Semua Bab Balada Cinta ShaBar: Bab 11 - Bab 20

106 Bab

10. Alisha: It's You!

"Syukurlah, lidahmu cukup cerdas," katanya datar.Maksudnya apa coba? Udah gitu langsung pergi aja lagi. Ngga sopan. Padahal aku udah nawarin buat jadi pendengar curhat yang baik. Huh! Kutarik penawaran tadi!Bodi boleh seksi, tapi kelakuan bikin makan hati. Ngomong-ngomong, dia ikut olahraga apa sampe perutnya kotak-kotak gitu. Apa karena jadi chef, makanya roti sobek jadi nempel di badannya?Argh! Sialan! Kenapa tadi malah pake baju di depanku? Jadi ngebayangin kebalikannya, kan? Tutup muka pake tangan.Eh, tanganku masih megang hape. Dia lupa ngambil lagi hapenya. Hehehe, apa perlu aku ceki-ceki?Huahahahaha! Dasar CEO, layarnya pun ngga
Baca selengkapnya

11. Alisha: Chocochips Cookies

Terima, ngga? Kalo diterima, ntar jadi oleng lagi. Kehangatannya, kelembutannya, perhatiannya, ugh, susah ditolak. Gimana, dong?Kalo ngga diterima, ntar marah. Biarpun sebenernya dia ngga pernah marah. Baru tadi ngeliat dia semarah itu. Kesel banget kayanya, padahal cuma kopi doang. Akbar aja dapet kopi kaya gitu bisa tetep kalem. Tapi, patung es ngga bisa dijadiin pembanding, sih. Kayanya dia emang ngga punya perasaan.Getar hape akhirnya brenti. Napasku bisa ngalir lagi. Cuma beberapa detik, trus getar lagi.Ya, ampun! Apa diblokir aja nomernya? Tapi, gimanapun, dia, kan, wali murid, mana mungkin diblokir?Trus? Cuekin aja?Tapi aku juga pengen tahu gimana reaksinya. Lagian, belom ada kata putus yang bener-bener jelas. Kay
Baca selengkapnya

12. Akbar: Perasaan

Dasar Naila! Dia pikir bisa membodohiku.Kutemui para remaja beranjak dewasa itu. "Adek-adek, sudah selesai belajarnya?"Anak-anak baru lulus SMA itu serempak mengeluh. "Udah capek, Bang. Butuh hiburan, nih. Sekarang aja nontonnya."Hm, ini yang terjadi ketika belajar menjadi kewajiban. "Udah zhuhur. Shalat, makan, setelah itu baru nonton."Mereka bersorak lagi. Tentu saja, hanya Naila dan anak lelaki itu yang diam saling memandang. "Musholla ada di kebun belakang, ada keran buat wudhu di sana, tapi tidak ada toilet," jelasku singkat. "Oke, Bang!" sahut salah satunya. Tanpa perlu diperintah, para remaja menjelang dewasa ini merapi
Baca selengkapnya

13. Alisha: Stop It!

"Aku udah milih!" kataku, dikuat-kuatin. Padahal mata udah mau nangis.Ngapain juga Dirga dateng lagi ke sini? Kenapa dia jadi kaya gitu? Dateng-dateng main pukul?"Ayo, shalat," ajak Akbar datar, trus pergi aja, ngga pake nunggu.Aku lagi ngantre toilet. Jadi orang terakhir di antrean itu ngga enak. Terpaksa harus ngantre sendiri.Naila keluar toilet dan langsung pamit ke pintu belakang yang ada di ujung koridor. Aku iyain aja, lagian masih harus ke toilet, kan? Baru aja mau masuk toilet, kedengeran langkah kaki buru-buru. Aku balik dan auto-terpaku. Dirga berhenti selangkah di depanku.Dia juga kayanya terpaku, cuma ngeliatin ngga pake ngomong sedikit pun. Akhirnya kuputus
Baca selengkapnya

14. Akbar: Koi atau Ai?

Tak ada jawaban dari dalam. Tak ada suara juga. Duduk bersandar di pintu toilet, aku memikirkan diriku sendiri. Mengapa harus terlibat di antara mereka?Kuketukkan kepala ke pintu. Terdengar ketukan yang sama dari balik sana. Sepertinya dia juga duduk bersandar di balik punggungku. "Alisha?"Tak ada jawaban. Hanya suara kucuran air tak lama kemudian. Buatku, itu sudah cukup melegakan. Setidaknya, aku bisa yakin bahwa dia masih bisa berjalan ke wastafel.Pak Ali datang menghampiri ketika aku hendak keluar ke musholla. "Pak Dirga masih di luar, Pak," katanya setengah berbisik, "kayanya dia nunggu Mbak Alisha. Apa perlu saya usir?"Kulirik pintu toilet yang masih tertutup rapat. Dia memilih bertahan di dalam. "Biar saja," kataku, "apa yang dia lakukan, bukan urusan kita."
Baca selengkapnya

