Beranda / Romansa / DIARY SKIZO / Cerita Tentang Dia

Share

Cerita Tentang Dia

Penulis: Indahyulia
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-20 09:11:13

"Saya mboten usah sayur, trus bawangnya banyakin, Pak," ujarku pada Kang Bakwan yang biasa mangkal di kampus.

"Beresss. Mau gajih, Mbak?" tanya si Bapak.

"Nggih, Pak, pokok gratis," kelakarku. Kami pun tertawa. Beliau memang penjual bakwan langganan. Hampir tiap hari bakwan lezatnya menjadi menu makan siangku. Dan hampir setiap hari pula beliau memberi bonus gajih-lemak daging berwarna putih.

Setelah membayar, seperti biasa menaruh tas pada bangku kayu di bawah pohon kersen dekat parkiran dan menikmatinya di sana. Sendirian. Suasana kali ini cukup sepi, mungkin karena sebagian mahasiswa sedang mengunjungi bazar kewirausahaan di aula fakultas.

Aku tak punya banyak teman dekat. Memang sengaja membatasi diri agar tak terlalu akrab. Kehidupan yang hitam legam membuatku kehilangan kepercayaan terhadap siapapun.

Bagiku, hidup hanya tentang butuh dan tak butuh. Datanglah jika butuh padaku, dan pergilah jika tak butuh. Begitupun aku. Tak perlu ada urusan l

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • DIARY SKIZO   Cerita Tentang Dia II

    Berkali-kali Afnan mengelus dan mencium puncak kepalaku. Rambutnya sedikit basah, sepertinya dia sudah terbangun dan sudah ygmandi sedari tadi."Rin, maaf. Aku gak sadar. Aku minta maaf, Rin," lirihnya. Masih dalam posisi mendekapku.Aku mendorong tubuhnya. Merasa risih saat selimut yang menutup dada melorot ke bawah. Lalu menarik lagi selimut itu hingga ke leher.Afnan membingkai wajah ini dengan telapak dinginnya. Entah bagaimana rupaku kali ini, rasanya teramat letih dan mengantuk."Kamu nggak perlu takut, aku pasti tanggung jawab," kata Afnan, kulihat sorot ketulusan pada mata tajam itu.Entah harus menjawab apa. Antara masih mengantuk, dan bingung mencerna maksud kata-katanya.Kurapatkan selimut di badan, dingin. Udara kota ini memang terlalu dingin untuk pecinta kehangatan seperti diriku."Mandi, ya?" ujar Afnan.Aku menggeleng. Masih kurang siang untuk mandi, bisa-bisa nanti masuk angin. Apalagi, di dataran tinggi

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-20
  • DIARY SKIZO   Pergi Membawa Luka

    Tetes-tetes embun bergelayut manja pada batang-batang buah naga. Meliuk-liuk turun, melewati duri-duri, beberapa sempat tersangkut, lalu jatuh mencapai tanah.Persis hatimu, Rin!Perjalanan panjang ini menguras segala daya. Berpuluh-puluh purnama menahan segala ego, menaruh kebahagiaan diri jauh pada urutan terbawah. Mengabdikan seluruh jiwa raga untuk seseorang yang hingga detik ini pun masih tersebut dalam doa. Tapi apa yang kudapat? luka!"Pulang yuk, Nduk!""Nggih, Bu. Sebentar lagi," jawabku di sela menghidu sebanyak-banyaknya segar udara.Menikmati aroma embun adalah cara yang kupilih untuk mengawali hari-hari.Setelah puas menghirup udara di sini. Aku bergegas mengikuti langkah perempuan yang masih cantik di usia setengah abad itu."Ati-ati, Mbak Arin ...." ujar salah seorang Bapak yang bekerja di kebun buah naga milik keluarga kami saat aku melewati saluran irigasi di antara dua pematang sawah."Nggih, Pak," sahutku sambil ters

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-20
  • DIARY SKIZO   Memendam Luka

