Beranda / Romansa / Istri Simpanan Sang CEO / 48. Ahem Tercekam Ketakutan

Share

48. Ahem Tercekam Ketakutan

Penulis: Roesaline
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

     Ahem dan Ishita serta Wina telah sampai di rumah Affan kembali. Kelima bodyguard selalu menyertainya. Semenjak Wina menceritakan rencana jahat papa dan keluarga Intan kepada Ahem, membuat Ahem semakin tercekam ketakutan. Dia mulai berpikiran menambah lagi bodyguard demi keamanan Ishita. 

    Ahem dan Affan bercengkerama di teras belakang membicarakan  video yang di rekam Wina. Ini sebuah rencana yang tidak bisa dianggap remeh. Indrayana orang penting di bidang kedokteran dan pemilik rumah sakit. Dia bisa saja mempermainkan hidup mati Ishita dengan mudah. 

    "Ishi  keras kepala, dia selalu menanyakan kapan bisa masuk kerja? Sudah kubilang berkali-kali kalau dia harus badrest, masih juga ngotot mau kerja." Ujar Ahem kepada Affan putus asa.

    "Mungkin dia kesepian dan jenuh di rumah sendirian. Kalau menurut aku lebih baik dia ke kantor. Selama kita tidak memberinya tugas yang berat, semua

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Simpanan Sang CEO   49. Kedatangan Herlambang Dan Ririn

    Ishita tidak menyadari ponselnya berada di kamar saat Ririn telepon. Dia sedang di dapur membantu Bik Murti menyiapkan makan malam. Dia menyiapkan rawon empal untuk makan malam nanti. Setelah masak rawon, Ishita naik ke kamar. Saat mengecek ponselnya dia terkejut Ririn menelepon tidak terjawab sampai 12kali. "Ada apa ya kok Ririn sampai mixed call berkali-kali?" pikir Ishita dalam hati. Dia segera menelepon balik Ririn dengan panggilan video. "Assalamualaikum Kak Ishita?" sapa Ririn setelah teleponnya diangkat. "Waalaikum salam, Ririn. Hei lagi dimana kamu? Ayah mana?" Ishita memberondong dengan pertanyaan. "Nih ayah, Kak Ishi ... coba tebak kita lagi dimana?" tanya Ririn balik. "Assalamualaikum, Ayah?" sapa Ishita begitu kamera diarahkan ke ayahnya. "Waalaikum salam, Ishi

  • Istri Simpanan Sang CEO   50. Diagnosa Dokter Pada Bayi Ahem

    Dengan menahan emosi yang meluap, Ahem melajukan mobilnya dengan kencang. Intan yang akhirnya sadar Ahem sudah pergi tanpa pamit, dia merasa sangat kecewa. "Dia sudah pergi, tanpa pamit pula. Aneh sekali, apa dia mengira aku masih tidur?" tanyanya dalam hati. Semula Intan ingin mengikuti kemana Ahem pergi. Tapi dia tidak mendapat kesempatan. Tak lama kemudian mobil Ahem sudah masuk di halaman rumah Affan. Dua orang bodyguard datang menghampirinya. "Selamat pagi, Big Bos?" sapanya sambil sedikit membungkuk. "Selamat pagi," jawab Ahem tegas. "Bagaimana aman?" tanya Ahem kemudian. "Aman, Big Bos," jawabnya lagi dengan tegas. Di dalam Affan dan Ishita sedang ngobrol setelah makan pagi. "Ayolah sayang, makan buahnya, demi kesehatan anak-a

  • Istri Simpanan Sang CEO   51. Semua Ikut Tercekam

    Ahem yang menyadari bahwa mereka sedang dibuntuti, mengatur siasat. Dua bodyguard mengikuti Ahem dan dua orang lagi menguntit bila ada motor yang sedang mengikutinya. Tak salah setelah mobil Ahem berjalan dan mobil bodyguard mengikutinya dari belakang, ternyata sang informen berada pas di belakang mobil bodyguard. Dia tidak menyadari kalau dua bodyguard lagi di belakangnya untuk membuntutinya. Mobil bodyguard itu mulai mengurangi kecepatannya, kini motor penguntit itu terjebak diantara dua mobil. Mobil yang di belakangnya memepetnya sehingga motor itu hilang kendali dan terjatuh di pinggir jalan raya. Pengendara motor dan yang dibonceng bergelimpangan di tanah. Mobil di belakang dan di depannya, keduanya berhenti. Keempat bodyguard itu keluar dari mobilnya. Mereka segera menangkap dan menghajarnya. Mobil yang ditumpangi Ahem juga berhenti. Ahem bermaksut ikut keluar mobil, ingin

