Home / Romansa / Om Duda! / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Om Duda!: Chapter 41 - Chapter 50

55 Chapters

Chapter 41: Ucapan Terima Kasih

"Kai seolah tidak pernah menerima kehadiranku. Saat kita bersama dia selalu membicarakan Disya, itu membuat aku kesal Dev," kata Naisya mengadu.Devan yang sedang duduk di kursi kebesarannya masih terus memperhatikan Naisya yang sedang mengoceh, sudah dari dua puluh menit yang lalu Naisya mengeluarkan keluh kesahnya."Aku harus gimana lagi biar Kai suka sama aku?"Devan menghela napasya kasar. "Kata siapa Kai membenci kamu? Kamu harusnya bisa mengambil hati Kai. Tidak mungkin kan saya terang terarangan mengatakan secara langsung kepada Kai bahwa kamu Ibu kandungnya. Coba perlahan-lahan kamu coba mengambil hati Kai, katanya ikatan seorang anak dan Ibu sangat kuat?"Naisya memicingkan matanya. "Kamu lagi nyindir aku, Dev?" tanya Naisya menatap Devan kesal."Fatya, saya sedang tidak mau berdebat!" kata Devan menatap Naisya tidak kalah kesal."Akhir-akhir ini kamu aneh! Kenapa sih?""Saya sibuk dengan pekerjaan saya di kantor
last updateLast Updated : 2022-02-02
Read more

Chapter 42: Sebuah Janji

"Jadi kapan Neng Disya mau masakin makanan buat Bapak?" tanya Siti menatap Disya yang sedang menata meja makan.Gadis dengan rambut dicepol asal itu, menatap sebentar asisten rumah tangganya beberapa detik, lalu kembali sibuk dengan kegiatannya."Nanti aja deh setelah Disya wisuda, Disya mau masakin banyak banget makanan buat Pak Devan," katanya.Siti tersenyum. "Lagian Neng Disya kenapa harus sembunyi-sembunyi sih?"Disya terkekeh. "Disya tuh mau masakin Pak Devan kalau keahlian masak Disya udah jago," kata Disya berjalan menghampiri Siti yang berdiri di dekat mini bar. "Menurut Bi Siti, makanan Disya udah enak belum?" Lanjutnya lagi merangkul tangan kanan Siti.Siti mengangguk-anggukkan kepalanya pasti. "Masakan Neng Disya udah enak banget, Bibi juga kayanya kalah deh," kata Siti menatap istri majikannya dengan wajah yang pura-pura sedih. "Nanti kalau Neng Disya sudah masakin makanan buat Pak Devan sama Kai, bisa aja kan bibi dipecat sama Bapak."
last updateLast Updated : 2022-02-05
Read more

Chapter 43: Berakhir

"Acara resepsi sudah dekat, harusnya kamu membicarakan tentang ini di depan keluargamu," kata Syiren saat itu. "Apa perlu aku yang mengatakannya?" lanjutnya lagi, menatap Devan dengan tatapan sengit. "Saya akan meninggalkan Fatya!" kata Devan tegas. Syiren menatap manik mata Devan, memperhatikan kesungguhan lelaki itu tentang ucapannya. "Buktikanlah!" tantang Syiren. "Saya akan mengakhiri hubungan saya dengan Fatya. Tapi, saya mohon jangan ceritakan apapun kepada Disya. Jangan sampai Disya mengetahuinya ...." Devan memohon kepada Syiren. Lelaki itu sudah mencintai Disya ... Disya berhasil membuat Devan jatuh cinta. Mungkin, itu adalah alasan kenapa saat Fatya meminta Devan untuk menceraikan Disya, hatinya seolah tidak setuju. Harusnya Devan mengungkapkan perasaannya lebih dulu, tapi Devan terlalu gengsi untuk mengatakan hal itu. Devan belum terlambat! Lelaki itu akan menemui Disya dan mengungkapkan perasaanya. Devan merogoh saku jasnya, mengel
last updateLast Updated : 2022-02-07
Read more