    Tanpa berpikir panjang, segera kujawab telepon dari Mama."Assalamualaikum, Mah.""Waalaikum salam! Nduk, Ichsan kambuh." Tersirat kepanikan dalam nada bicara Mama."Lho, kok bisa, Mah?""Bangun tidur, langsung ndak ngerespon. Diajak ngomong diem aja. Mama bingung harus gimana.""Sejak kapan Mas Ichsan di sana, Ma?""Sudah dua hari," jawab Mama lirih. Pasti saat ini beliau sedang begitu sedih."Nggak papa, Ma. Mungkin sedang nggak stabil. Selama dia tenang dan nggak bertindak arogan, biarin aja."Aku menghela napas, lalu mengusap perut yang sepertinya tak henti bergerak. Mungkin si kecil juga khawatir mendengar kabar tentang Ayahnya.Ayah yang masih meragukan keberadaannya.Setahun terakhir kondisi Mas Ichsan sudah stabil. Kami sepakat menggunakan obat berupa suntikan setiap tiga bulan sekali. Menurut dokter yang menangani, selama masih mendapat suntikan tersebut secara rutin, suamiku tetap dalam kondisi stabi

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-20
  • DIARY SKIZO   Caraku Mencintaimu

    Ada yang perlahan meranggas di sini, tapi bukan daun jati. Harapan akan datangnya bahagia bagi diri. Ada yang perlahan meleleh di sini, tapi bukan air mata. Rasa bersalah.___________Sepeninggal Dayu, kuajak Mas Ichsan berbicara dari hati ke hati. Tanpa emosi, sejenak menepis segala prasangka juga curiga. Jangan sampai masalah ini berlarut-larut tanpa kejelasan dan menjadi bomerang bagi diri sendiri."Sekarang kan sudah jelas soal Zara, trus, apa yang akan Mas lakuin?" tanyaku serius namun dengan nada rendah.Mas Ichsan memandang ke arah halaman, dengan posisi yang masih sama. Aku mendekat, memeluk dari samping dan menyandarkan kepala pada bahu kirinya.Tangan dingin itu mengelus rambutku ragu."Menurutmu ... gimana?" lirihnya."Ya ... Mas nikah aja sama Dayu," ujarku santai, meski sudut mata ini terasa agak basah."Konyol! Saran macam apa, itu!" Mas Ichsan terkekeh sambil mengacak rambutku. Sementara aku masih betah bergelayut me

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-20
  • DIARY SKIZO   Masih Sayang Dia

    29. Masih Sayang DiaDingin udara pagi berhasil membangunkan tidur nyenyakku. Mendongak ke arah jam dinding, waktu subuh hampir tiba. Tadi malam, sengaja meneguk secangkir besar teh hitam kental dengan tambahan susu kental manis yang cukup banyak. Sependek pengalamanku, resep itu selalu berhasil membuatku tidur lebih awal di saat sedang banyak pikiran.Mas Ichsan terlelap di sisiku dengan tangan menimpa perut. Entah jam berapa dia pulang. Tadi malam sengaja kukunci pintu dan mencabutnya, agar kalau dia datang, bisa menggunakan kunci cadangan."Mas, bangun, bangun!"Dia masih bergeming."Mas, bangun! Bangun!" Kali ini kubangunkan sambil mengguncang tubuhnya cukup keras.Dia membuka mata. Aku segera berwudhu dan shalat subuh sebelum waktunya habis, tanpa mengajaknya bicara. Ada rasa kesal yang kali ini tak dapat lagi tertahan.Hari minggu yang dingin, memilih sejenak berjalan-jalan di taman dekat komplek, sekalian mencari sarapan atau c

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-20
  • DIARY SKIZO   Kehamilan Tak Diinginkan

    30. Kehamilan Tak DiinginkanKamu ... hamil?" tanya Mas Ichsan dengan wajah terkejut, sama sekali tak ada raut bahagia di sana.Aku mengangguk dengan senyum serupa kuncup bunga yang tiba-tiba layu, padahal baru saja mekar."Anakku?"Tanya itu menghadirkan ribuan jarum aneka bentuk menusuk-nusuk di dalam sini. Perih, pedih, kali ini bukan hanya melukai hati, tapi ... harga diri.Harga diri seorang perempuan yang harus merangkak untuk menjaga kesetian. Perempuan yang harus meredam segala gejolak demi menjadi istri yang sesuai harapan.Aku memang kotor, nakal dan ... jalang. Tapi itu dulu, sebelum tangan dan kakiku terikat pernikahan.Astagfirullahalladzim ... astagfirullahalladzim ... astagfirullahalladzim.Aku bersandar di lemari dengan perasaan tak menentu. Antara bahagia dan terluka. Antara bersyukur dan hancur. Antara haru dan pilu. Sementara lelaki kesayanganku duduk pada ranjang, meremas rambut."Kenapa Mas tanya kay

