Home / CEO / Berpindah Tubuh Menjadi Istri CEO / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Berpindah Tubuh Menjadi Istri CEO: Chapter 1 - Chapter 10

41 Chapters

PROLOG

 “Oh? Bagaimana ini?”“Darahnya banyak sekali!”“Kenapa mobil itu melaju dengan kecepatan setinggi itu?”“Ini mengerikan!”Hah, orang-orang sialan! Tidakkah mereka tahu aku perlu bantuan?! Panggillah ambulans dan jangan hanya berdiri diam sembari memperhatikan saja!Ah, aku pasti membuat kalian bingung. Maaf, mari aku jelaskan kembali apa yang sebenarnya sedang terjadi dari awal.*Beberapa saat yang lalu*“Eve! Kau sudah bisa pulang! Waktunya berganti shift!” seru seorang pemuda—Jacob namanya—sembari menatap ke arahku yang sedang sibuk membereskan meja kafe tempatku bekerja.“Oke!” balasku singkat. Selagi diriku berjalan kembali dengan nampan berisi piring dan gelas kotor, bel yang berada di atas pintu kafe bergemerincing, membuatku menoleh. “Selamat datang di café bueno ….” Aku tercenggang, terpaku di temp
Read more

TOLONG TUKAR NASIBMU DENGANKU!

Napasku tidak lagi tercekat dan aku bisa merasakan jantungku berdetak seperti biasanya. Aku … hidup? Batinku.“Oh?! Jarinya sempat bergerak!” Teriakan itu begitu dekat, tapi kelopak mataku yang terasa berat membuatku tidak mampu melihat siapa pemilik sumber suara tersebut. Ingin rasanya meminta tolong sebab seluruh tubuhku terasa sangat sakit, tapi tidak ada suara yang bisa kukeluarkan. Ketika aku membuka mata, sinar yang begitu terang membuatku mengerjapkan mata beberapa kali. Di mana aku? Ruangan apa ini?“Pasien sudah sadar!” teriak seorang wanita dengan pakaian serba putih yang berdiri di sebelah tempat tidurku.Ah, apakah dia seorang perawat? Jadi, tempat ini adalah rumah sakit?Kulihat beberapa orang dengan pakaian serba putih menghampiriku, kutebak mereka adalah dokter. “Nona Evandale Humeera?” panggil salah satu dari antaranya, meminta atensiku.Humeera? Aku mengernyitkan dahi mendengar nama yang mereka gunakan untuk memanggil diriku. Aku ada
Read more

PERUBAHAN IDENTITAS

Dingin, tatapan matanya sangat dingin. “Aku siapa?” Setelah mengulangi pertanyaanku dengan nada mengejek, dia terkekeh dan aku mulai merinding. “Kau lucu sekali, Eve,” sarkasnya. Aku tidak mengenalnya, tentu saja. Tetapi ... tubuh ini memiliki reaksi yang berbeda. Degupan jantung yang diiringi oleh napas memburu, tidak teratur sama sekali. Kemudian dadaku mulai terasa penuh, seakan ingin menyorakkan kebencian yang sangat besar. Setidaknya itu yang aku rasakan sekarang. “Hah, tidak seru!” Keluhan protes terlontar dari mulutnya, dia kembali membuatku bingung ketika aku bahkan belum mengetahui namanya. Tidak hanya itu, dia memperhatikan bagaimana keadaanku dan berkata, “Padahal aku sudah siap menangis di pemakamanmu tetapi rupanya kau selamat dan sekarang ... tidak mengenaliku? Ck, sama sekali tidak seru.” Oho, apa ini? Mereka saling membenci? Memindai dari ekspresi wajah laki-laki di hadapanku ini, aku menemukan sesuatu lainnya yang membuat bulu
Read more