Chapter 44: Pengungkapan Cinta

Disya mengusap wajahnya, dari beberapa jam yang lalu gadis itu masih berada di apartemen. Disya melirik jam tangannya yang sudah menunjuk ke angka delapan lebih lima menit.Perlahan kakinya menyentuh lantai, turun dari kursi bar dan berjalan hendak keluar dari apartemen. Saat lift yang di naikinya sudah berada di lantai lobby apartemen, banyak pasang mata yang memperhatikannya. Mungkin orang-orang melihat Disya seperti gadis linglung, kedua matanya menatap ke depan kosong, juga wajahnya yang pucat pasi.Disya mengabaikannya, berjalan keluar dari gedung itu. Kakinya melangkah lunglai menyusuri trotoar, suara dari kendaraan, juga klakson mobil dan motor terdengar saling bersahutan dari beberapa pengendara yang melaju dengan tidak sabaran. Jam lima sore tadi, hujan deras mengguyur kota. Sekarang sudah reda namun tetap menyisakan gerimis. Angin malam, dan gerimis membuat tubuh kedinginan. Tapi ... Disya tidak merasakan itu, mungkin karena hatinya sedang sakit, pikirannya k
last updateLast Updated : 2022-02-10
Read more

Chapter 45: Si Perebut

Disya menatap dirinya di pantulan cermin, kebaya modern berwarna peach masih melekat di tubuhnya. Tangan Disya bergerak untuk menghapus make-up yang menempel di wajahnya.Tepat hari ini, Disya baru saja melangsungkan wisuda. Setelah mengganti pakaiannya dengan pakaian rumahan, Disya mulai memindah-mindahkan semua pakaian yang ada di lemarinya ke dalam koper. Matanya mengamati setiap sudut kamar, banyak foto-foto Disya dengan ayah dan bundanya yang terpajang di dinding.Disya tersenyum getir, menarik napas panjang, lalu menghembuskannya perlahan. Kaki Disya berjalan keluar dari kamar, menuruni tangga untuk menuju ke dapur."Bi Siti, Bunda mana?" tanya Disya yang melihat hanya ada Siti yang sedang memasak di dapur.Siti menoleh lalu tersenyum menatap Disya. "Tadi sih bilangnya mau ke kamarnya, Neng," jawab Siti.Disya mengangguk. "Ya sudah, Disya ke kamar Bunda dulu kalau begitu. Bi Siti nggak papa masak sendiri dulu?""Iya ... enggak papa, Ne
last updateLast Updated : 2022-02-16
Read more

Chapter 46: Kehilangan Yang Belum Diketahui Kehadirannya (1)

Wajah Devan sudah terlihat sangat kacau, pakaiannya juga terlihat kusut dan berantakan. Penampilannya jauh dari penampilan Devan yang selalu terlihat rapih seperti biasanya. "Bang Dev, makan dulu," kata Naya mengusap punggung Abangnya. Mengajak Devan untuk makan, karena dari semalam lelaki itu tidak memasukkan apa-apa ke dalam mulutnya. Devan menyenderkan kepalanya ke bahu Naya. "Nay, Disya keguguran ...," lirih Devan menangis tergugu. Naya mengangguk pelan, melihat Devan seperti ini membuat Naya tidak tega. Naya memeluk tubuh Devan, membiarkan lelaki itu menangis di dalam pelukannya. "Abang sudah kehilangannya ...." Naya tidak bisa menahan tangisnya juga. Naya bisa merasakan kesedihan yang dialami oleh Devan. Gadis itu baru pertama kali melihat Abangnya menangis tergugu seperti ini. Bagaimana Devan tidak menangis, mengetahui jika Disya mengalami keguguran. Bahkan kehadiran janinnya saja, Devan belum mengetahui, tapi Tuhan sudah mengambilnya kembali.
last updateLast Updated : 2022-02-18
Read more

Chapter 47: Kehilangan Yang Belum Diketahui Kehadirannya (2)

Tepat pukul satu siang Disya terbangun. Dina yang selalu berada di  samping Disya, menemani putrinya. Saat siuman, Disya langsung khawatir tentang keberangkatannya ke Yogyakarta yang harus dibatalkan karena Disya berada di rumah sakit sekarang."Hari ini kita harus pergi, Bunda ...," kata Disya lagi.Dina menggeleng. "Kamu harus pulih dulu, sayang," jawab Dina sembari mengelus pucuk kepala Disya lembut."Disya baik-baik aja kok! Disya cuman kecapean aja, enggak perlu dirawat juga," kata Disya.Sebenarnya itu tidak benar. Disya merasakan keram di bagian perutnya. Namun, dia harus berbohong karena gadis itu benar-benar ingin cepat pergi dari kota itu."Kamu harus tetap di sini, sayang."Disya memanyunkan bibirnya."Ayo makan dulu," ucap Dina. Mengambil makanan yang sudah disediakan. Disya menerima suapan yang disodorkan oleh Bundanya. Dina terus memperhatikan gerak-gerik Disya yang selalu menatap pintu yang tertutup rapat, wajah pu
last updateLast Updated : 2022-02-20
Read more