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-20
  • DIARY SKIZO   Izinkan Aku Pulang

    Beberapa bulan terakhir, kondisi rumah tangga kami benar-benar begitu dingin. Aku tak sudi lagi menerima segala perhatiannya. Setiap kali ia bersikap manis, alam bawah sadar selalu menolak dengan menghadirkan ingatan-ingatan tentang kesalahan yang ia lakukan.Memang bukan kesalahan fatal, tapi cukup membuatku kesal. Bau parfum itu, beberapa foto bersama Dayu dengan wajah semringah juga beberapa chat mereka sudah cukup menjadi bukti bahwa mereka masih saling mencintai.Aku sanggup menerima seperti apapun masalalu juga konsekuensi yang mengikutinya. Tapi konsekuensi seperti apa dulu? Jika itu hanya tentang Zara, aku pasti menerima. Bahkan andaikata suatu saat nanti Zara meminta hak waris penuh atas aset Ayahnya, aku akan mengalah.Akan tetapi, kalau ini menyangkut tentang rasa, aku tak mau lagi berpura-pura menutup telinga."Rin, tetep di sini, ya ..." pinta Mas Ichsan malam itu."Aku cuma mau pulang ke rumah Ibu, Mas," ujarku dingin sambil memasukka

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-20
  • DIARY SKIZO   Memilih Kembali

    REDAMOleh: Pesona SenjaAku pernah menggenggam api, perlahan membakar diri sendiriAku pernah menggenggam air, lupa bahwa tak mungkinAku pernah melukis bayang, makin kecil lalu hilangAku pernah tulus mencinta, tanpa tau arah menyerahApa kau peduli? Tidak!Kamu pernah menggapi bulan, untuk pintakuKamu pernah menangkup angin, bagi mimpikuKamu pernah memeluk bara, lalu panas menjalar dadaMarah buncah kamu menyerahApa aku peduli? Tentu!Cintamu palsuTerukir semu bayang kelabuRindu redam kecamuk menghimpunKelak sesal tiada ampunCintaku kasta muliaTerangkai doa sepanjang usiaKelak cintaku redup berlumur tanah basahJika Tuhan menutup mata selamanya_______________Klik! Terkirim pada wall pribadi. Iseng, kubuka profil milik seseakun nun jauh di sana. Titik hijaunya menyala.Kuhitung mundur dari angka tiga belas, angka favoritnya. Tepat di hitungan ke

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-20

Bab terbaru

  • DIARY SKIZO   Pulang (ending)

    45. PulangPULANG"Kamu kurusan, Nduk," ujar Ibu saat menungguiku bersiap-siap.Aku hanya tersenyum ke arahnya. Memang benar, beberapa bulan terakhir, aku tak selera makan. Bagaimana mungkin aku bisa menikmati makanan, sementara seluruh pikiran hanya tertuju pada Mas Ichsan."Jaga kesehatan, Nduk. Setelah ini, kamu harus dua kali lebih kuat. Karena yang akan kamu jaga bukan cuma Nohan.""Nggih, Bu. Rinda dah nyiapin semuanya," jawabku untuk membesarkan hati Ibu. Padahal kenyataannya, masih ada keraguan menyelimuti hati.Bagaimana jika nanti Mas Ichsan kambuh dan berulah?Bagaimana perasaan Nohan jika tahu kondisi ayahnya yang sebenarnya?Bagaimana bila nanti ... ah, biarlah apa kata nanti. Terpenting, aku sudah berusaha.Sebenaranya hal itulah yang selama ini berkecamuk di dalam pikiran dan membuat hidupku tidak tenang.Jujur, kembalinya Mas Ichsan tak hanya membawa kebahagiaan bagiku, ada suatu perasaan lain yang

  • DIARY SKIZO   Jalan Hidup

    Tak biasanya wifi portabel milikku ini bermasalah. Aku segera membawa laptop menuju balkon, lalu menggantinya dengan jaringan internet hotel dan kembali berselancar di akun youtube milik Arbian Herdi.Gerak jemariku terhenti tatkala terpampang sebuah video dengan gambar pemuda yang sedang mencoba berinteraksi dengan seorang ODGJ di suatu emperan toko.Dadaku berdesir melihatnya. Segera menekan tombol play dan kuperhatikan dengan seksama. Dari tanggal yang tertera, video tersebut diunggah beberapa hari yang lalu.Menit-menit berlalu tanpa terasa. Jiwaku seolah melayang di suatu tempat antahberantah, rasanya itu semua tak mungkin. Aku ... masih belum percaya. Lebih tepatnya aku menolak percaya terhadap apa yang baru saja kusaksikan.Video milik seorang aktivis tersebut sukses membuat hatiku jatuh sejatuh-jatuhnya. Bahkan aku tak bisa lagi menerjemahkan apa yang kini terasa.Antara sadar atau tidak. Antara mimpi atau nyata. Antara ilusi atau fakta. Ak