  • Istri Simpanan Sang CEO   52. Ishita Menghilang

    Ahem memandang mobil Intan di luar pagar. Klakson terus dibunyikan. Din ... Din ... Din...! "Wanita gila itu akan terus membunyikan klaksonnya bahkan bisa-bisa dia menabrak pintu pagar kalau tidak dibukakan," pikir Ahem dalam hati. "Bagaimana Big Bos?" tanya Wahyu lagi. "Bukakan!" perintahnya tegas. "Bukakan pintunya!" perintah Wahyu kepada satpam. "Baik Pak!" seru satpam. Bergegas satpam berlari membukakan pintu dan mempersilahkan Intan masuk. Tampak dua orang penguntit suruhan Intan sedang terduduk di tanah dengan luka bonyok di wajahnya. Intan memarkirkan mobilnya berjejer dengan mobil Ahem. "Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Intan begitu melihat Ahem berdiri tegap menatap Intan. "Harusnya

  • Istri Simpanan Sang CEO   53. Rencana Ishita Dicaesar Paksa

    Ahem tidak mengira masih bisa kecolongan seperti ini. Bahkan sang penculik tahu begitu detail, bahwa Ahem sedang membelikan piano buat Ishita. Tidak berpikir panjang Ahem dan Affan beserta Wahyu dan anak buahnya berpencar mencarinya. Pertama-tama yang terlintas dibenak Ahem justru papamya sendiri. Berkali-kali dia.menghubungi papanya tapi tidak diangkat. Tidak sabar lagi dia meluncur pulang ke rumah untuk menemui Hendrakusuma. "Papa ...!" teriak Ahem memanggil-.manggil di depan pintu masuk. "Ahem?" pekik Wina. "Mana papa? Hidupku sudah hancur, Ma! Mereka menculik Ishita, pasti papa bersama mereka. Aku tidak akan memaafkan mereka semua, Ma! Aku akan menyeret mereka semua ke penjara!" teriaknya histeris menangis. "Ada apa sih, ribut-ribut?" tanya Hendrakusuma yang pura-pura tidak tahu. Dia berdiri di lantai atas, matanya menatap tajam dan kesal ke ara

  • Istri Simpanan Sang CEO   54. Kelahiran Tiga Bayi Ahem

    Lampu indikator ruang operasi menyala. Pertanda bahwa tindakan operasi sedang dilakukan. Dua orang dokter spesialis kandungan dibantu dua orang perawat sedang berjuang di dalam. Dengan peralatan yang minim mereka terpaksa melakukan operasi caesar. Karena tidak mungkin lagi bagi Ishita untuk perjalanan lagi. Sebenarnya ini hal tersulit yang harus dipilih oleh Ahem. Karena nyawa istri dan anaknya sedang dipertaruhkan kepada seorang dokter desa yang belum tahu pengalamannya. Dia sedang tercekam dengan situasi yang dihadapi sekarang. Kalau nyawa ketiga bayinya tidak diragukan lagi, Intan dan keluarga menginginkannya. Tapi kehidupan Ishita mereka ingin mengakhirinya. Bahkan mereka memburunya bak binatang liar yang berbahaya. Dret ... Dret .. Dret ... Ponsel Wahyu bergetar, dia menatap layarnya ternyata Affan yang meneleponnya. Bergegas Wahyu berjal

  • Istri Simpanan Sang CEO   55. Ririn Disandera

    Ahem dan Affan menjadi geram, apa yang dilakukan Intan merupakan tindakan kriminal. Ini menjadi dilema, kalau urusannya sampai ke polisi. Intan dan orang tuanya adalah keluarganya. Kalau sampai tercium publik, hancurlah nama baik keluarga, dan ini berdampak pada perusahaannya. "Apa yang akan kau lakukan, Ahem?" tanya Affan panik. "Dia minta agar Ririn ditukar dengan ketiga bayiku!" gumam Ahem lemas. "Apa, terus kamu ikuti permintaan Intan? Tunggu Ishita sadar, Ahem! Sementara jangan lakukan apapun!" usul Affan. "Tapi kita tidak punya waktu, kasihan Ririn. Sekarang Om Indra pasti sedang mencari keberadaan Ishita di rumah sakit-rumah sakit. Aku jadi tercekam, Affan!" pekik pilu Ahem. "Sampai kapan Ishita harus koma seperti ini? Kita harus tolong Ririn, kita juga harus sembunyikan Ishita dari mereka?" keluh Affan. "Aku tidak bisa

  • Istri Simpanan Sang CEO   56. Pelarian Affan Membawa Ishita dan Bayinya.

