Home / Romansa / Istri Simpanan Sang CEO / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Istri Simpanan Sang CEO: Chapter 41 - Chapter 50

87 Chapters

41. Ishita Kecelakaan Mobil

     Ahem memandu Affan harus kearah mana mereka pergi. Dengan menahan sakit hati karena papanya yang begitu arogan di usianya sekarang, masih juga  berpikir berbuat jahat.      Apa yang sedang dilakukan Hendrakusuma hari ini, dilakukan juga oleh Ahem beberapa bulan yang lalu. Yang akhirnya mengakibatkan Ishita masuk rumah sakit. Dan bagaimana kalau hari ini kembali terjadi lagi, betapa traumanya Ishita?     "Cepat Affan!" desak Ahem.     "Aku tidak habis pikir, malam-malam begini kenapa Ishita dibawa kesini?" pekik Affan kesal.     "Aku yang salah, Affan. Harusnya aku sejak awal berterus terang tentang Ishita. Tapi aku masih belum berani mengatakannya, bukan saja di depan umum, bahkan didepan orangtuaku sendiri saja aku tidak berani." Ahem berkata penuh penyesalan.     "Apa yang membuatmu tidak berani, Ahem? Ishita berhak mendapatkan perlakuan yang sama seperti kamu me
Read more

42. Luka Ishita adalah Luka Ahem

     Ahem dan Affan mondar mandir di depan ruang tindakan. Telepon kembali berdering untuk ke dua puluh kalinya dari Wina, mamanya.      Akhirnya Ahem mengangkatnya dengan tangis yang meronta-ronta.     "Ada apa sayang?" tanya Wina saat telepon diangkatnya.     "Mama, Ishita kecelakaan mobil...Ishita dan bayiku Ma...!" Ahem menangis meronta semakin menjadi saat mendengar suara mamanya. Seolah ingin menumpahkan seluruh beban ke pangkuan mamanya.     Rumah sakit mana, Ahem? Mama dan papa segera meluncur ke sana!" tanya Wina panik.     "Tidak Ma, jangan biarkan papa datang ke rumah sakit. Aku melarang keras, dia yang menyebabkan semua ini terjadi. Kalau terjadi apa-apa dengan istriku juga anakku, aku tidak akan memaafkannya. Aku akan seret papa ke kantor polisi." ancamnya dengan keras.      "Sayang, sabar ya Ahem! Kamu jangan bertidak seperti itu kepada p
Read more

43. Keputusan Ahem

     Dengan berat hati, Ahem memutuskan Ishita agar tinggal bersama Affan. Saat Wina menyetujui, Ahem justru curiga karena dia tahu betul mamanya orang sangat bijaksana. Kenapa dengan keputusannya itu dia tidak protes?     'Ma, apakah mama setuju dengan keputusanku?" tanya Ahem heran.     "Setuju sayang, aku tahu kamu sedang memikirkan keamanan dan kenyamanan Ishita. Tapi apakah ini tidak membebani Nak Affan?" tanya Wina ragu.     "Saya tidak apa-apa Tante, tapi saat saya di kantor siapa yang akan menemani dia di rumah?" keluh Affan.    "Ma, Kak Ahem, Mas Affan ... kenapa kalian semua setakut itu? Ada apa?" tanya Ishita heran.     "Ishita, ada orang yang tidak ingin aku dekat denganmu. Kamu akan selalu bahaya bila masih dekat denganku." Ahem memekik lirih.     "Siapa dia Kak Ahem, pasti Mbak Intan atau papanya? Aku tahu dia ingin merebut semua anak-anak ku. Aku
Read more

44. Ahem Mulai Gelisah

     Ahem dan Intan duduk di ruang tengah sambil nonton tv. Tapi pandangan mereka pada ponselnya masing-masing.      Ahem sedang chattingan sama Wina menanyakan mengenai keadaan Ishita. Sementara malam itu Wina menemani Ishita tidur di rumah Affan.     Kamar yang sangat luas dan nyaman, ada dua ranjang yang salah satunya ukuran super size. Ruangan yang sangat bersih dan rapi. Affan tinggal sendiri bersama dua orang pembantu suami istri.     "Mas Affan, makan malam sudah siap. Apakah buat Mbak Ishita perlu dibawa ke kamar, Mas?" tanya Murtini pembantunya.     "Nggak usah Bik, kamu siapkan saja nanti tak bawa ke atas!" titah Affan.      Affan masih asik dengan ponselnya, dia sedang chattingan juga dengan Ahem. Dia mengabarkan kalau sebentar lagi Wahyu akan membawa lima orang bodygardnya ke rumah.      "Lima orang? Banyak sekali, seposesif itukah Ahe
Read more

45. Intan Meradang

    Setelah Intan tidak bisa menemukan Ishita di tempat kos nya membuat Intan makin meradang. Dia seratus persen yakin bahwa ini Ahem yang melakukannya.      "Kamu mulai bermain di belakang aku, Ahem. Apa kamu sudah tergila-gila padanya? Kalian diam-diam mengkhianatiku. Sikap kamu sudah berubah padaku, aku yakin itu karena dia. Kemana kamu sembunyikan dia, Ahem? Kenapa?" Intan mengumpat sambil menyetir mobil ke kantor Ahem setelah tidak bisa menemukan Ishita.     Dengan emosi yang meluap-luap dia turun dari mobil menuju ruang kerja Ahem. Tapi dia berpapasan dengan Affan di depan lift.     "Mbak Intan?" sapa Affan terkejut.     "Kenapa terkejut begitu?" sahut Intan.     "Nggak siapa terkejut, kok tumben?" tanya Affan basa-basi.     "Dimana Ishita?" Intan mulai tidak bisa menyembunyikan emosinya.     "Kok tanya aku?" bantah Affan.  
Read more