  • DIARY SKIZO   Pernikahan

    Aku berdiri seraya merapikan kebaya yang terasa cukup sempit di tubuh ini. Berat badanku masih bertahan di angka empat puluh tiga, tak pernah berubah sejak masa gadis. Namun bentuk tubuh gadis-meskipun bukan perawan-tentu akan berbeda dengan seseorang yang sudah pernah melahirkan, apalagi setelah usia kepala tiga. Perubahan ukuran lingkar lengan atas dan bagian dada membuat kebaya terasa agak sesak.Berjalan pelan menuju pelaminan putih berhias bunga warna senada dengan dedaunan hijau menjuntai indah. Sederhana, namun nampak elegan. Lalu mataku tertuju pada sepasang merpati putih yang terkurung di dalam sangkar keemasan. Setelah acara usai nanti, pengantin akan melepaskan merpati tersebut sebagai simbol bahwa mereka sudah siap menempuh hidup yang baru.Ah, kenapa hal ini malah mengingatkan pada prosesi dalam pernikahanku dengan Mas Ichsan dahulu.Di depan sana, seorang laki-laki berdiri tegap dengan senyum santunnya. Wajah itu semakin memesona dalam balutan baju

  • DIARY SKIZO   Dilema

    Bulan ketiga di ibukota, Nohan sudah bisa beradaptasi dengan lingkungan baru kami, begitupun aku. Mak Nini dan Pak Tikno turut menemaniku ke kota ini. Setidaknya, sampai aku memiliki pendamping lagi, begitulah perjanjian tak tertulisku dengan Ayah sebelum beliau mengizinkanku pindah.Sebulan terakhir, aku menjalani aktivitas di tempat kerja yang baru. Menjadi staf pengajar pada sekolah tinggi manajemen industri di kota ini. Memilih mengikuti jejak Ayah sebagai seorang pendidik, berharap dengan pekerjaan yang tak terlalu menyita waktu ini akan ada lebih banyak waktu untuk membersamai tumbuh kembang Nohan dan mempelajari pola asuh terbaik untuknya.Kembali memulai karir dari nol, kembali memulai hidup yang baru setelah sebelumnya berusaha membebaskan hati dan pikiran dari kenangan masa lalu. Bukan untuk melupakan, melainkan untuk merelakan dan menerima setiap takdir yang sudah digariskan.Melupakan Mas Ichsan adalah salah satu hal yang mustahil kulakukan. Bagaiman

  • DIARY SKIZO   Hadirnya Lelaki Lain

    Setelah beberapa menit memindai dari atas ke bawah, kembali lagi menelisik wajah yang rasanya tak terlalu asing bagiku. Andai cambang lebat tak ada di sana dan menutupi ... lesung pipi itu.Astagaaa! Ternyata benar-benar dia."Bukannya kamu masih di pulau seberang?" tanyaku pada lelaki tersebut."Iya, ini iseng aja mampir ke mari.""Berenang?""Naik sampan."Ayah turut tertawa menanggapi candaan kami. Sejak dulu dia memang sering berkelakar dengan menyebut Australia sebagai pulau seberang, karena memang letaknya hanya terpisah samudera dengan bagian timur Pulau Jawa.Ia lantas duduk kembali berhadapan dengan Ayah, sementara aku memilih tempat di samping Ayah sehingga posisi kami berseberangan.Mata berbingkai bulu lentik tersebut menatap lekat-lekat ke arahku, memindai penampilan seperti yang tadi kulakukan padanya. Sementara aku, setengah menunduk, namun ekor mata sipit milikku tentu masih bisa meliriknya dengan leluasa.