    Iringan mobil Ahem dan Affan sudah sampai di perempatan. Mereka mulai ke luar dari pedesaan menuju jalan raya, jalur propinsi. Ahem mengambil arah belok kiri dan Affan mengambil arah belok kanan. Kini mereka berpencar menuju arah hidup yang berlawanan. Ada rasa sakit dihati Ahem yang tak bisa digambarkan. Dia harus menyerahkan orang yang paling di cintainya bersama dua buah hatinya dibawa lelaki lain. Lelaki yang memilik cinta dan pengorbanan yang lebih besar dari dirinya. "Kamu pantas mendapatkan lelaki sebaik Affan yang mencintaimu dengan tulus. Yang siap memasang badan mempertaruhkan hidupnya buatmu, Ishi! Semoga dia juga mencintai anak-anak kita seperti dia mencintaimu, Ishi!" batin Ahem. Tak terasa matanya berair dan meleleh di pipinya. Segera dia berpaling menatap jauh ke luar menyembunyikan air matanya. Bayi mungil yang diberi nama Salsha Bella sedang dalam pangk

Bab terbaru

  • Istri Simpanan Sang CEO   87. Akhir Cinta Sejati

    Indrayana dengan menahan geram dan benci menatap Ahem dan Ishita bergantian. "Jangan sakiti dirimu sendiri, Sayang! Hanya demi lelaki tak punya hati dan pelakor murahan seperti dia! Biarkan papa yang melakukannya, anakku!" Indrayana menenangkan Intan. "Tidak Pa, biarkan aku mati bersama anak kesayangannya ini!" ujar Intan masih mencengkeram Saga dan perlahan melangkah mundur. "Berhenti, Mbak! Hati-hati jangan lakukan itu! Bicaralah apa yang harus aku lakukan, katakan!" teriak Ishita tercekam panik. "Apa kamu saja yang melompat dari sini, menggantikan anak kamu?" tawar Intan. "Kamu gila ya! Kenapa tidak kamu saja yang melompat sendiri?" sahut Affan berteriak. "Oh ya kamu masih hidup, Affan? Lantang sekali suara kamu, udah sehat?" tanya Indrayana mengejek. "Malang sekali Intan punya orang tua sebengis kamu, tidak salah kalau Intan menjadi seperti itu, ternyata karena mencontoh orang tuanya," olok Affan. "Biarkan aku

  • Istri Simpanan Sang CEO   86. Yang Mana Cinta Sejati

    Ahem menatap Affan dengan kebencian yang ditahan. Dia tidak bisa melihat orang yang paling dicintai ada di dekatnya. Tapi Ahem melihat semua mata tertuju padanya, dia merasa harus bisa mengendalikan perasaannya. "Kabarku, baik," jawab Ahem sambil menyambut tangan Affan. "Kamu sendiri kelihatannya sehat-sehat saja," lanjutnya. "Iya beginilah," jawab Affan asal. "Bagaimana keadaanmu, Kak Nazim? Maaf kamu jadi menderita gara-gara keluargaku," kata Ishita lembut. "Jangan begitu, Ishi! Selamat ya, semoga kamu bahagia," ucap Nazim. "Terima kasih, Kak Nazim." Ishita kikuk akan menyapa Ahem, tapi karena dia adalah tamu yang datang belakangan, harusnya dia menyapa semuanya tanpa terkecuali. "Kak Ahem, kok sendirian? Dimana Bella dan Arjun?" tanya Ishita basa-basi tanpa berani menatap wajah Ahem. "Ada di rumah," jawab Ahem datar, juga tanpa melihat wajah Ishita. Kini hubungan mereka tiba-tiba terasa dingin dan asing seper