46. Ishita Semakin Diburu

     Dengan emosi yang meluap-luap Intan memakirkan mobilnya di halaman Hendrakusuma. Dia bergegas turun dengan tergesa-gesa menghampiri Hendrakusuma yang lagi ngopi di teras depan rumah.     "Selamat sore Pa," sapa Intan.     "Selamat sore Intan. Kamu? Ahem mana?" tanya Hendrakusuma terkejut melihat Intan datang sendirian.      "Justru saya kesini mau cari Ahem, Pa. Saya dari rumah sakit ternyata Ishita sudah dibawa pulang. Saya tidak bisa menemukan mereka berdua Pa. Saya pikir Ahem membawa pulang kesini?"      "Tidak ada sayang, Ahem tidak kesini sama sekali. Jadi wanita itu sudah sehat? Panjang umur juga dia," ujar Hendrakusuma.     Mendengar di luar ada suara percakapan, Wina mengintainya dari jendela. Dia semakin mendekat ingin menguping apa yang sedang mereka bicarakan.     Pa, kemana dia pergi? Kenapa dia mengkhianati saya seperti ini, Pa? Hatik
Read more

47. Cinta Sejati Ahem dan Ishita

      Ahem tidak kuat lagi membendung cinta dan rindunya. Dia ingin mengulangi kenikmatan bercinta yang baru saja dia reguk.      Dibawah guyuran air shower bak di bawah air hujan turun mereka mereguk kembali nikmatnya bercinta. Ishita yang sedang terbakar adrenalinnya kini merasa sehat kembali. Dia terbang ke angkasa bersama orang yang sangat dia cintai.      Bibir mereka terpagut kuat bak ada magnetnya. Ciuman yang makin hot itu turun lagi dan makin turun dan terus turun. Hingga menemukan gundukan mungil yang dikelilingi bulu-bulu halus yang cantik. Kembali dengan lidahnya dia memainkan klitoris diantara alang-ilalang yang lembut. Ishita kembali menggelinjang terbakar birahinya.     "Kak Ahem!" desahnya.      Ahem pun beranjak bangun dan membalikkan tubuh Ishita. Dengan menungging kembali pedang kesayangannya menembus tepat sasarannya.      "Auh!" keduanya b
Read more

48. Ahem Tercekam Ketakutan

     Ahem dan Ishita serta Wina telah sampai di rumah Affan kembali. Kelima bodyguard selalu menyertainya. Semenjak Wina menceritakan rencana jahat papa dan keluarga Intan kepada Ahem, membuat Ahem semakin tercekam ketakutan. Dia mulai berpikiran menambah lagi bodyguard demi keamanan Ishita.      Ahem dan Affan bercengkerama di teras belakang membicarakan  video yang di rekam Wina. Ini sebuah rencana yang tidak bisa dianggap remeh. Indrayana orang penting di bidang kedokteran dan pemilik rumah sakit. Dia bisa saja mempermainkan hidup mati Ishita dengan mudah.      "Ishi  keras kepala, dia selalu menanyakan kapan bisa masuk kerja? Sudah kubilang berkali-kali kalau dia harus badrest, masih juga ngotot mau kerja." Ujar Ahem kepada Affan putus asa.     "Mungkin dia kesepian dan jenuh di rumah sendirian. Kalau menurut aku lebih baik dia ke kantor. Selama kita tidak memberinya tugas yang berat, semua
Read more

49. Kedatangan Herlambang Dan Ririn

     Ishita tidak menyadari ponselnya berada di kamar saat Ririn telepon. Dia sedang di dapur membantu Bik Murti menyiapkan makan malam. Dia menyiapkan rawon empal untuk makan malam nanti.      Setelah masak rawon, Ishita naik ke kamar.  Saat mengecek ponselnya dia terkejut Ririn menelepon tidak terjawab sampai 12kali.     "Ada apa ya kok Ririn sampai mixed call berkali-kali?" pikir Ishita dalam hati.     Dia segera menelepon balik Ririn dengan panggilan video.     "Assalamualaikum Kak Ishita?" sapa Ririn setelah teleponnya diangkat.     "Waalaikum salam, Ririn. Hei lagi dimana kamu? Ayah mana?" Ishita memberondong dengan pertanyaan.      "Nih ayah, Kak Ishi ... coba tebak kita lagi dimana?" tanya Ririn balik.     "Assalamualaikum, Ayah?" sapa Ishita begitu kamera diarahkan ke ayahnya.     "Waalaikum salam, Ishi
Read more

50. Diagnosa Dokter Pada Bayi Ahem

     Dengan menahan emosi yang meluap, Ahem melajukan mobilnya dengan kencang. Intan yang akhirnya sadar Ahem sudah pergi tanpa pamit, dia  merasa sangat kecewa.      "Dia sudah pergi, tanpa pamit pula. Aneh sekali, apa dia mengira aku masih tidur?" tanyanya dalam hati.     Semula Intan ingin mengikuti kemana Ahem pergi. Tapi dia tidak mendapat kesempatan.      Tak lama kemudian mobil Ahem sudah masuk di halaman rumah Affan. Dua orang bodyguard datang menghampirinya.      "Selamat pagi, Big Bos?" sapanya sambil sedikit membungkuk.     "Selamat pagi," jawab Ahem tegas.     "Bagaimana aman?" tanya Ahem kemudian.     "Aman, Big Bos," jawabnya lagi dengan tegas.      Di dalam Affan dan Ishita sedang ngobrol setelah makan pagi.     "Ayolah sayang,  makan buahnya, demi kesehatan anak-a
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status