  • DIARY SKIZO   Dia Pasti Kembali

    Hujan deras yang mengguyur kota Banyuwangi pagi itu seakan menambah pilu yang menguasai seluruh sendi kehidupanku. Terdengar tangisan Nohan timbul tenggelam. Ingin sekali membawanya dalam gendongan dan memberikannya ASI, namun tubuh sialan ini berkhianat padaku. Bahkan untuk sekadar membuka mata saja aku tak mampu.Rumah ini terasa sedikit gaduh, diikuti suara-suara orang mengaji beriring isak tangis beberapa perempuan. Cahaya di pelupuk mata seakan mengecil, redup, semakin buram, lalu ... segalanya tertutup kegelapan.***Perlahan membuka mata, memindai setiap sudut ruangan bernuansa ungu muda dengan aneka rupa boneka tertata rapi di salah satu sudutnya. Sepertinya tidurku terlalu lama sehingga tubuh ini terasa begitu lemah.Menoleh ke samping dan mendapati senyuman Ibu, sementara Ayah menatap dengan netra sendu lalu bangkit dari tempat duduknya dan mengusap puncak kepalaku sesaat sebelum keluar dari ruangan."Haus, Nak?" Suara Ibu terasa begitu l

  • DIARY SKIZO   Kenang Luka

    39. Kenang LukaLaptop di hadapan menampilkan jejak tindih jemari yang tertuang dari ungkapan rindu di dalam dada. Berpuluh menit memindai rasa menjadi sebuah tulisan yang selama ini selalu berhasil mengobat resah. Menulis adalah caraku berbicara tentang segala hal yang tak mungkin terungkap sempurna di dunia nyata.KENANGOleh: Arinda PrasetyaSisa-sisa senyummu masih tercecer pada tiap sudut ruangan. Aroma tubuh, deru napas juga kelabat bayang masih memenuhi ruang pikiran.Setiap kata, tingkah laku, gaya bicara khas jiwamu yang begitu lembut, dan tiap tatapan mesra dari netra teduhmu itu, menjadi candu yang lagi dan lagi selalu kurindu.Kunikmati masa-masa sakit saat kehilanganmu. Kunikmati haru biru tangis menanti kepulanganmu, berharap kenyataan hanyalah mimpi buruk yang akan berakhir ketika azan subuh. Kunikmati tiap jengkal harapan semu. Kunikmati perih sepi yang menyusup pada setiap inchi pori-pori.Merindumu yang tak lagi terjan

  • DIARY SKIZO   Aku Cuma Cinta Kamu

    38. Aku Cuma Cinta KamuDering panggilan pada handphone Mas Ichsan mengagetkan Nohan yang hampir saja terlelap. Bayi enam bulan tersebut menggigit sumber asinya kuat-kuat, membuatku terpekik kesakitan."Sayang ... mimik bunda jadi sakit kalau digigit. Nih jadi merah. Disayang aja, ya?" ujarku pada bayi dengan satu gigi tersebut. Dia sedang berada pada fase oral, senang menggigit apapun, terlebih ketika sedang kaget atau marah.Bayi mungilku seolah menjawab dengan ocehannya. Sejak masih dalam kandungan, aku memang sering melatihnya berkomunikasi. Menurut penjelasan dokter, kesehatan mental dan kecerdasan bayi bisa dibentuk sejak sebelum ia lahir. Salah satu cara ialah dengan mengajaknya berkomunikasi secara rutin.Nohan memandangku sambil mengucek matanya, sepertinya ia sangat mengantuk.Samar-samar terdengar Mas Ichsan berbicara serius dengan lawan bicaranya di seberang telepon. Tentang ... Zara. Jantungku berdebar tak karuan saat mendengar nada bi

  • DIARY SKIZO   Kembali Pulang

    Perjalanan kali ini terasa begitu melegakan. Ada Mas Ichsan bersama kami. Kami sedang dalam perjalan kembali ke rumah setelah lebih dahulu mengantarkan Mama dan Papa.Masih teringat wajah sedih Mama saat melepas kami pergi. Bukan karena tak ingin berpisah dengan putranya, namunvkarena beliau khawatir dan tak tega jika aku harus mengurus seorang bayi dan juga suamiku yang sedang tak stabil. Akan tetapi, membiarkannya tinggal jauh dariku, malah berpotensi memperburuk keadaannya. Lagi pula ... aku juga tak tega jika harus berpisah lagi dengannya.Mobil melaju membelah jalanan pantura. Mas Ichsan mengobrol dengan Pak Tikno sementara Mak Nini tertidur di sampingku. Kudekap Nohan yang tengah tertidur dengan satu tangan, lalu bermain dengan gawai di tangan kanan.Bucin Cinta Tanpa PamrihRaung-raung memuj

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status