  • Istri Simpanan Sang CEO   85. Akad Nikah

    Affan masih tertegun menatap Ishita yang kelelahan mengangkat baju pengantin yang panjang. Wajah cantik dan bersinar cerah bagai mutiara, membuat Affan tertegun penuh kekaguman. "Baik, kalau memang kamu menginginkan pernikahan ini dibatalkan. Aku akan menghubungi Wahyu dan kawan-kawannya agar mengatakan ini kepada tamu dan penghulu. Aku tidak mau mereka menunggu lama," hardik Ishita emosi. "Biar Pak Wahyu segera mengabarkan kepada Kak Ahem tentang batalnya pernikahan ini, biar puas dia," ujar Ishita sambil mencet telepon kepada Wahyu. "Iya Nyonya?" jawab Wahyu setelah telepon Ishita diangkat. "Pak Wahyu, tolong ...," "Hentikan Ishi!" sahut Affan berteriak. "Kita menikah, sekarang!" lanjutnya pelan sambil menatap Ishita penuh penyesalan. "Kamu yakin?" tanya Ishita ragu, kemudian menutup telepon dengan Wahyu. Perlahan Affan menghampiri Ishita kemudian mbopongnya menuju mobil. Ishita membiarkan Affan membuktikan kesungguhannya. Dia

  • Istri Simpanan Sang CEO   84. Pernikahan Yang Tertunda

    Asisten pribadi Affan membantu mengurus acara pernikahan Affan dan Ishita. Affan sudah bisa berjalan layaknya orang sehat. Apalagi di balik tubuhnya yang kuat dan kekar siapa menyangka dia punya penyakit yang mengintai nyawanya. "Tuan Affan, semua persiapan pernikahan sudah selesai. "Baiklah, terima kasih, Ali," jawab Affan. "Duduklah, Mas Affan! Kamu jangan sampai capek!" pinta Ishita. "Kamu jangan memperlakukan aku seolah aku sedang sakit, Ishi! keluh Affan. "Iya udah, yang penting kamu harus bahagia, Mas Affan. Kita sebentar lagi menikah?" ujar Ishita. "Tapi kamu sendiri bahagia juga kan?" tanya Affan penasaran. "Ya iyalah, sangat bahagia," sahut Ishita. "Menurut kamu perlukah anak-anak tahu tentang pernikahan kita ini?" tanya Affan. "Kayaknya tidak perlu deh, Mas, kan mereka tahunya papa dan mamanya suami istri. Tahu-tahu baru menikah kan menjadi tanda tanya mereka?" jawab Ishita. "Benar juga s

  • Istri Simpanan Sang CEO   83. Pertemuan Affan dan Ishita di Singapura

    Satpol PP mengirim Nazim ke rumah sakit, Kini dia terbaring tak berdaya dengan luka bakar di tubuhnya. Ishita mengetahui dari berita media sosial maupun berita di televisi. Ditemani Wahyu dan anak buahnya, Ishita menuju rumah sakit. Dia melihat Nazim tergolek tak berdaya. Dari jendela kaca Ishita hanya bisa memandangnya. "Kak Nazim, bagaimana keadaan anak-anakku?" gumam Ishita lirih. "Dimanakah mereka, Kak Nazim?" lanjutnya. Ishita masih terpaku, dia tidak menyangka kepulangannya ke Indonesia akan menemui masalah seberat ini. Ishita juga sedang memikirkan Affan yang harus menyembunyikan sakitnya karena tidak mau membuatnya bersedih. "Bagaimana keadaanmu, Ishi?" tanya Ahem yang tiba-tiba sudah berdiri di belakang Ishita. Ishita terdiam bergeming, dia tidak mau menatap mata Ahem. Dia tidak mau hatinya akan luluh dan melupakan Affan yang sudah banyak mempertaruhkan hidupnya. "Aku baik. Kapan semua ini berakhir, Kak Ahem? Semua ini bermula

  • Istri Simpanan Sang CEO   82. Keluarga Baru

    Tifa berdiri di dekat orang-orang yang nongkrong di pagar lokasi pemakaman Cina. Langkahnya terhenti, dia tidak jadi masuk ke lokasi dimana Nazim berbaring sakit. "Kak mau tanya, apa yang kakak ceritakan itu orang yang sedang sakit di bangunan putih dan hijau itu?" tanya Tifa sambil menunjuk ke arah sebuah bangunan yang lumayan bagus. "Iya betul seorang lelaki yang sakit di bangunan itu tadi diciduk Satpol PP,' ujar salah seorang diantaranya. Tifa sambil mengedarkan pandangannya, takut kalau ada poster yang menempel yang mengumumkan sayembara untuk menemukan dirinya. Dengan penasaran Tifa tetap menempuh jalan setapak menghampiri gubug itu. Betapa terkejutnya Tifa, dia mendapati tempat itu sudah kosong. "Om Nazim ...!" tangisnya memanggil. "Dimanakah kamu? Harusnya aku tidak meninggalkan kamu sendirian," lanjutnya. "Kamu mencari siapa, Nak?" tanya seseorang yang sedang membersihkan makam itu. "Saya mencari Om Nazim, dia om saya se