15. Alisha: Suami Orang

Uhuk!Asem! Udah minta maaf juga, masih diomongin. Kayanya Akbar tipe pendendam, deh. Salah dikit, diinget selamanya, huh!Enakan sama Dirga kalo soal ini. Seandainya aku nangis di lengan Dirga tadi, dia pasti bakal meluk aku dan ngga akan peduli soal baju yang basah.Ah, andai mereka tukeran tempat. Akbar yang ada di mobil merah itu, Dirga duduk di sini makan siang bareng sama aku."Aku tidak akan menghalangi kalau kamu mau ke sana." Kalimat Akbar ngalihin perhatian dari mobil Dirga.Kusendok kuah ramen yang udah dingin. Rasa kaldunya kentel banget, bikin ini jadi ramen terenak sepanjang masa. Akbar emang cowok paling jago masak yang pernah kutemui. Sekaligus cowok paling ngeselin sedunia. "Kenapa kamu aneh banget?"
Baca selengkapnya

16. Akbar: Tentang Zara

"Penghasilan segitu, tongkronganmu waktu itu cuma motor sport?" tanyanya dengan nada tak percaya."Kok, kamu tahu? Seingatku tidak ada foto dengan motor di album. Kita pernah ketemu sebelum ini?" Jalanan cukup ramai hari Ahad begini. Mobil yang ditumpangi Naila dan kawan-kawan sudah tak terlihat lagi di depan, malah mobil merah Dirga terlihat menjaga jarak dengan jeda satu mobil sejak keluar dari La Luna tadi. Mau apa dia?"Zara itu, yang tinggal depan rumahku, kan?" Dia malah balik bertanya."Oh, ya. Kamu sudah lihat fotonya, ya. Kamu kenal Zara?" Kulirik kaca spion tengah. Mobil Dirga tertinggal dua mobil di belakang. Jika dia menyalip satu mobil di depannya, berarti fixed
Baca selengkapnya

17. Akbar: Yang Paling Cantik

Setelah memberi jeda lima belas menit, mobil kujalankan lagi. Namun, tak sampai lima menit, antrean panjang memaksaku menginjak rem."Ok, Google, rute pulang," perintahku pada aplikasi assistant di ponsel.AI pun mengalkulasi dan memutuskan rute pulang yang sudah pasti hanya tinggal satu pilihan, mengikuti jalan tol. "Terjadi kecelakaan di kilometer empat puluh," suara mesin melaporkan dengan datar."Cari berita kecelakaan di kilometer empat puluh," titahku lagi."Ini beri
Baca selengkapnya

18. Alisha: Kamar Akbar

Astaga! Aku ketiduran!Di mana ini? Mobilnya udah diparkir. Ya ampun!Eh, Akbar juga tidur! Manis banget, sih, jadi pengen nowel.Ups! Fokus, Alisha! Nowel-nowel anak alim, bisa dislepet cambuk neraka.Kulihat sekeliling. Taman luas, pintu besar, tiga anak tangga, teras marmer putih. Apa ini rumah Akbar? Gila, gede banget!Aduh, kebelet pipis. Gimana, nih? Masuk aja?Kubuka pintu mobil. Seorang lelaki muda menghampiri. "Udah bangun, Mbak?" sapanya agak sok akrab."Eh, iya," jawabku sesantai mungkin, "boleh numpang pipis?""Oh, boleh, Mbak. Mari saya antar," jawabnya ramah.
Baca selengkapnya

19. Alisha: Sst, Rahasia

Keluar dari area penuh rak buku, masuk ke area luas berlapis karpet ijo. Di kiri kanannya ada jendela berbentuk lingkaran dari kaca mozaik bergradasi biru. Yang sebelah kanan berbentuk tulisan Allah, yang di sebelah kiri kaligrafi Muhammad. Cahaya matahari yang nembus jendela sebelah kanan, bikin suasana ruangan jadi syahdu dan tenang.Aku takjub. Gila, musholla di rumah, loh, ini. Keren banget. Jadi inget, belom shalat ashar. Baru aja selesai wudhu, tau-tau ada suara anak-anak yang baru keluar dari bioskop. Mereka masih ketawa-ketawa ngomongin film Cewek Sebelah Rumah yang barusan ditonton."Eh, Kak Alisha, mau shalat? Bareng, yuk!" ajak Naila semringah. Wajahnya keliatan jauh lebih cerah daripada waktu keluar dari La Luna
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status