Chapter 48: Pergi Untuk Menyembuhkan Luka

Pak Devan tahu enggak sih, Disya tuh rasanya pengen banget nanyain sama Mamah Maya, bener enggak sih Pak Devan anak kandung Mamah Maya sama Papah Husein? Pak Devan tuh enggak humoris kaya Mamah, Papah sama Naya. Jangan-jangan Pak Devan anak pungut lagi! Pak Devan tuh jutek, dingin, trus kalau bicara irit banget. Bicara panjang lebar kalo lagi marahin Disya aja, trus Pak Devan selalu aja pakai istilah-istilah dan kata-kata yang kadang Disya harus loading dulu buat paham. Huh! Nyebelin.Pak Devan juga selalu ngelarang Disya sama Kai buat makan cokelat, es krim, ciki-cikian, junk food, pokonya semua makanan enak deh. Pak Devan tuh manusia ter-aneh yang pernah Disya temuin tahu! Mana ada manusia yang enggak suka makanan enak banget kaya gitu ... Aish, aneh!Devan menyunggingkan senyumnya setelah selesai membaca tulisan tangan Disya yang ada di kertas berwarna merah muda itu. "Apa saya perlu tes DNA untuk membuktikan saya anak kandung Mamah dan Papah? Dan, makanan seperti i
last updateLast Updated : 2022-02-23
Read more

Chapter 49: Rasa Rindu dan Luka

Disya beneran enggak suka duduk di kantin kampus. Pak Devan tahu karena apa? Mahasiswi di sana selalu aja ngomongin Pak Devan, muji-muji Pak Devan, bahkan ada yang ngaku-ngaku kalau dia istri Pak Devan katanya. Ih, nyebelin kan?!Terus juga kenapa sekretaris Pak Devan harus punya bodi kaya gitar spanyol? Kenapa enggak nyari sekretaris yang laki-laki aja? Pak Devan tahu, Disya beneran enggak suka lihat Pak Devan sama Bu Sasya. Disya minder, Bu Sasya kelihatan lebih cocok kalau jalan beriringan sama Pak Devan dibanding sama Disya. Kenapa sih orang-orang selalu ngira kalau Disya itu adik Pak Devan? Karena Disya pendek, gitu? Tinggi Disya juga enggak sampai pundak Pak Devan. Ah! Enggak pokonya ini salah Pak Devan, karena Pak Devan yang ketinggian!Terus Pak Devan kenapa sih ganteng banget, huh? Bisa enggak sih gantengnya cuman bisa dilihat sama Disya aja, trus kalau Pak Devan ketemu orang-orang mukanya di jelek-jelekin aja gitu, biar yang naksir Pak Devan cuman Disya doang
last updateLast Updated : 2022-02-24
Read more

Chapter 50: Pembalasan

Disya sedang bergelung dipelukan Bundanya. Gadis itu sudah menceritakan semuanya tentang kejadian tadi siang.Devan, lelaki itu sedang mengobrol dengan Kakek dan Nenek Disya di teras. Satu jam yang lalu mereka baru saja selesai makan malam bersama.Kakek, Nenek, dan Dina menyambut hangat kedatangan Devan. Bersikap seolah tidak terjadi apapun. Bukan tidak marah kepada Devan, tapi mereka sudah memaafkan lelaki itu. Nasi sudah menjadi bubur, masa lalu tidak bisa diubah. Mereka menyerahkan semuanya kepada Disya. Walaupun nanti akhirnya mereka berpisah, tapi silaturahmi tetap harus dijaga bukan?"Disya harus gimana Bunda?" tanya Disya lirih."Kamu masih mencintai Devan?" tanya Dina mengelus sayang rambut putrinya. Disya memanyunkan bibirnya, sepertinya pertanyaan itu tidak perlu Disya jawab pun, Bundanya sudah mengetahui kalau Disya masih mencintai Devan."Bunda tidak perlu mendikte apa yang harus kamu lakukan, kamu sudah dewasa sekarang, kamu bisa meni
last updateLast Updated : 2022-02-25
Read more
PREV
123456
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status