Home / Romansa / Balada Cinta ShaBar / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Balada Cinta ShaBar: Chapter 31 - Chapter 40

106 Chapters

30. Akbar: Coward!

Naila tersenyum. "Iya. Makasih Abang mau nerima Kak Alisha. Aku jadi kaya punya kakak perempuan sekarang."Kalimat Naila terasa menghujam jantung. "Aku udah putus sama Alisha.""What?" Mata Naila membeliak. "Becanda, kan?"Aku mengangguk mantap."Ngga mungkin! Abang suka, kan, sama Kak Alisha?"No comment."Kenapa, Bang?" Naila masih mendesak."Dia sudah punya pacar, Nai. Mungkin karena tahu Alisha ta'aruf, jadi pacar
Read more

31. Alisha: Pilihan

Abis wudhu, malah bingung sendiri. Dasar Pak Ustadz Akbar, nyuruh istikharah tapi ngga ngasih tahu gimana caranya, huh.Telpon lagi apa, ya?Ngga usah, deh. Googling aja. Ternyata ngga susah-susah amat, cuma dua raka'at, niat shalat istikharah, trus baca al-Kafirun di raka'at pertama, al-Ikhlas di raka'at kedua.Oke, sip. Al-Kafirun itu yang mana lagi? Masa Googling again? Aaargh!Udah, deh, kelamaan. Keburu subuh. Cukup Al-Fatih
Read more

32. Alisha: Done!

"Semalam Dirga menelepon." Jiah, dia ngalihin topik."Trus?" Aku bertopang dagu, lurus-lurus ngadep dia, menikmati rona merah yang pelan-pelan memudar. Aih, pengen nyubit."Katanya Baruna demam tinggi sampai ngigau manggil kamu.""Astaga!" Langsung ngecek hape. Ada buanyak miscall dari Dirga. Satu telepon masuk. Ini pasti yang diterima Akbar. Ya, ampun, udah lewat jam sepuluh.Telpon balik Dirga, cuma nada sambung doang, ngga diangkat.Antrean mobil di lampu merah panjang banget. Kuedarkan pandang ke sekeliling. Di sebelah kanan ada motor yang brenti, pas ketutupan tangan Akbar."Eh, Bar, awas t
Read more

33. Akbar: All About Chocolate

Hmm, makin pintar menjawab dia. Lampu merah masih jauh tapi kendaraan sudah padat dari sini. Kupalingkan pandang ke kanan. Sebuah motor berhenti tepat di samping.Dairga!Alisha masih senyam-senyum, tampaknya senang sekali telah berhasil membuatku tak bisa menjawab. Jelas terlihat, dia terlalu fokus padaku. Pasti belum sadar ada Dirga tepat di samping mobil.Kutopangkan siku di jendela. "Semalam Dirga nelepon," kataku, berusaha membuatnya tetap fokus padaku. "Trus?" Dia sampai bertopang dagu untuk mendengarkan."Katanya Baruna demam tinggi sampai ngigau manggil kamu.""Astaga!" Sesuai perkiraan, Alisha langsung beralih pada ponsel.
Read more

34. Alisha: Maafkan

Hiya! Akhirnya selesai juga drama hari ini. Ada dua anak beda ukuran yang berantem, banting-bantingan sampe bibir pecah. Satu anak kelas nol kecil, mencret di celana dan bikin kelas dipenuhi aroma kotoran manusia. Parahnya, dia cuma nangis, sama sekali ngga mau dideketin siapa pun buat dicebokin. Kan, repot, kita terpaksa nunggu Mbaknya jemput supaya bisa bersih-bersih kelas.Setelah anak-anak pulang semua, baru bisa rebahan dikit di sentra seni. Di atas playmat, di tengah-tengah ruangan yang udah lengang, ngerentangin tangan sejauh-jauhnya ke kiri dan kanan. Segala kerumitan gara-gara anak-anak, segala drama dampingin mereka belajar, jauh lebih nyenengin daripada semua kerumitan hubungan sama Dirga. Syukurlah, aku udah lepas dari semua itu. Hari ini, perasaanku ringan
Read more