  • Istri Simpanan Sang CEO   81. Sayembara Dari Ahem

    Ahem sudah tidak mau lagi bertemu dengan Intan semenjak Bella mengirimkan rekaman video itu. Ahem bersama Bella tinggal di rumah yang dibeli Ahem untuk Ishita. Beberapa bodyguard mengamankan rumahnya. Hendrakusuma dan Wina ikut tinggal bersama karena mengawasi Bella dan merawat Ahem. Karena kecelakaan itu Ahem terkena gegar otak ringan. Tapi kini sudah berangsur membaik. Kabar mengenai Nazim dan Saga serta Tifa belum juga ada titik terang. Tapi Ahem sedikit lega karena mereka selamat dari rencana pembunuhan Intan dan Indrayana. "Kumpulkan semua bukti kejahatannya untuk menjerat mereka ke jalur hukum, Ahem," usul Hendrakusuma. "Iya Pa, kita bisa mencari celah agar saat dia melakukan kejahatan kita menangkap basah, sehingga dia tidak bisa berkelit dan hukuman yang berat menanti," ujar Ahem bersiasat "Pa, kenapa mama Ishi belum kembali bersama Saga dan Tifa?" tanya Bella sedih. "Sabar ya sayang, mama sama Om Wahyu masih mencari Om Naz

  • Istri Simpanan Sang CEO   80. Lolos Dari Rencana Pembunuhan.

    Ahem membuka video yang dikirim Bella ke ponselnya. Ternyata pembicaraan antara Intan dan Indrayana. "Pa, hidupku dalam bahaya kalau Ishita dan anaknya kembali. Singkirkan mereka secepatnya, Pa! Semua Pa, tanpa ampun, meskipun si bocah cacat yang merepotkan itu juga," pinta Intan dengan geram. "Mereka sudah menemukan persembunyiannya, kamu jangan khawatir, serahkan semuanya kepada papa!" ujar Indrayana. "Apa yang papa rencanakan?" tanya Intan. "Anak buahku membakar rumah yang ditempati mereka. Aku yakin sebentar lagi mereka terpanggang di dalamnya." jawab Indrayana. "Kalau di depan mamamu kamu jangan kelihatan membenci Affan, bagaimanapun dia adalah keponakannya," pesan Indrayana. "Iya Pa, saya mengerti," jawab Intan dengan lirih penuh siasat. "Biarkan Affan mati dengan sendirinya, kanker darah itu dengan sendirinya akan membunuhnya," ujar Indrayana. Sambil tersenyum puas. "Apa? Jadi Affan terkena kanker darah?" Ahem te

  • Istri Simpanan Sang CEO   79. Memory Yang Telah Kembali

    Akhirnya rasa kemanusiaan bisa mengalahkan kekhawatiran akan keselamatan anak-anaknya. Ahem yang terkapar tak berdaya membuat Ishita luluh. "Bagaimanapun dia adalah mantan suamiku, pasti dulu aku pun mencintaimu, kamu ganteng dan kaya,' batin Ishita. "Pak, bantu aku bawa ke rumah sakit ya? Nanti aku bayar tiga kali lipat," pinta Ishita kepada sopir taksi. "Tapi kepalanya banyak darahnya, Mbak, takutnya nanti kena jok mobil susah dibersihkan," kata sopir taksi ragu. "Jangan khawatir kepalanya aku pangku, lagian ada kain untuk bantalan kok," ujar Ishita meyakinkan. "Tapi tolong hati-hati ya, Mbak," pesan sopir taksi. "Jangan khawatir, Pak, aku janji!" jawab Ishita. "Pak, jangan berlebihan deh, bayangkan dia adalah keluargamu!" teriak salah seorang diantara mereka. "Iya Mas, baik aku tolong! Jangan nyumpahi gitu dong! Ayo bantu masukin ke mobil!" pinta sopir taksi kemudian. Begitu Ahem dibawa masuk ke taksi kepalan

DMCA.com Protection Status