PASANGAN TAK DIMENGERTI

 Kapan terakhir kali aku merasa gelisah tidak karuan? Aku lupa. Apakah itu saat aku menyadari kalau aku sudah mati? Atau saat aku pulang malam dan diikuti oleh orang mabuk? Atau saat aku harus menahan lapar karena tidak memiliki uang sama sekali?  Yang pasti, aku kembali merasakan kegelisahan itu saat ini.  “Kenapa tidak menjawab?” Suara Tanwira semakin membuatku gelisah. Apalagi dengan nada dingin dan menusuknya, dia membuatku kesusahan membuka suara.  “Y-ya,” jawabku tercekat. Aku berdehem untuk mengontrol suaraku dan kembali memperjelas, “Tentu saja aku Evandale Humeera. Apa yang kau pikirkan sampai-sampai mempertanyakan hal konyol seperti itu? Cih ....”  Di bawah tatapan mengintimidasinya, aku yang sudah seperti seekor kelinci yang berhadapan dengan singa hanya bisa menahan diri untuk tidak menangis saat itu juga. Aku adalah wanita kuat, aku tidak pernah menangis karena merasa terintimidasi sebelumnya ... ya, setidaknya be
Read more

LAKI-LAKI YANG AKU PANGGIL SUAMI

 “Aku tidak mau,” tolakku terang-terangan sambil tersenyum manis   Jadi, setelah menghabiskan banyak waktuku di rumah sakit, akhirnya dokter mengizinkanku untuk pulang ke rumah hari ini dan karena itulah keluargaku-- yang sudah beberapa kali aku tolak kehadirannya-- juga datang untuk menjemputku. Lucunya, mereka mengajakku tinggal bersama mereka selama beberapa waktu ke depan untuk pemulihan ingatanku.  Hoho, tentu saja Evandale Faerie ini akan menolak sekuat tenaga. Mereka pikir aku akan menurut begitu saja setelah mendengar ancaman mereka? Cih, they wish.  “Eve, ada apa denganmu? Kau tidak pernah bersikap tidak sopan seperti ini sebelumnya,” tegur ibuku. Dengan topeng tebalnya itu dia berbicara lembut, berusaha menutupi kebusukannya di hadapan mertuaku yang juga datang menjemput. “Hanya satu minggu, kau keberatan karena mungkin akan merindukan suamimu?” godanya tetapi dengan nada tajam di akhir kalimatnya.  “Hm, sebenarnya a
Read more

KEGELISAHAN DAN TRAUMA

  Keheningan panjang yang aku lalui selama di perjalanan masih berlanjut sampai ketika aku ditinggal berdua saja dengan Tanwira di dalam kamar. Aku mulai merasa panas dingin sementara suamiku itu terlihat enggan memulai percakapan terlebih dahulu. Jujur saja, aku pikir dia akan langsung memberondongiku dengan pertanyaan atau apapun itu. Nyatanya dia sepertinya gengsi bahkan hanya untuk menyapaku terlebih dahulu. “Kenapa ada dua kasur di sini?” tanyaku, memilih mengalah dengan memulai terlebih dahulu. Dia sekarang sedang berdiri sementara aku duduk di atas kasur. “Kita tidak tidur di ranjang yang sama? Apa ini benar tempat tidurku?” tanyaku lagi. Dia melihatku-- tidak, lebih tepatnya dia menatapku. Aku tidak tahu apa yang ada di dalam kepalanya tetapi dia terlihat seperti sedang mencari sesuatu yang tidak aku ketahui apa itu. Dengan tangan yang memainkan tongkat, aku bertanya, “Kenapa
Read more

DIA YANG TIDAK BISA DITEBAK

 Aku pernah bermimpi menjadi wanita karir yang sukses, datang ke makam kedua orang itu dengan penampilan elegan dan berharap mereka akan menyesal karena sudah meninggalkanku sendirian. Saat itu aku benar-benar ingin membalas dendam sampai lupa bahwa mereka sudah tidak ada di dunia, bahwa aku tidak lagi bisa melihat mereka dan satu-satunya ingatan yang masih jelas di kepalaku hanyalah dua pasang kaki yang bergelantungan. Selama ini aku ditemani ingatan menyedihkan itu lalu suara yang entah berasal dari mana ini sukses membuat napasku tercekat ketika dia melempar ingatanku kepada kejadian hari itu, membuatku berteriak putus asa di dalam hati sampai pertolongan Tuhan datang menghampiri. Tanwira mengguncang pelan bahuku. “Evandale? Apa yang kau lakukan di lantai? Jatuh?” tanyanya tetapi aku tidak kunjung menjawabnya sampai dia harus mengulangi pertanyaannya sekali lagi dan menyadarkanku yang masih terpengaruh oleh kejadian tadi.
Read more