35. Alisha: Kesalahan

Akhirnya pake hape Mama buat pesen ojol. Nyampe di IGD, pasiennya buanyak banget. Aku harus ngejar-ngejar perawat biar Mama cepet-cepet ditangani. "Sebentar, ya, Mbak, kita prioritaskan pasien gawat darurat dulu," gitu kata salah satu perawatnya.Mama keliatan makin lemes. Merem aja di brankar nungguin dokter. "Bentar, ya, Ma. Pasiennya banyak banget malem ini."Mama ngelus kepalaku, bikin mata jadi anget, nahan airmata biar ngga jatoh jadi tangis. "Mama ngga apa-apa," katanya agak serak, nyaris ngga kedengeran.Kugenggam tangan Mama. "Mama, kalo mau marah sama aku, marah aja. Jangan jadi sakit. Aku tahu, aku salah. Marahin aja, Ma." Ngga tahan lagi, airmata ngalir gitu aja.Tangan Mama balik menggenggam. Lemah dan anget. "Mama sayang Icha."
Read more

36. Alisha: Lintang

Tulis chat buat Akbar. "Hapenya udah nyampe. Makasih, ya. Jangan khawatir, ngga kamu kasih hape juga pasti aku bantu jagain." Kirim, centang satu."Oya, aku kesel karena kamu ambil fotoku tanpa ijin. Tapi karena kamu udah ngasih hape, aku anggap ini permintaan maafmu. Kumaafkan." Kirim, centang satu juga.Serah.Mama keliatan pules banget tidurnya. Bisa rawat inap di kelas satu kaya sekarang itu, rasanya cuma mimpi sepuluh tahun lalu. Atau sebelas tahun?Udah lama banget Mama berjuang sendiri. Jadi inget, dulu Mama
Read more

37. Alisha: Kamu Di Mana?

Abis itu, kita ngobrol banyak banget. Rasanya kaya dua sahabat yang udah lama ga ketemu. Udah lama juga kayanya, ngga punya temen ngobrol kaya gini. Mungkin sejak aku kehilangan sahabat gara-gara ketahuan jadi selingkuhan cowoknya. Dan sekarang judulnya, Isteri Mantanku Jadi Sahabatku, hahaha. Hidup ini gila!Aku bener-bener kagum sama ketegaran Lintang. Ngga tahu gimana kalo aku ada di posisi dia. Baruna mimisan parah abis maghrib tadi. Waktu dia mau ngasih tahu Dirga, suaminya itu ternyata udah berbusa di kamar mandi.Bener-bener idiot! "Tinggalin aja, Mbak. Ngga bisa diandelin gitu, cari cowok yang beneran bisa jadi suami aja."Dia tersenyum pahit. "Emang ada yang mau sama aku?" katanya ngebuang pandang ke bulan sabit yang maki
Read more

38. Akbar: Aroma Zara

Waktunya untuk sedikit melemaskan kaki di Haneda. Sebelum lanjut ke Baltimore, singgah sebentar di satu-satunya all-vegan cafe di sini. Mencari makanan halal memang susah-susah gampang di bandara, tapi dengan restoran all-vegan, setidaknya tak perlu khawatir kandungan pork dan teman-temannya. Hanya perlu mengingatkan pelayan bahwa aku tidak mau kandungan alkohol, meski hanya setetes amazake.Jepang selalu mengingatkan pada Zara. Ini adalah negeri impiannya. Dia membayangkan mendaki Fujiyama dan berpiknik di bawah sakura. Sayang, aku tak bisa mewujudkan impiannya itu. Kematian lebih dulu mencegat harapan.
Read more

39. Alisha: Lepasin!

Aku kebangun gara-gara suara orang ngobrol. Mama sama satu cowok yang gaya ngomongnya formal banget, kaya Akbar, tapi bukan Akbar. Biarin, deh, males. Paling dokter.Lanjutin aja bobo di sofa samping tempat tidur."Kalau ada apa-apa, jangan sungkan hubungi saya, ya, Bu," suara laki-laki itu.Disambung sama suara Mama, "Iya. Tolong sampaikan terimakasih saya pada Pak Akbar, ya.""Iya, Bu. Pasti saya sampaikan."Eh, siapa, sih? Jadi pinisirin. Kubuka mata. Seorang laki-laki berdiri di samping tempat tidur Mama dengan sikap formal. Kemeja putih dan celana dongker yang diseterika rapi cocok banget sama dasi biru muda di lehernya."Mb
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status