Home / Romansa / Balada Cinta ShaBar / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Balada Cinta ShaBar: Chapter 21 - Chapter 30

106 Chapters

20. Alisha: Rahasia Kita

Dasar patung es ngga jelas!Hape di tasku tiba-tiba bergetar. Panggilan telepon, dari Dirga.Hmmpft! Aku udah mutusin. Ngga boleh oleng lagi. Kutelungkupin hape di paha. Getarnya ngeselin. Berhenti. Akhirnya getar itu brenti juga. Bisa napas lega dikit.Eh, getar lagi. Sekarang pendek aja. Pesan, dari Dirga. Kebaca dari preview, "Kamu ngga beneran mutusin ...." Buka, ngga? Ugh! Ngeselin.Kubanting hape ke paha. Kapan ini akan berhenti? Pesan dari Dirga lagi. "Aku ngga bisa hidup ....
Read more

21. Akbar: Sillage

Sudah hampir pukul satu pagi ketika aku tiba di rumah. Untung pintu gerbang sudah diatur terbuka otomatis dengan sensor yang ditanam di mobil.Kutempelkan kartu untuk membuka kunci rumah. Ruangan besar ini terasa sepi sekali. Tak ada lampu yang menyala. Hanya ada cahaya dari lampu hias di taman dan teras.Teringat kata-kata Alisha, rumah ini memang terlalu besar, bahkan untukku. Tak ada yang tahu apa yang terjadi di tiap kamarnya. Banyak juga kamar kosong tak berpenghuni yang sekarang jadi terasa mubazir.Rumah sebesar ini, ternyata sangat menggoda untuk berbuat maksiat. Apa gunanya rumah, jika tak dapat membantu melindungi penghuninya dari api neraka?Aku harus bicara dengan Naila. Gadis itu sudah dewasa, harusnya dapat memilih dan memilah mana yang benar. Namun, sebaik
Read more

22. Alisha: Please, Marry Me!

Begitu nyampe, nemu kasur langsung tidur. Haduh, bisa jerawatan, nih, ngga bersih-bersih dulu. Bangun-bangun, baru nyadar kalo hape mati kehabisan batre. Nasib, ya, nasib. Semoga bisa penuh sebelum berangkat sekolah."Kamu beli cookies?" tanya Mama, ngeliat toples di meja makan."Dikasih Akbar, katanya buat Mama," jawabku ngasal. Biar Mama tahu, calon mantu idamannya ternyata seenak udel ngasih hadiah.Eh, Mama malah ngakak, dong. "Alesan banget Akbar. Bilang aja mau ngasih kamu, pake bilang ngasih Mama, hahaha!"Eh? Masa? Serah, dah. Lanjut ke dapur masak sarapan. Ada roti tawar sama keju, bikin roti bakar aja, deh."Eh, ternyata Akbar tip
Read more

23. Akbar: Kehilangan

Sudah banyak orang di rumah sakit. Memusingkan. "Kamu turun, Pan, tanyakan di mana kantor pimpinan rumah sakit.""Baik, Pak." Topan langsung membuka kunci pintu mobil tanpa mematikan mesin."Kalau ada yang tanya, katakan saja, Presiden Direktur Purwaka Grup minta bertemu.""Baik, Pak" katanya lagi dan keluar.Naila menyandarkan kepala ke jendela. Jari tengah dan telunjuknya mengetuk-ngetuk kaca pelan.Tak berapa lama, Topan datang dengan berita, "Pimpinan rumah sakit sedang konferensi ke Sydney. Tapi wakilnya ada, saya sudah minta waktu untuk bertemu.""Bagus. Good job. Sudah tahu lokasi kantorn
Read more

24. Alisha: Sesak

Haduh! Horang kaya, mau dikubur aja jauh banget ke Karawang. Aku, kan, jadi ngga bisa ikut ngelayat. Mana kata berita gosip di TV, dari Ciawi langsung dibawa ke Karawang."Ya ampun, emang gitu, kali, ya, orang kaya," kata Bu Farah sambil nyiapin worksheet buat sentra seni, "bapak ibunya meninggal, sekarang Tante sama omnya. Dia sendiri, ga jelas siapa ceweknya, jangan-jangan gay.""Hah?" Jelas aku kuaget! Tuduhannya itu, loh. "Gay?" Ngga tahu mereka betapa bucinnya Si Akbar. Pen ngakak, takut dosa."Wah, jangan-jangan, ya.
Read more

