pengalamanku, resep itu selalu berhasil membuatku tidur lebih awal di saat sedang banyak pikiran.

Mas Ichsan terlelap di sisiku dengan tangan menimpa perut. Entah jam berapa dia pulang. Tadi malam sengaja kukunci pintu dan mencabutnya, agar kalau dia datang, bisa menggunakan kunci cadangan.

"Mas, bangun, bangun!"

Dia masih bergeming.

"Mas, bangun! Bangun!" Kali ini kubangunkan sambil mengguncang tubuhnya cukup keras.

Dia membuka mata. Aku segera berwudhu dan shalat subuh sebelum waktunya habis, tanpa mengajaknya bicara. Ada rasa kesal yang kali ini tak dapat lagi tertahan.

Hari minggu yang dingin, memilih sejenak berjalan-jalan di taman dekat komplek, sekalian mencari sarapan atau c

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status