TANWIRA TARACHANDRA

 Setiap kali tatapanku bertemu dengan Tanwira, sebisa mungkin aku menghindarinya. Akhirnya, dia sibuk dengan laptop miliknya dan aku sibuk berguling-guling pelan di kasurku sambil bertanya-tanya di dalam hati terkait kehidupan suami-istri yang sedang kami jalani. Tentang Evandale Humeera yang merelakan semua miliknya untuk menjadi milikku. Tentang Tanwira Tarachandra yang terlihat tidak acuh di luar tetapi peduli di dalam, lalu tentang diriku yang sepertinya harus belajar banyak hal. “Memangnya tidak ada yang bertanya kenapa ada dua kasur di sini?” bisikku dalam hati. “Mereka ini saling membenci atau mencintai?” “Mereka?”Lesatan pertanyaan penuh nada kecurigaan itu menembus telingaku, membuatku mendesah lelah karena ternyata sudah menyuarakan pikiranku tanpa sadar. Aku tidak pernah seceroboh ini sebelumnya tetapi beginilah …“Kata mereka yang kau maksud itu ditujukan kepada ak
Read more

YANG PALING MENGERTI

“Jangan berbicara dengannya,” tekan Tanwira lagi, untuk kesekian kali. “Aku tidak menyukainya dan kau yang dulu juga selalu menghindarinya.”Aku masih mendongak menatapnya, kebingungan. “Kenapa?” tanyaku penasaran, lalu menambahkan. “Kenapa kau tidak menyukainya?”Tetapi Tanwira tetaplah Tanwira. Dia tidak menjelaskan lebih dan kalau saja aku tidak menahan lengannya, dia pasti sudah melenggang pergi begitu saja.“Aku akan bertemu dengan dia beberapa hari lagi,” ucapku, mengingatkan Tanwira tentang kakaknya yang akan kembali. “Kau masih tidak ingin menjelaskan kepadaku apa maksud pernyataanmu tadi?”Dia menatapku tidak suka lalu berkata, “Kau cukup menghindar saja, apa kau tidak bisa melakukannya?”“Kenapa aku harus menghindarinya?” tanyaku frustasi. “Dengar, aku bahkan tidak tahu apa yang terjadi diantara aku dan dia lalu kau menyuruhku untuk mengh
Read more

BUAH PERSIK

“Oh, pemandangan dari sini bagus sekali. Bukankah begitu, Eve?”Aneska Fayyana—satu-satunya sepupu yang Evandale Humeera punya—ikut datang bersama ayah dan ibu. Aku tidak tahu bagaimana dia tetapi aku langsung tidak menyukainya begitu dia mendahuluiku untuk duduk di sebalah mama mertuaku.Aku mengarahkan tongkatku pada kaki kursi yang didudukinya, memukul pelan sehingga menimbulkan bunyi yang menyita perhatian.“Jangan duduk di sebelah mama mertuaku,” kataku dingin. “Kau ingin membunuh indera penciuman Mamaku dengan wangi parfummu? Menyingkir!”Bagi sebagian orang sikapku mungkin tidak sopan, tetapi baru tadi siang mama memberitahuku bahwa ia terlalu sensitif terhadap wangi-wangian dan bahkan sudah tidak memakai parfum sejak menginjak usia dua puluh tahun.“Evandale!” tegur ibu. “Kenapa kau membuat suasana menjadi canggung?! Apa salahnya jika Kakakmu duduk di situ?”&ldq
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status