25. Akbar: Gugur Sebelum Mekar

Kututup telepon. Alisha ada di rumah. Bagus sekali. "Topan, kamu bisa ngebut?" "Wah, saya belum punya SIM, Pak. Tadinya mau nyari SIM hari ini, kan, ngga jadi," jawabnya bernada kecewa. "Pinggirkan mobilnya, kita tukar tempat."  "Eh, gimana, Pak?" suara Topan terdengar bingung. "Pinggirkan mobilnya, saya ajari caranya ngebut." Tanpa bertanya lagi, Topan menepikan mobil dan memberikan kemudi kepadaku. "Perhatikan, Pan," kataku sambil menginjak gas dalam-dalam, "kalo mau ngebut, pastikan di jalan tol yang tidak begitu ramai, minimal kamu harus punya spare
Read more

26. Akbar: Better This Way

Kututup pintu kamar, kusandarkan kening ke daun pintu. Lebih baik begini. Tentu, lebih baik begini.Mataku menghangat. Aku tak menangis. Ini yang terbaik untuknya. Bersama seseorang yang dicintai sepenuh hati, apalagi yang lebih baik dari ini?Jantungku seperti diremas. "Jantung ini hadiah dari Allah. Kamu harus jaga baik-baik," kata Ayah.Dua tetes air jatuh dari mata saat aku memejam. Yeah, but my heart's been broken over and over again.Di antara semua, ini adalah yang paling konyol. Kehilangan sesuatu yang bahkan belum dimiliki. Seperti mengacungkan jari pada kupu-kupu yang terbang berharap dia akan hinggap. Namun, dia lebih memilih b
Read more

27. Alisha: Don't Let Me Go

"Itu yang harusnya aku lakukan juga, ya?" Malah jadi ngeliat diri sendiri. Kalo ngomong gitu sama cowok-cowok itu, mungkin mereka ngga jadi selingkuh. Trus aku ngga jadi selingkuhan, trus aku bakal jadi cewek polos yang ngga ngerti apa-apa soal cowok, hahaha. Tau-tau udah nyampe aja depan rumah. Akbar narik rem tangan dan matiin mesin. Sementara aku deg-degan. Ya ampun. Gimana ini? Mama pasti marah besar, nih."Lupa cara buka pintu mobil?" Hiya! Tiba-tiba Akbar udah bukain pintu dengan muka lempeng tanpa ekspresi. Ih, ada, ya, orang mukanya lebih kaku dari kanebo kering. Perlu dicelupin ke comberan, kali, biar lemes dikit.Aku keluar, nahan kesel.Langkahku ketahan karena dia ngambil sesuatu di kursi belakang. "Bu
Read more

28. Alisha: Let It Go!

Kalo Akbar ngomong lembut gini, aku jadi ngga tahu gimana mau ngerespon. Nasib, kebiasaan dipedesin. Untung Mama dateng, nyuruh masuk buat makan malam.Di meja makan, Akbar ngga banyak ngomong. Dia cuma ngedengerin Mama cerita panjang lebar. Mulai dari ayam cabe ijo sampe curhat soal ngga bisa ketemu pas di pemakaman. Jelas, Akbar spontan minta maaf, dia emang ngasih perintah buat ngalangin siapa aja yang pengen ketemu karena nerima ucapan belasungkawa itu bikin kesedihan jadi lebih nusuk, katanya.Jadi inget Naila. Dia bilang, dia harus tegar di depan Akbar karena sadar, kakak sepupunya itu mungkin jauh lebih terluka daripada dia sendiri.Akbar harusnya udah jadi sebatang kara di dunia ini kalo ngga ada Ammah Hana. Sekarang dua orang yang bikin dia jadi punya keluarga kedua tiba-tiba pergi gitu aja. Ugh! Aku bisa n
Read more

29. Akbar: Step On My Shoes

"Maksudnya? Naila lebih membutuhkan aku daripada kamu membutuhkanku atau Naila lebih membutuhkan aku daripada membutuhkan kamu?"Aha! Akhirnya, dia cukup encer hari ini. "Interpretation belongs to the reader," kataku.Aku pergi dengan perasaan lega yang aneh. Aku telah melepaskannya, memberikannya kesempatan terluas untuk memilih. Alisha tak boleh menjadikanku bemper jika gagal dengan Dirga. Dia harus menghadapi konsekuensi dari pilihan berisiko yang telah diambilnya.Kuhentikan mobil di ujung jalan sebelum jalan raya. Jalanan ramai di depan hanya diterangi lampu jalan. Masih segar di ingatan, pikiran mengabut saat melihat genangan darah di sana. Aku mengiringi mobil jenazah dari
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status